Kamis, 09 Juli 2020

JABATAN ADALAH AMANAH YANG MESTI DIPERTANGGUNG JAWABKAN

JABATAN ADALAH AMANAH YANG MESTI

DIPERTANGGUNG JAWABKAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Jabatan sebagai pemimpin di semua level apalagi LEVEL TINGGI pasti akan diminta pertanggung jawabannya. Pertanggungan jawab tentang apa ?. Ya, tentang apa yang telah dia perbuat dalam melayani yang dipimpinnya.

Ingatlah bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  telah menjelaskan bahwa hakikat pemimpin adalah PELAYAN TERHADAP YANG DIPIMPINNYA. Perkara inilah yang sering dilupakan manusia yang memegang jabatan sebagai pemimpin. Sungguh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

سَيِّدُ الْقَوْمِ خَادِمُهُمْ

Pemimpin satu kaum adalah pelayan mereka. (H.R Abu Nu’aim).

Nah, tentang pertanggung jawaban seseorang yang memiliki jabatan sebagai pemimpin ditegaskan  Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam dalam sabda beliau :

 الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ،

Seorang imam (penguasa) adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. (H.R Imam Bukhari)

Selain itu,  Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan tentang orang orang yang berhasrat atas kekuasaan yang bisa menjadi penyesalan di ari Kiamat. Beliau bersabda :

إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ على الإِمَارَةِ وَإِنَّهَا سَتَكُونُ نَدَامَةً وَحَسْرَةً

Kalian begitu berhasrat atas kekuasaan, sementara kekuasaan itu pada Hari Kiamat kelak bisa berubah menjadi penyesalan dan kerugian. (H.R an Nasa’i dan Imam Ahmad).

Di zaman kita ini kebanyakan manusia sangatlah bernafsu bahkan amat rakus dengan jabatan dan kekuasaan. Ada pula yang berebut dan ada pula YANG BERLAKU CURANG untuk mendapatkannya. Seolah olah dalam hal ini mereka telah mengabaikan etika dan akal sehat yang ada dalam dirinya.

Nah, ketika jabatan diperoleh seorang penguasa dengan cara yang curang maka dalam kepemimpinannya, dia akan jauh dari rahmat dan pertolongan Allah  Ta’ala.

Selain itu, ketahuilah bahwa orang orang yang rakus terhadap kekuasaan  ini biasanya sulit untuk  mencurahkan kesetiaannya kepada yang dipimpinnya bahkan bisa jadi mereka bertujuan untuk menipu orang orang yang dipimpinnya.   

Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi peringatan dan ancaman melalui sabda beliau :

أَيُّمَا رَاعٍ غَشَّ رَعِيَّتَهُ فَهُوَ فِي النَّارِ

Siapapun pemimpin yang MENIPU RAKYATNYA, maka tempatnya di neraka. (H.R Imam Ahmad)

Dalam riwayat lain disebutkan, Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنِ اسْتَرْعَاهُ اللهُ رَعِيَّةً ثُمَّ لَمْ يُحِطْهَا بِنُصْحٍ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ.

 وفي لفظ : يَمُوتُ حِينَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاسِ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ.

Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia TIDAK MENCURAHKAN KESETIAANNYA, maka Allah haramkan baginya surga. (H.R Imam  Bukhari dan Imam Muslim).

Dalam satu riwayat disebutkan pula bagaimana ancaman berat kepada penguasa yang menelantarkan urusan orang orang yang dipimpinnya. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

مَا مِنْ وَالٍ يَلِي رَعِيَّةً مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَيَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لَهُمْ إلاَّ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

Tidaklah seorang penguasa diserahi urusan kaum muslimin kemudian dia mati, sedangkan dia menelantarkan urusan mereka, kecuali Allah mengharamkan surga untuk dirinya (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Fudhail bin Iyadh berkata : Hadits ini merupakan ancaman bagi siapa saja yang diserahi Allah Ta’ala untuk mengurus urusan kaum muslimin, baik urusan agama maupun urusan dunia kemudian dia berkhianat. Jika dia berkhianat terhadap suatu urusan yang diserahkan kepada dirinya maka dia telah TERJATUH PADA DOSA BESAR dan akan dijauhkan dari surga.

Penelantaran itu bisa (pula) berbentuk tidak menjelaskan urusan urusan agama kepada umat. (Termasuk juga) tidak menjaga syariat Allah dari unsur unsur yang bisa merusak kesuciannya. (Syarah Shahih Muslim, dengan sedikit diringkas, peny.)

Oleh karena itu hamba hamba Allah janganlah memaksakan diri untuk mendapatkan jabatan atau kekuasaan karena bisa jadi penyesalan bahkan kerugian. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.029)       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar