Minggu, 24 Desember 2017

BERSEDEKAH DALAM KEADAAN SEMPIT JUGA DIANJURKAN



BERSEDEKAH DALAM KEADAAN SEMPIT JUGA DIANJURKAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Perintah bersedekah.

Bersedekah adalah perbuatan baik yang sangat dianjurkan dalam syariat Islam. Sungguh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya menyuruh orang orang beriman  untuk senantiasa bersedekah, diantaranya :

Pertama : Allah berfirman : “Wahai orang yang beriman !. Infakkanlah dari sebagian rizki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang  hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Orang orang kafir itulah orang yang zhalim”.  (Q.S al Baqarah 254)

Kedua : Allah berfirman : “Wa anfiquu min maa razaqaakum min qabli an ya’tiya ahadakumul maut” Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang diantara kamu.  (Q.S al Munaafiquun 10). 

Syaikh as Sa’di berkata : (Belanjakanlah, infakkanlah) “sebagian dari apa (rizki) yang telah Kami berikan kepadamu” Hal itu memberitahukan bahwa Allah Ta’ala tidak membebankan nafkah yang memberatkan hamba hamba-Nya. Untuk itu, hendaknya mereka mensyukuri karunia yang didapatkan dengan berbagi kepada saudara saudaranya membutuhkan. Segeralah lakukan itu sebelum maut datang menjemput, karena ketika kematian datang, manusia tidak mungkin sedikit pun bisa melakukan kebaikan. 

Ketiga : Rasulullah bersabda : “Infakkan, atau sedekahkan atau nafkahkanlah. Dan janganlah kamu menghitung hitungnya sehingga Allah akan menghitung hitung pemberian-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu menakar nakarnya sehingga Allah akan menakar nakar pemberian-Nya kepadamu”. (Mutafaqun ‘alaihi).

Orang beriman tak boleh bakhil.

Ketahuilah bahwa orang orang beriman tak boleh bakhil atau kikir dalam bersedekah. Orang yang bakhil dalam bersedekah akan mendapat kerugian karena rizkinya bisa tertutup. 

Dari Asma’ binti Abu Bakar, ia berkata, Rasulullah bersabda kepadaku : “Janganlah kamu menyimpan hartamu (bakhil) sehingga Allah akan menutupi rizkimu”.
Rasulullah bersabda : “Infakkan, atau sedekahkan atau nafkahkanlah. Dan janganlah kamu menghitung hitungnya sehingga Allah akan menghitung hitung pemberian-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu menakar nakarnya sehingga Allah akan menakar nakar pemberian-Nya kepadamu”. (Mutafaqun ‘alaihi).

Dalam pikiran umumnya manusia di zaman bahwa bersedekah adalah ketika sudah memiliki harta yang berlebih. Lalu kapan bisa mencapai jumlah yang lebih dan ternyata tak ada acuan yang bisa dijadikan pedoman  tentang seberapa harta yang dianggap berlebih. Bahkan ada sebagian manusia yang semakin banyak hartanya semakin tak bersemangat untuk bersedekah karena sangat sayang kepada hartanya.
Oleh karena itu maka banyak diantara manusia yang secara zhahir terlihat memiliki harta yang berlebih namun belum mau bersedekah karena masih merasa kurang bahkan takut miskin karena bersedekah. Ini adalah  jalan pikiran yang tidak tepat. 

Perhatikanlah firman Allah Ta’ala berikut ini : Katakanlah : Sesungguhnya Rabb-ku melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rizki yang sebaik-baiknya. (Q.S. Saba 39). 

Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala akan melipat gandakan harta yang diinfakkan di jalan –Nya, yakni sebagaimana firman-Nya : “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Mahaluas dan Maha Mengetahui”.(Q.S al Baqarah 261)

Sungguh ayat ini dengan sangat terang menjelaskan bahwa Allah melipat gandakan harta orang orang yang berinfak di jalan-Nya sampai tujuh ratus kali lipat bahkan bisa jadi lebih dari itu. 

Bersedekah dalam keadaan sempit.

Sungguh sedekah akan mendatangkan rizki. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  bersabda : "Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah." (H.R al-Baihaqi).

Dalam syariat Islam, sangat dianjurkan pula  untuk berinfak dalam keadaan sempit ataupun lapang yaitu sebagaimana Allah berfirman  : “Alladziina yunfiquuna fissarraa-i wadhdharra-i” (Orang yang bertakwa yaitu) orang yang berinfak baik di waktu lapang maupun diwaktu sempit. (Q.S  Imran 134).

Syaikh as Sa’di berkata tentang ayat ini : Yaitu pada saat keadaan mereka sedang sulit atau keadaan mereka sedang lapang. Bila mereka lapang maka mereka (orang yang takwa ini) akan berinfak lebih banyak. Apabila mereka sedang kesulitan mereka tidak menganggap remeh suatu kebaikan walaupun hanya (berinfak) sedikit (Tafsir Karimur Rahman).

Oleh karena itu seorang hamba haruslah berusaha bersedekah sesuai yang dia mampu meskipun sedikit. Jangan merasa rendah diri kalau belum bisa bersedekah dengan jumlah yang banyak. Perhatikanlah sabda Rasulullah  tentang anjuran bersedekah meskipun hanya dengan sebutir kurma. Bersedekah dengan sebutir kurma ?. Iya benar, berikut ini haditsnya yang shahih.

Rasulullah bersabda : “Ittaqun naara walau bisyiqi tamratin fain lam tajiduu fa bikalimatin thaiyibah”. Jagalah diri kalian dari api neraka walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma. Apabila tidak mendapatinya maka ucapkanlah kalimat yang baik. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Al Hafizh Ibnu Hajar berkata : Didalam hadits ini terdapat anjuran untuk bersedekah dan menerima sedekah walaupun itu hanya sedikit. Dan terdapat isyarat untuk tidak meremehkan sesuatu yang sedikit dari sedekah dan yang lainnya. (Fathul Bari)

Oleh karena itu seorang hamba yang berada dalam keadaan sempit juga dianjurkan untuk bersedekah meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit. Sungguh Allah Ta’ala akan memberikan balasan kebaikan meskipun kecil. 

Allah berfirman : “Fa man ya’mal mitsqaala dzarratin khairan yarah”. Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (Q.S az Zilzaal 7).

Rasulullah mengingatkan bahwa bisa jadi sedekah yang sedikit dalam jumlah bisa lebih bernilai dari pada sedekah yang banyak. 

Beliau bersabda : “Sabaqa dirhamun mi-ata alfi  dirhamin. Faqala rajulun : Wa kaifa dzaka ya rasulullah ? Qaala : Rajulun lahu maalun katsiirun, akhadza min ‘urdhihi mi-ata alfi dirhamin tashaddaqa bihaa, wa rajulun laisa lahu illa dirhaman , fa-akhadza  ahaduhumaa fa tashaddaqa bihi”


Satu dirham mengungguli seratus ribu dirham. Seorang bertanya : Bagaimana itu (terjadi) wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : “Seseorang mempunyai harta yang melimpah lalu dia mengambil dari kantongnya seratus ribu dirham lalu menyedekahkannya, dan seseorang yang lain hanya memilik dua dirham, dia mengambil satu dirham lalu  mensedekahkannya”. (H.R Imam an Nasa-i, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya) 

Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (1.194)

 [WU1]pi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar