Senin, 07 Agustus 2017

KETUNDUKAN DAN KEPATUHAN NABI IBRAHIM



KETUNDUKAN DAN KEPATUHAN NABI IBRAHIM
 KEPADA ALLAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa zaman Nabi Ibrahim (awalnya), seluruh manusia yang ada di bumi ini kafir semuanya. Kecuali Nabi Ibrahim, istrinya dan Nabi Luth keponakan Nabi Ibrahim.

Nabi Ibrahim dipercaya oleh Allah Ta’ala untuk menjauhkan berbagai kejahatan dan kesesatan. Lalu Allah memberi hidayah kebenaran kepadanya . Allah berfirman : “Wa laqad aatainaa ibrahiima rusydahuu min qablu wa kunnaa bihii ‘aalimiin”. Dan sungguh sebelum dia (Musa dan harun) telah Kami berikan kepada Ibrahim petunjuk dan Kami telah mengetahui dia. (Q.S al Anbiyaa’ 51).

Orang yang pertama kali didakwahi oleh Nabi Ibrahim adalah bapaknya, yaitu seorang penyembah berhala dan dakwahnya ditolak oleh bapaknya. Lalu Ibrahim berdakwah kepada kaumnya sebagaimana  Allah berfirman : “Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika dia berkata kepada kaummnya : Sembahlah Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian iu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah hanyalah berhala berhala dan kamu membuat kebohongan. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rizki kepadamu. Maka mintalah rizki dari Allah. Dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan”.  (Q.S al Ankabut 16-17). Lihat Qishashul Anbiyaa’.

Nabi Ibrahim tegak diatas tauhid yang kokoh  dan bersikap tegas terhadap kesyirikan. Sungguh Nabi Ibrahim adalah contoh tauladan yang baik dalam hal ini dan juga contoh tauladan terbaik dalam ketundukan dan ketaatan serta tawakalnya kepada Allah Ta’ala.
Perkara ini terlihat dalam sikapnya mejalani ketika menghadapi berbagai perintah Allah Ta’ala  yang sangat berat untuk dijalankan. Diantaranya adalah :

Pertama :  Imam Bukhari meriwayatkan dalam Kitab Shahihnya : Kemudian Nabi Ibrahim membawa istrinya Hajar dan anaknya Ismail menuju Makkah. Ketika itu Hajar masih menyusui Ismail.

Hingga akhirnya Nabi Ibrahim menempatkan keduanya ditempat yang nantinya dibangun Baitullah, tepatnya dibawah pohon besar yang berada diatas bakal sumur zamzam dibagian atas bakal Masjidil Haram. Pada saat itu di Makkah tidak ada (penghuni) seorang pun dan juga tidak ada air. Ibrahim meninggalkan keduanya di sana dan meletakkan di sisi mereka geribah yang didalamnya ada  kurma dan bejana yang didalamnya ada air.

Setelah itu, Nabi Ibrahim berangkat maka Hajar mengejarnya seraya berkata : Wahai Ibrahim hendak kemana engkau pergi ?. Apakah engkau akan meninggalkan kami sedang di lembah ini tidak terdapat seorang manusia pun dan tidak pula ada makanan apa pun ?. 

Hajar berulang ulang mengatakannya. Akhirnya Hajar bertanya kepada Ibrahim : Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini ? . Ya jawab Ibrahim. Lalu Hajar berkata : Kalau begitu kami tidak akan disia siakan Allah Ta’ala.

Begitu hebatnya ketaatan Nabi Ibrahim terhadap perintah Allah dan begitu kuatnya sikap tawakalnya  maka dia berani meninggalkan istri dan anaknya Ismail dilembah yang tak berpenghuni dan tidak ada makanan dan air. Tetapi  Allah Ta’ala betul betul tidak mensia siakan istri dan anaknya. Allah memberinya air yang berlimpah berupa sumur zamzam. Akhirnya  Ummu Ismail  dan anaknya Ismail  bisa hidup dengan selamat di Makkah. (Lihat Kitab Qishashul Anbiyaa’ oleh Imam Ibnu Katsir). 

Kedua : Ketika Ismail beranjak remaja yaitu pada usia yang ceria dan menjadi anak yang  menyenangkan bagi Ibrahim lalu Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anak satu satunya itu. Kisah ini disebutkan dalam firman Allah : “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata : Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu !. Dia (Ismail) menjawab : Wahai ayahku !. Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”.  (Q.S ash Shaffaat 102).

Begitulah dengan iman yang sangat kokoh dan ketundukan dan ketaatan serta tawakal  Nabi Ibrahim melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadanya meskipun itu suatu perkara yang amat berat.

Semoga kita tetap menjadi pengikut Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam dan juga berarti juga meneladani Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Insya Allah ada manfaatnnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.092)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar