Kamis, 28 Desember 2017

BERIBADAH MENURUT CARA NENEK MOYANG ?



BERIBADAH MENURUT CARA NENEK MOYANG ?

Oleh : Azwir B. Chaniago

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk mengabdi, menymbah dan manghambakan diri kepada Allah Ta’ala. Dalam Kitab Tafsir al Azhar, Prof. Dr. Hamka berkata :  Bahwa tidak ada kegunaan  manusia ini diciptakan Allah kecuali hanya untuk beribadah kepada-Nya.

Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku. “Wa maa khalaqtul jinna wal insa illaa li ya’buduun”. Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu. (Q.S adz Dzariat 56).
 
Sungguh Allah Ta’ala telah memerintahkan dan mewajibkan  manusia untuk menyembah kepada-Nya  yaitu sebagaimana firman-Nya : Yaa aiyuhan naasu’ buduu rabbakumul ladzii khalaqakum walladziina min qablikum la’allakum tattaquun”. Wahai manusia !. Sembahlah Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dan orang orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Q.S al Baqarah 21).

Untuk memenuhi kewajiban beribadah kepada Allah Ta’ala  maka hamba hamba Allah akan berusaha menampilkan ibadah atau pengabdian yang paling baik kepada Rabb-nya. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman : “Alladzii khalaqal mauta wal hayaata liyabluakum  aiyukum ahsanu amalaa”.  Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Q.S. Al Mulk 2).

Imam Fudhail bin Iyadh mengatakan bahwa yang lebih baik amalnya  maksudnya adalah yang paling ikhlas dan yang paling benar amalnya. Selanjutnya kata beliau, yang paling ikhlas dan paling  benar yakni : Sesungguhnya amalan apabila ikhlas tapi tidak benar maka tidak diterima, demikian juga apabila benar tetapi tidak ikhlas maka tidak pula. Orang yang ikhlas ibadahnya adalah yang beramal semata-mata karena Allah sedangkan yang benar adalah orang yang mencontoh Rasulullah dalam beramal. (Kitab Madarijus Salikin)

Nah, kalau kita perhatikan sebagian manusia, ada diantaranya yang beribadah TIDAK MENCONTOH APA YANG DIAJARKAN NABI DALAM BERIBADAH. Pada hal Rasulullah telah mengingatkan dalam sabda beliau : “Man ‘amila ‘amalan laisa ‘alaihi amruna fahuwa raddun” Barang siapa melakukan suatu amalan yang tidak ada petunjuk kami maka amalan itu tertolak. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Diantara sebagian manusia ada  yang beribadah dengan mengikuti cara cara yang diajarkan oleh nenek moyang  meskipun nenek moyang mereka itu tak berilmu. Akhirnya mereka jatuh amalan amalan yang salah dan keliru. Pada hal para ulama memberikan petunjuk agar berilmu dulu baru beramal. 
 
Perhatikanlah peringatan Allah Ta’ala bagi yang mengikuti nenek moyang (dalam beramal) yaitu sebagaimana firman-Nya :

Pertama : Surat al Baqarah 170.
Allah Ta’ala berfirman :  “Dan apabila dikatakan kepada mereka, ikutilah apa yang dikatakan Allah, mereka menjawab (Tidak !). Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya).Pada hal nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apapun dan tidak mendapat petunjuk”. 

Kedua : Surat al Maidah ayat 104.
Allah Ta’ala berfirman : “Dan apabila dikatakan kepada mereka : Marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Alah dan (mengikuti) Rasul. Mereka menjawab : Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya). Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk”. 
  
Ketiga : Surat Luqman ayat 21.
Allah Ta’ala berfirman : “Dan apabila dikatakan kepada mereka : Ikutilah apa yang diturunkan Allah !. Mereka menjawab : (Tidak) tetapi kami (hanya) mengikuti kebiasaan nenek moyang kami. Apakah mereka (akan mengikuti nenek moyang mereka) walaupun sebenarnya syaithan menyeru mereka ke dalam adzab api yang menyala nyala (neraka) ?. 

Keempat :  Surat az Zukhruf ayat 22.
Allah Ta’ala berfirman : “Bahkan mereka berkata : Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama dan kami mendapat petunjuk untuk mengikuti jejak mereka. 
 
Syaikh as Sa’di berkata : (“Sesungguhnya kami mendapati bapak bapak kami menganut satu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak jejak mereka”). Inilah hujjah orang orang musyrik yang sesat karena mereka mengikuti nenek moyang yang sesat. Mereka tidak bermaksud megikuti kebenaran dan petunjuk, tapi hanya karena rasa fanatisme semata. Tujuannya adalah untuk mmbela kebathilan mereka. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).  
  
Oleh karena itu maka seorang hamba tidaklah beribadah dengan sekedar mengikuti nenek moyang yang tak berilmu.  Akan tetapi beribadah dengan baik yaitu ikhlas karena Allah Ta’ala dan mengikuti apa yang diajarkan dan dicontohkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasalam.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.198).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar