Minggu, 03 Desember 2017

MANUSIA BISA SESAT KARENA MENGIKUTI HAWA NAFSU



MANUSIA BISA SESAT KARENA MENGIKUTI HAWA NAFSU

Oleh : Azwir B. Chaniago

Dalam diri manusia ada yang disebut dengan hawa nafsu atau keinginan keinginan. Hawa nafsu itu harus dikendalikan diarahkan kepada kebaikan. Jika tidak, maka  bisa menjadi liar, tak terkendali dan merusak serta menyesatkan. Kenapa ?, karena mengikuti hawa nafsu adalah sesuatu yang sering mendatangkan kenikmatan meskipun sesaat dan ujung ujungnya adalah dosa dan adzab . Selain itu ketahuilah bahwa hawa nafsu itu cenderung kepada keburukan.

“Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (Q.S Yuusuf 53).

Diantara keburukan hawa nafsu adalah menyesatkan manusia dari jalan Allah. Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya : “Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang yang mengikuti (keinginan) hawa nafsunya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun ?. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang zhalim. (Q.S al Qashash 50).

Syaikh as Sa’di berkata : (Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun). Jadi dia adalah orang yang paling sesat karena ketika ditawarkan kepadanya petunjuk dan jalan yang lurus yang dapat mengantarkannya kepada Allah Ta’ala dan negeri kemulian-Nya (surga), dia tidak menghiraukannya dan tidak pula mendatanginya. Sedangkan ketika dibujuk oleh hawa nafsunya untuk menelusuri jalan jalan yang dapat menjerumuskan kepada kebinasaan dan kesengsaraan maka dia pun mengikutinya dan meninggalkan petunjuk. 

Maka apakah ada orang yang lebih sesat daripada orang yang seperti itu karakternya ?. Akan tetapi sebenarnya kezhalimannya, sikap melampaui batas dan tidak ada kecintaan kepada kebenaran itu yang sesunguhnya telah membuatnya tetap berada pada kesesatannya dan tidak diberi petunjuk oleh Allah Ta’ala. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Ketahuilah bahwa diantara sifat buruk manusia yang mengikuti hawa nafsunya adalah suka menolak kebenaran. Ketika dalil dari al Qur an dan as Sunnah yang shahih telah dihadirkan dihadapannya namun mereka masih ngeyel mencari alasan untuk menolak. Bahkan mereka mencari alasan dengan menggunakan dalil dari akalnya yang pendek. Lalu mereka mengamalkan mengamalkan segala sesuatu yang sesuai dan cocok dengan pikiran berlandaskan hawa nafsunya.

Sungguh Allah Ta’ala mencela ittiba’ul hawa yaitu orang orang yang mengikuti hawa nafsunya. Allah berfirman : “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya. Dan Allah telah mengunci pedengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya ?. Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat) ?. Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran ?. (Q.S al Jaasiyah 23).

Imam Ibnul Qayyim mengingatkan : Haruslah diketahui bahwa nafsu (yang cenderung kepada keburukan) tidaklah mencampuri sesuatu (yang baik) melainkan akan merusaknya.

Pertama : Jika nafsu mencampuri ilmu, maka akan menghasilkan kesesatan.
Kedua : Jika nafsu mencampuri zuhud, maka akan menghasilkan riya dan menyalahi sum’ah.
Ketiga : Jika nafsu mencampuri hukum, maka akan menghasilkan kezhaliman dan menghalangi kebenaran.
Keempat : Jika nafsu mencampuri pembagian (harta) maka akan menghasilkan ketidak adilan.
Kelima : Jika nafsu mencampuri ibadah maka akan menghasilkan gangguan terhadap ketaatan dan taqarrub.
  
Oleh karena itu seorang hamba Allah janganlah mengikuti kemauan hawa nafsu karena bisa menyesatkan bahkan merusak dirinya. Berpeganglah kepada syari’at yang Allah turunkan melalui Rasul-Nya. Sungguh apa yang kita amalkan pastilah ada pertanggung jawabannya. 

Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya : : “Wa laa taqfu maa laisa laka bihii ‘ilmun, innas sam’a wal bashara wal fu-aada kullu ulaa-ika kaanaa ‘anhu mas-uulaa”. Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya.  (Q.S al Isra’ 36).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.179)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar