Kamis, 21 Desember 2017

SIKAP TAWADHU' DAN KEUTAMAANNYA



SIKAP TAWADHU’ DAN KEUTAMAANNYA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Apa itu tawadhu’ ?. Tawadhu’ adalah sifat rendah hati yaitu kebalikan dari sikap sombong. Bisa jadi pula tawadhu’ bermakna sifat pertengahan antara sombong dan rendah diri. Jadi tawadhu’ bukanlah bermakna rendah diri tapi jauh dari kesombongan.

Ulama salaf menjelaskan pula tentang tawadhu’ diantaranya :

Pertama : Imam Hasan al Bashri ditanya tentang tawadhu’ beliau menjawab : Tawadhu’ adalah engkau keluar rumahmu dan tidak berjumpa dengan seorang kecuali engkau menganggapnya lebih baik dari dirimu. (Madarijus Saalikin).

Kedua : Fudhail bin Iyadh ditanya tentang tawadhu’ beliau mejawab : (Tawadhu’ adalah) Tunduk dan patuh kepada kebenaran. Menerima kebenaran dari siapapun yang menyampaikannya, walaupun mendengarnya dari anak kecil. Dan seandainya menerima dari yang paling bodohpun (kalua itu kebenaran, pen.) dia menerimanya. (Ihya Ulumuddin).

Ketiga : Tawadhu’ adalah hati yang merendah karena Allah Ta’ala dan rendah hati serta penuh rahmat kepada hamba hamba-Nya sehingga tidak memandang dirinya memiliki kelebihan atas seorang pun dan tidak memandang dia memiliki hak atas orang lain. Bahkan memandang kelebihan orang orang atas dirinya dan hak mereka atasnya. Ini adalah sifat yang hanya Allah Ta’ala berikan kepada orang orang yang dicintai, dimuliakan dan didekatkan kepada-Nya. (Kitab ar Ruh)

Sungguh  tawadhu’ adalah sikap yang sangat terpuji. Sungguh Allah Ta’ala telah (memerintahkan Rasul-Nya untuk bertawadhu’ yaitu sebagaimana firman-Nya : “Jangan sekali kali engkau (Muhammad) tujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang kafir) dan jangan engkau bersedih hati terhadap mereka dan berendah hatilah engkau terhadap orang orang beriman”. (Q.S al Hijr 88).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan diri (tawadhu) sehingga seseorang tidak menyombongkan diri atas yang lain dan tidak berbuat zhalim atas yang lain.”  (H.R Imam Muslim no. 2588).

Sungguh rendah hati menjadi sikap khusus orang orang beriman yaitu sebagaimana firman Allah : “Adapun hamba hamba Allah Yang Maha Pengasih itu adalah orang orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang orang bodoh menyapa mereka (dengan kata kata yang menghina) mereka mengucapkan salam”. (Q.S al Furqan 63) 

Allah Ta’ala akan mengangkat derajat seorang hamba ketika dia bertawadhu’. Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Wa maa thawadha’a ahadun lilahi illaa rafa’ahullah”. Tidaklah seorang bersifat rendah hati (tawadhu’) karena Allah, kecuali Allah mengangkatnya. (H.R Muslim).

Imam an Nawawi berkata bahwa hadits ini mempunyai dua makna (1) Allah akan meninggikan derajatnya di dunia dan dengan tawadhu’nya akan mengokohkan kedudukannya di hati manusia. (2) Pahala di akhirat, yakni Allah Ta’ala akan derajatnya di akhirat tersebab tawadhu’nya di dunia. (Syarah Shahih Muslim).

Oleh karena itu orang orang beriman harus terus berusaha untuk menjaga sikap tawadhu’ atau rendah hati ini dalam dirinya. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.192)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar