Senin, 23 Juli 2018

SUCIKANLAH NAMA RABB-MU YANG MAHATINGGI


SUCIKANLAH NAMA RABB-MU YANG MAHATINGGI

Oleh : Azwir B. Chaniago

Judul tulisan ini adalah terjemahan dari surat al A’laa ayat pertama, yaitu :

سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى

Sucikanlah nama Rabb-mu yang Mahatinggi.

Surat ini agak sering dibaca oleh para  imam masjid ketika memimpin shalat yang wajib ataupun shalat sunnah. Ketahuilah bahwa  ada shalat yang Rasulullah biasa membaca surat al A’laa, meskipun tidak selalu, diantaranya : 

Pertama : Pada shalat Jum’at dan shalat ‘Ied.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah biasa membaca surat al A’la dalam shalat ini :  

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْعِيدَيْنِ وَفِي الْجُمُعَةِ بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَهَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca di dalam shalat dua hari raya dan shalat Jum’at dengan: Sabbihisma Rabbikal a’la dan al hal ataaka haditsul ghasyiyah. (H.R Imam Muslim).

Kedua : Pada shalat witir.
Jika shalat witirnya 3 rakaat, Rasulullah membaca surat al A’laa pada rakaat pertama, surat al Kafirun pada rakaat kedua, surat al Ikhlas pada rakaat ketiga, sebagaimana hadits berikut ini :

عن أبي بن كعب قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يوتر بسبح اسم ربك الأعلى وقل يا أيها الكافرون وقل هو الله أحد

Dari Ubay bin Ka’ab beliau berkata: Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat witir dengan membaca (Sabbihisma rabbikal a’laa),dan (Qul yaa ayyuhal kafirun), dan (Qul huwallahu ahad).” (HR. an Nasai’i dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)

Tapi ketahuilah bahwa membaca surat surat yang dimaksud bukanlah sesuatu yang sifatnya wajib.

Tentang  ayat pertama surat al A’laa ini ada beberapa penjelasan dari para ulama sebagai berikut :

Pertama :  Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala memerintahkan para hamba untuk memaha-sucikan-Nya (dengan melakukan hal hal) yang mencakup dzikir, ibadah, tunduk dan patuh terhadap keagungan Allah serta merendah karena keagungan-Nya. 

Pujian tersebut adalah pujian yang  pantas dan sesuai dengan keagungan Allah Ta’ala yakni dengan menyebut nama-Nya yang baik lagi tinggi diatas setiap nama dengan maknanya yang agung. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Kedua : Syaikh Utsaimin berkata : 

(1) Firman Allah, “Sucikanlah” yakni sucikanlah Allah Ta’ala dari segala sesuatu yang tidak layak bagi kemuliaan dan keagungan-Nya. Sebab kata at tashbih maknanya me-mahasucikan Allah. Apabila engkau mengucapkan “subhanallah”  maknanya berarti aku me-mahasucikan Allah dari segala keburukan, aib dan kekurangan.

(2) Makna ar Rabb adalah Pencipta, Pemilik dan Pengatur segala urusan. Siapa saja yang mengakui hal ini, maka tidak boleh menyembah selain Allah, sebagaimana yang diisyaratkan dalam beberapa ayat, diantaranya :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Wahai manusia !. Sembahlah Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dan orang orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Q.S al Baqarah 21).

Maksudnya : Janganlah kamu menyembah selain Dia. 

(3) Firman Allah : “Yang Mahatinggi”, Yang Mahatinggi diambil dari kata al ‘uluww (tinggi). Kemahatinggian Allah Ta’ala ada dua jenis : 

(a) Ketinggian sifat, maksudnya sifat sifat yang maha sempurna hanyalah milik Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman : 

وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَىٰ ۚ

Dan Allah mempunyai sifat yang Mahatinggi. (Q.S an Nahal 60). 

(b) Ketinggian dzat, maksudnya, Allah Ta’ala berada diatas seluruh hamba-Nya dan bersemayam di atas ‘Arsy. Seorang insan apabila berseru : Yaa Allah !. Ke arah manakah ia akan menghadap ?. Tentu ia akan menengadahkan wajahnya ke langit, yakni ke atas.Jadi, Allah Ta’ala berada diatas segala sesuatu, bersemayam di atas ‘Arsy.

 Oleh karena itu ketika engkau membaca firman Allah Ta’ala : Sabbihihisma rabbikal A’laa, maka camkanlah dalam hatimu bahwa Allah maha tinggi Sifat-Nya dan maha tinggi Dzat-Nya. (Tasir Juz ‘Amma).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.344)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar