Kamis, 03 Agustus 2017

ORANG BERIMAN TAK PUNYA RUANG UNTUK MENGELUH



ORANG BERIMAN TAK MEMILIKI RUANG UNTUK MENGELUH
Oleh : Azwir B. Chaniago
Orang beriman dari segala strata pasti akan diuji. Hakekat ujian itu adalah sunnatullah, ketetapan Allah bagi hamba hamba-Nya. Allah Ta’ala befirman : : ”Ahasiban naasu aiyutrakuu aiyaquuluu amannaa wahum laa yuftanuun”   Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja mengatakan kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji. (Q.S al Ankabuut 2).
Allah Ta’ala berfirman : “Qul lan yushiibanaa illa maa kataballahu lanaa, huwa maulaanaa wa ‘alallahi falyatawakkalil mu’minuun”. Katakanlah, Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakkal orang orang yang beriman. (Q.S at Taubah 51).
Rasulullah bersabda : “Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin itu. Seluruh keadaan yang menimpa dirinya dianggap sebagai sebuah kebaikan bagi dirinya. Hal seperti ini tidak akan dapat ditemui pada siapapun kecuali pada seorang mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan kemudian dia bersyukur maka hal itu akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya. Jika dia mendapatkan kesusahan kemudian dia bersabar maka hal itu akan mendatangkan kebaikan baginya”. (H.R Imam Muslim).
Oleh karena itu maka seorang hamba tidaklah boleh mengeluh menghadapi keadaan atau ujian yang dihadapinya. Keluhan bisa bermakna tidak terima atau tidak ridha atas ketetapan Allah baginya. Ketahuilah bahwa  semua ketetapan Allah pastilah memiliki hikmah yang sempurna.

Seorang hamba memilihat sesuatu yang tidak disukainya pada hal  itu baik baginya. Begitu pula sebaliknya.
Allah Ta’ala  berfirman : “Wa ‘asaa an takrahuu syai-an wa huwa khairul lakum. Wa ‘asaa-an tuhibbuu syai-an wa huwa syarrul lakum. Wallahu ya’lamu wa antum laa ta’lamuun”. Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu pada hal itu tidak baik bagimu. Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S al Baqarah 216).

Ada beberapa perkara yang bisa  membuat seorang hamba mengeluh tetapi sebenarnya tak patut untuk mengeluh Inilah diantara contohnya :

Pertama : Seseorang yang tak punya pangkat, jabatan ataupun harta lalu mengeluh.
 
Sebagian orang beranggapan  bahwa  tanpa pangkat, jabatan ataupun harta   dia merasa tak dihargai, bahkan dianggap rendah oleh orang banyak. Tapi ketahuilah bahwa kemuliaan seseorang tidaklah pada perhiasan dunia itu.

Sungguh Allah berfirman : “Inna akramakum ‘indallahi atqaakum” Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. (Q.S al Hujurat 13).

Kalau begitu kenapa harus mengeluh. Bukankah ayat ini telah menjelaskan bahwa semua orang dari seluruh strata bisa mulia (di sisi Allah) jika menjaga ketakwaannya.

Kedua : Seseorang yang merasa doanya belum dikabulkan lalu mengeluh.
Ketahuilah bahwa Allah menyuruh hamba hamba-Nya untuk selalu berdoa. Allah akan mengabulkannya. Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman :  Wa qaala rabbukum ud’unii astajiblakum.” Dan Rabbmu berfirman : Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu. (Q.S al Mu’min 60). 

Seorang hamba yang berdoa janganlah mengira bahwa doanya selalu dikabulkan seperti yang diminta. Bisa juga diberikan dalam bentuk lain yang lebih bermanfaat, bisa pula dalam bentuk dihindarkan dari keburukan. Bahkan bisa pula ditangguhkan sebagai simpanan di akhirat kelak untuk memberatkan timbangan amal baiknya.

Rasulullah bersabda : “Maa min muslimin bida’watin laisa fiihaa itsmun walaa qathii’atu rahimin illaa ‘athahullahu ihda tsalatsa : Imma an yu’ajjila lahu da’watahu, wa immaa  au yudakhkhirahaa lahu fiil akhirati, wa imma au yashrifa ‘anhu minas suu-i mitslihaa.”  Tidaklah seorang muslim berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa dan memutus silaturrahim, melainkan Allah akan menyegerakan  doanya untuk dikabulkan, atau Allah simpan untuknya di akhirat, atau Allah akan palingkan darinya keburukan yang semisalnya (H.R Imam Bukhari dalam Adab al Mufrad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)  
   
Ketahuilah bahwa seandainya (ini jika berandai andai) doa seorang hamba tidak atau belum dikabulkan maka ternyata berdoa itu saja sudah mendatangkan pahala ibadah karena doa adalah ibadah. Bukankah seseorang yang sungguh sungguh dalam ibadah akan menikmati pahalanya. Rasulullah bersabda :  “Ad du’aa huwal ‘ibadah” Doa adalah ibadah.(H.R at Tirmizi).

Lalu sangatlah tidak tepat jika seorang hamba yang merasa doanya belum dikabulkan lalu mengeluh dan bisa jadi lupa dengan banyaknya nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepadanya.  

Ketiga : Seseorang yang mendapat rizki sedikit dan hidup dalam keadaan miskin lalu mengeluh.
Dia bertanya tanya dan mengeluh kenapa tidak diberi rizki yang banyak sebagaimana orang lain telah memperolehnya. Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala memberi dan membagi rizki sesuai ukuran, kehendak, hikmah dan ilmu-Nya. Ada yang secara materi berlimpah ada pula yang memperoleh secukupnya.

Diantara hikmahnya adalah sebagaimana dimaksud dalam firman-Nya : “Apakah mereka yang membagi bagi rahmat Rabb-nya ?. Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabb-mu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (Q.S az Zukhruf 32).

Bukankah seorang hamba itu sangat dianjurkan menjaga sifat qana’ah yaitu merasa cukup dengan pemberian Allah meskipun sedikit dan ini akan mendorongnya untuk selalu bersyukur. Rasulullah bersabda: “Wakum qani’an takun asykarannasi” Dan jadilah kalian orang yang qana’ah niscaya engkau menjadi manusia yang bersyukur.  (H.R Ibnu Majah, dari Abu Hurairah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Ketahuilah bahwa  Rasulullah telah menyampaikan berita gembira bagi orang yang miskin dan bersabar, yaitu sebagaimana dimaksud dalam sabda beliau : Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Orang beriman yang miskin akan masuk surga sebelum orang-orang kaya yaitu lebih dulu setengah hari yang sama dengan 500 tahun.” (HR. Ibnu Majah no. 4122 dan Tirmidzi no. 2353. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini Hasan).

Kalau begitu masih adakah yang mau mengeluh karena tak memiliki harta yang banyak ?.

Keempat : Seseorang dihina dan direndahkan lalu mengeluh.
Tidaklah suatu yang dianjurkan ketika seseorang dihina lalu mengeluh. Ketika engkau dihina dan direndahkan jangan cepat mengeluh, ambil manfaat dari penghinaan itu, diantaranya : 

(1) Bersabarlah, lakukan muhasabah atau introspeksi diri.  Mungkin karena pada suatu waktu kita pernah merendahkan, menghina atau melecehkan seseorang  lalu Allah mentakdirkan ada orang lain yang  merendahkan dan menghina kita. Allah berfirman : “In ahsantum ahsantum li anfusikum wain asa’tum falahaa” Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat buruk maka (akibat keburukan) itu untuk dirimu sendiri. (Q.S al Israa’ 7) 

(2) Jika kita direndahkan atau dihina berarti kita dizhalimi.  Ketahuilah bahwa  kezhaliman yang  diterima di dunia dengan sabar merupakan tabungan pahala yang akan dipetik dikemudian hari. Akan ada transfer pahala dari orang yang menghina kita di dunia.

Ketahuilah bahwa pada hari akhirat kelak akan ada manusia yang datang dengan membawa   pahala amalnya. Tetapi akhirnya habis karena harus dipindahkan kepada orang orang yang menuntutnya yaitu orang orang yang  pernah dizhaliminya di dunia. Bahkan setelah pahala amalnya habis maka dosa orang yang dizhalimi dipindahkan kepadanya. Na’udzubillahi min dzalik.

Dari Abu Hurairah,  bahwasanya Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada para sahabat : "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkut itu?" Para sahabat menjawab : Menurut kami, orang yang bangkut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.

Rasulullah  bersabda : "Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka." (H.R Imam Muslim)

Kelima : Seseorang mengeluh karena mendapat sakit.
Terkadang memang ada orang yang  selalu mengeluh dengan penyakitnya. Jangan cengeng, ketika didatangi sakit empat  hari saja sudah mengeluh kemana mana. Mungkin saja seseorang itu lupa bahwa Allah Ta’ala  pernah memberinya sehat lebih dari 40 tahun. 

Ketahuilah bahwa penyakit adalah salah satu ujian yang didatangkan Allah kapan pun dan kepada siapapun Dia berkehendak.  Kewajiban kita adalah bersabar dan menerima dengan ridha. Bukankah penyakit yang mendatangi seorang hamba memiliki hikmah yang banyak. Dan seorang hamba yang mengetahui hikmah suatu penyakit maka akan mendorongnya untuk berhenti mengeluh. Lihatlah bagaimana keutamaan dan faedah yang akan diperoleh seseorang jika dia sabar dengan penyakitnya, diantaranya adalah :

(1)  Menghapuskan sebagian  dosa dan kesalahannya.
Inilah salah satu berita gembira bagi yang sakit yaitu sebagaimana Rasulullah bersabda  : “Maa yushibul muslima min nashabin walaa washabin walaa hammin walaa huznin walaa adzan walaa ghammin hattasy syaukati yusyakuha illa kaffarallahu bihaa ‘anhu min khathaayaah.”
 
Tidaklah menimpa seorang muslim berupa kelelahan, sakit, gelisah, kesedihan, gangguan dan kesusahan –sampai sampai duri duri yang menusuknya- melainkan Allah akan menghapus kesalahannya (dosa-dosanya). H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Rasulullah bersabda : “Maa min muslimin yusyaaku syaukatan famaa fauqaha illaa kutibat lahu bihaa darajatun wa muhiiyat ‘anhu bihaa khatii-atun” Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu yang lebih dari itu, melainkan hal itu akan dicatat sebagai satu derajat (kebaikan) bagi dirinya, dan akan dihapuskan kesalahan dari dirinya. (H.R Imam Muslim). 

(2) Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya.
Sakit atau cobaan yang diderita seorang hamba merupakan pertanda bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya. Rasulullah bersabda : “Man yuridillahu bihi khairaan yushib minhu” Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah akan memberinya cobaan. (H.R Imam Bukhari)

Abu ‘Ubaid berkata : Makna dari hadits ini adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencobamu dengan berbagai musibah (termasuk sakit yang diderita) untuk mencurahkan pahala kepadamu.  

Oleh karena itu jangan suka mengeluh seberat apapun ujian yang diterima. Jika seseorang terus menerus mengeluh maka akan jatuh pada sikap putus asa dari rahmat Allah. Pada hal yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah :

(1) Orang orang kafir. Allah berfirman : “Innahu laa yaiasu min rauhillah illal qaumul kaafiruun” Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang orang yang kafir. (Q.S Yusuf 87).

(2) Orang orang yang sesat. Allah berfirman : “Qaala waman yaqnathu min rahmati rabbihii illadh dhaalluun. Dia (Ibrahim) berkata, tidak ada yang berputus asa dari rahmat Rabb-nya kecuali orang yang sesat. (Q.S al Hijr 56).

Sebagai penutup tulisan ini maka  dinukilkan satu hadits tentang perkara orang beriman yang selalu dalam keadaaan baik, sehingga taka da ruang untuk mengeluh.  
Rasulullah bersabda : “Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin itu. Seluruh keadaan yang menimpa dirinya dianggap sebagai sebuah kebaikan bagi dirinya. Hal seperti ini tidak akan dapat ditemui pada siapapun kecuali pada seorang mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan kemudian dia bersyukur maka hal itu akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya. Jika dia mendapatkan kesusahan kemudian dia bersabar maka hal itu akan mendatangkan kebaikan baginya”. (H.R Imam Muslim) 

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.088)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar