Sabtu, 21 Juli 2018

NASEHAT SYAIKH ABDURRAZZAQ BIN ABDULMUHSIN TENTANG BIRRUL WALIDAIN



NASEHAT SYAIKH ABDURRAZAQ BIN ABDULMUHSIN TENTANG BIRRUL WALIDAIN

Oleh : Azwir B.Chaniago

Sungguh berbakti atau berbuat baik kepada kedua orang tua atau  birrul walidain adalah salah satu perkara yang sangat penting dan utama dalam syariat Islam.

Allah Ta’ala telah memerintahkan manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya sebagaimana firman-Nya :

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan kami perintahkan kepada manusia  (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah tambah (lemahnya) dan menyapihnya selama dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu. Hanya kepada-Ku engkau akan kembali. (Q.S Lukman 14).

Tentang kewajiban berbuat baik kepada kedua orang tua, mari kita perhatikan nasehat  Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdulmhuhsin al ‘Abbad, Guru Besar di Universitas Islam Madinah.   Dalam  tausiah beliau  di satu radio dakwah , tanggal 21 Januari 2010, Syaikh menjelaskan maksud ayat 14 surat Lukman tersebut, antara lain (dengan diringkas) sebagai berikut:

Dalam ayat ini terdapat penunjukkan atau perintah yang tegas terhadap kewajiban seorang anak untuk senantiasa berbakti kepada kedua orang tua. Ayat ini mengingatkan pula tentang kebaikan dan pengorbanan yang telah dilakukan kedua orang tua, diantaranya adalah :

Pertama : Terutama ibu yang telah mengandung dengan lemah bertambah lemah. Ibu sudah sangat repot dengan mengandung anak selama kurang lebih 9 bulan.

Kedua : Melahirkan anak yang membuatnya berada dalam posisi kritis.
Sungguh ibu ibu yang sudah pernah melahirkan tentu merasakan bagaimana kritisnya keadaan pada saat melahirkan. Merasakan bagaimana sakitnya pada saat itu.

Ketiga : Setelah melahirkan, seorang ibu harus menyusui dan menjaga diri dan makanan kita. Bahkan ibu kita sering terpaksa memakan makanan yang dia tidak suka sama sekali demi untuk memperbanyak ASI agar anaknya bisa kenyang dan sehat.

Keempat : Kedua orang tua sering begadang semalaman untuk kita apalagi dikala kita sakit.

Selanjutnya Syaikh mengingatkan apakah dengan kerepotan dan pengorbanan yang begitu banyak pantaskah kita melupakan jasa orang tua kita. ORANG BERAKAL TIDAK PANTAS MELUPAKANNYA. JIKA ADA YANG MELUPAKANNYA, (SUNGGUH) INI SUATU MUSIBAH. ORANG YANG LALAI TERHADAP ORANG TUANYA BERATI DIA TELAH MELAKUKAN KEJAHATAN DAN DOSA YANG BESAR.  

Syaikh juga mengingatkan bahwa salah satu hak Allah terhadap makhluknya adalah kewajiban makhluk untuk bersyukur kepada-Nya, karena Allah telah memberikan banyak sekali nikmat kepada makhluknya. Hak Allah untuk disyukuri ini digandengkan-Nya  dengan hak orang tua untuk disyukuri pula oleh anaknya. Ini menunjukkan ketegasan Allah kepada kita bahwa berbuat baik kepada orang tua merupakan suatu perbuatan yang sangat agung.

Dalam ayat ini Allah mengingatkan kita akan hari kiamat dan bahwa kita akan kembali kepada-Nya yaitu untuk dihisab dan mempertanggung jawabkan apa yang telah diperbuat selama berada didunia. Diantara yang akan dihisab dan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah adalah bagaimana kita telah memenuhi kewajiban untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.

Syaikh Abdur Razzaq, menjelaskan lebih lanjut tentang birrul walidain ini. Beliau mengingatkan bahwa banyak orang yang bersikap sangat baik kepada orang lain seperti teman-temannya, kolega sekantornya,  Tapi bagaimana sikapnya terhadap kedua orang tuanya ?.

Dalam hal ini, kata Syaikh, coba bandingkan apa yang telah dikorbankan oleh orang lain terhadap kita dan apa yang telah diberikan dan dikorbankan oleh kedua orang tua terhadap kita. Oleh karena itu kita harus selalu mengingat-ingat kebaikan dan pengorbanan orang tua kepada kita dan berusahalah melakukan kebaikan terhadapnya.

Demikian nasehat Syaikh Prof. Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al ‘Abbad tentang birrul walidain. Insya Alah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.341)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar