Minggu, 19 Juli 2020

BERDUSTA ATAS NAMA NABI DAPAT RUMAH DI JAHANNAM

BERDUSTA ATAS NAMA NABI DAPAT RUMAH DI JAHANNAM

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Berdusta adalah perbuatan sangat tercela dalam syariat Islam  dan termasuk salah satu dosa besar. Dalam kitab al Kaba’ir, Imam adz Dzahabi menyebutkan bahwa berdusta adalah termasuk salah satu dosa besar. Dalam hal ini beliau antara lain membawakan firman Allah :

قُتِلَ الْخَرَّاصُونَ

Terkutuklah orang orang yang banyak berdusta. (Q.S adz Dzariyat 10).

Dan juga Imam adz Dzahabi membawakan sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :

فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Sesungguhnya kedustaan itu akan menjerumuskan kejahatan. Dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke dalam neraka. Seorang yang biasa berdusta maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai pendusta. (Muttafaq ‘alaihi).

Ketahuilah bahwa diantara perbuatan maksiat YANG DINILAI SEBAGAI DOSA BESAR adalah diancam dengan TERKUTUK DAN DIANCAM DENGAN NERAKA.     

Lalu ketika seseorang berdusta atas nama Nabi Salallahu ‘alaihi Wasallam pasti SANGATLAH BESAR DOSANYA. Sungguh Nabi Salallahu ‘alaihi Wasallam telah memberikan peringatan keras kepada orang orang berdusta atas nama beliau, sebagaimana hadits berikut ini :

إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia MENEMPATI TEMPAT DUDUKNYA DI NERAKA. (H.R Imam Bukhari  dan Imam Muslim, dari Mughirah).

Dan juga  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ  بنيَ لَهُ بَيْتٌ فِي جَهَنَّمَ

Barangsiapa berdusta atas namaku, maka akan dibangunkan baginya rumah di (neraka) Jahannam. (H.R ath  Thabrani, Mu’jamul Kabir).

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata tentang orang yang berdusta atas nama Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam, misalnya :

(1) Dengan mengatakan bahwa Rasulullah telah bersabda begini. Padahal beliau tidak pernah mengatakannya. Orang tersebut hanya ingin berdusta mengatas namakan Rasulullah. 

(2) Demikian juga hal nya jika menjelaskan makna hadits Rasulullah menggunakan sesuatu penjelasan  yang tidak sesuai dengan maknanya. Maka berarti dia telah berdusta atas nama Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. (Syarah al Kaba-ir).

Sungguh saat ini agak sering  kita menemukan hadits hadits palsu dan tak jelas asal usulnya terutama sekali di media sosial. Diantaranya adalah ketika bulan Ramadhan mau datang atau dalam bulan Ramadhan bermunculan hadits hadits palsu tentang Ramadhan. Diantaranya yang cukup masyhur adalah :

“Diamnya orang yang berpuasa adalah tasbih, tidurnya adalah ibadah, doanya mustajab dan amal dilipat gandakan”. (H.R ad Dailami dari Ibnu Umar).

 

Para ahli hadits menilai  sanad hadits ini adalah dha’if jiddan atau lemah sekali. Jadi tidaklah bisa dijadikan hujjah. Syaikh al Albani dalam Silsilah Hadits Dha’if dan Maudhu’ nomor 3784 menjelaskan bahwa kelemahannya ada pada seorang diantara perawinya yaitu Rabi’ bin Badr. Dia adalah seorang rawi yang ditinggalkan.

 

Ketika bulan Dzulhijjah datang maka bermunculan pula hadits hadits palsu tentang kurban. Diantaranya yang cukup masyhur  adalah : 

“Jadikanlah binatang kurban kalian itu besar, karena dia akan menjadi tunggangan kalian saat melewati shirath”

Hadits ini tidak ada asal usulnya, dengan lafaz seperti ini. Kemudian ad Dailami meriwayatkan dengan lafaz : “Sembelihlah binatang kurban yang kuat dan gemuk karena dia akan menjadi tunggangan kalian saat melewati shirath. Riwayat ini pun lemah sekali. (Lihat Silsilah Hadits Dha’if dan Maudhu’ No.74, Syaikh al Albani).

 

Sungguh Allah Ta’ala telah memberi peringatan dalam firman-Nya :

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua akan diminta pertanggung jawabannya.  (Q.S al Isra’ 36)

Oleh karena itu hamba hamba Allah janganlah bermudah mudah membawakan hadits baik dalam ucapan maupun tulisan jika tak jelas kedudukan suatu hadits. Bertakwalah kepada Allah Ta’ala dan mohonlah pertolongan-Nya agar terhindar dari membawakan hadits yang palsu dan hadits hadits yang tidak jelas asal usulnya.

 Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.038)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar