Rabu, 03 Mei 2017

PELIHARA IMAN AGAR TERUS MENINGKAT



PELIHARA IMAN AGAR TERUS MENINGKAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu nikmat paling besar yang Allah Ta’ala anugerahkan kepada hamba hamba-Nya adalah nikmat iman. Iman yang melahirkan amal shalih. Sungguh ini adalah modal paling utama, tidak boleh tidak harus tetap  ada pada diri setiap hamba  untuk kebahagiannya di dunia dan di akhirat. 

Pertama : Kebahagian dalam kehidupan di dunia.
Allah berfirman : Barangsiapa yang beramal saleh, laki laki atau perempuan sedangkan dia beriman, akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S an Nahal 97).

Syaikh as Sa’di berkata : Sesungguhnya keberadaan iman menjadi syarat sah dan diterimanya amal shalih. Bahkan tidak bisa disebut amal shalih kecuali disertai dengan keimanan. (Karena) iman menuntut (munculnya) amal shalih. Barang siapa yang telah mengkombinasikan antara iman dan amal shalih : “maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik”. Hal tersebut dengan pemberian ketenteraman hati dan ketenangan jiwa serta tiada menoleh kepada obyek yang mengganggu hatinya. Dan Allah akan memberinya rizki yang halal lagi baik dari arah yang tidak disangka sangkanya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)

Kedua : Kebahagian dalam kehidupan di akhirat.
Orang yang memelihara iman dan melakukan amal shalih maka mereka akan mendapat kebahagian dan kehidupan yang baik di akhirat yaitu berupa surga dengan segala kenikmatannya.
Allah berfirman : “Wa basysyiril ladziina aamanuu wa ‘amilush shalihaati anna lahum jannatin tajrii min tahtihal anhaar”. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang orang beriman dan beramal shalih bahwa untuk mereka (disediakan) surga surga yang dibawahnya mengalir sungai sungai”.  (Q.S al Baqarah 25).

Oleh karena  itu merupakan kewajiban paling utama bagi kita untuk menjaga  iman   yang melahirkan amal shalih. Ketahuilah  bahwa salah satu prinsip penting Ahlus Sunnah wa Jamaah adalah keyakinan bahwa iman dapat bertambah dan berkurang atau bahkan lenyap sama sekali.

Diantara dalil atau sandarannya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

Pertama : (Q.S Ali Imran 173)
“(Yaitu) orang orang ( yang mentaati Allah dan Rasul-Nya) yang ketika ada orang orang mengatakan kepadanya : Orang orang kafir (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu karena itu takutlah kepada mereka, ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab : Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik baik pelindung”.  

Kedua : (Q.S al Anfal 2)
“Sesungguhnya orang orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya dan apabila dibacakan ayat ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Rabb mereka bertawakal” 

Ketiga : (Q.S at Taubah 124)
“Dan apabila diturunkan satu surah maka di antara mereka (orang orang munafik) ada yang berkata : Siapakah diantara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini ?. Adapun orang orang yang beriman maka surah ini menambah imannya dan mereka bergembira”.

Keempat : (Q.S al Fath 4).
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati orang orang yang beriman untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana”. 

Oleh sebab itu para sahabat dan ulama terdahulu serta orang orang shalih selalu berusaha meningkatkan iman mereka bahkan menganjurkan orang lain itu melakukannya pula.  Riwayat tentang hal itu sangatlah banyak, diantaranya :

Pertama : Umar bin Khaththab.
Beliau berkata kepada para sahabatnya : Marilah kita tambah keimanan kita. Dalam riwayat yang lain disebutkan : Kemarilah, mari kita tambah keimanan kita.

Kedua : Abdullah bin Mas’ud.
Beliau berkata : Duduklah bersama kami untuk menambah keimanan. Bahkan beliau berdoa : “Allahumma zidnii imaanan wa yaqiinan wa fiqhan”. Ya Allah, tambahkanlah kepadaku keimanan, keyakinan dan kefaqihan (kepahaman dalam agama).

Ketiga : Abdullah bin Rawahah.
Beliau pernah menarik tangan beberapa orang dari kalangan sahabat, lalu beliau berkata : Marilah sejenak kita (menambah) keimanan, marilah kita mengingat Allah dan menambah ketaatan kepada-Nya, semoga Dia mengingat kita dengan ampunan-Nya. 

Keempat : Umair bin Hubaib al Khathami.
Beliau berkata : Iman itu bertambah dan berkurang. Kemudian beliau ditanya : Bagaimanakah bertambah dan berkurangnya ?. Beliau menjawab : Jika kita mengingat Allah Ta’ala, memuji dan mensucikan-Nya maka itu bertambahnya. Dan jika kita melalaikanNya, meninggalkan-Nya dan melupakan-Nya maka itulah berkurangnya. 

Kelima : Imam Ahlus Sunnah, Ahmad bin Hambal.
Beliau pernah ditanya tentang keimanan : Apakah ia bertambah dan berkurang ?. Beliau menjawab : Bisa bertambah hingga meencapai langit yang tujuh dan bisa berkurang hingga sampai ke lapisan paling bawah yang tujuh. 

Jadi orang orang pilihan seperti mereka mengetahui bahwa keimanan memiliki banyak sebab yang dapat membuatnya bertambah dan berkembang. Dan iman pun memiliki banyak sebab lainnya yang dapat membuatnya berkurang, melemah dan lumpuh. Itulah sebabnya mereka bersungguh sungguh di dalam mewujudkan segala hal yang dapat menguatkan dan menyempurnakan  keimanannya. (Asbaabu Ziyaadatil Iimaan)

Oleh karena itu maka seorang hamba yang cerdas akan selalu berusaha meningkatkan imannya dengan melakukan berbagai ketaatan dan menjauhkan berbagai maksiat sekecil apapun.

Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala akan mewafatkan kita kapan saja Dia berkehendak. Sungguh kita sangatlah takut jika diwafatkan Allah dalam keadaan iman sedang menurun. Ini akan terus menjadi penyesalan dan berujung pada kesengsaraan. 

Selanjutnya, jangan lupa berdoa agar iman kita tetap kokoh dalam agama ini. Dari Syahr bin Hasyab, ia bercerita : Aku bertanya kepada Ummu Salamah : Wahai Ummul Mukminin, doa apa yang sering Rasulullah ucapkan ketika bersama engkau ?. Ummu Salamah menjawab : “Yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbi ‘alaa diinika” Wahai Yang Membolak balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk tetap berada diatas agama-Mu.

Beliau (Rasulullah) pernah ditanya : Ya Rasulullah, mengapa engkau berdoa demikian. Maka Rasulullah menjawab : Sesungguhnya tidak ada seorang manusia pun kecuali hatinya berada diantara dua jari Allah. Siapa saja yang dikehendaki-Nya untuk tetap dalam agamanya, maka Allah akan mengukuhkan dirinya. Dan siapa saja yang dikehendaki-Nya berpaling dari agamanya, maka Allah akan membuatnya berpaling dari agamanya. (Lihat Kitab Silsilah Hadits Shahih, Syaikh al Albani no. 2091).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.031)

1 komentar: