Senin, 01 Mei 2017

MENOLAK SUNNAH BERUJUNG PADA KESENGSARAAN



MENOLAK SUNNAH BERUJUNG PADA KESENGSARAAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Seorang beriman pastilah telah mengucapkan dua kalimat syahadat bahkan berulang ulang. Tak terhitung jumlahnya baik yang diucapkan dalam shalat, pada saat adzan, iqamah, saat berdoa dan yang lainnya.

Lafazh syahadat penggalan kedua : “Asyahadu an laa ilaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasulullah”.  mempunyai konsekwensi bagi orang beriman yakni wajib untuk mengikuti atau ittiba’ kepada Rasulullah.

Lalu bagaimana dengan orang orang yang menolak sebagian sunnah Rasulullah. Ketahuilah bahwa jika hal ini terjadi maka akan berujung kepada kesengsaraan, kerugian bahkan penyesalan yang berkepanjangan. Sungguh apa yang disampaikan Rasulullah dalam sunnah sunnah beliau adalah kebenaran dan petunjuk dari Allah Ta’ala yang semuanya untuk kemashlahatan manusia di di dunia dan di akhirat kelak. 

Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam adalah contoh teladan yang paling baik bagi umatnya. Allah Ta’ala berfirman : : “Laqad kaana lakum fii rasuulillahi uswatun hasanah”. Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu. (Q.S al Ahzaab 21).

Ada beberapa perkara buruk yang akan mendatangi seseorang jika tidak mau mengikuti sunnah   atau pun menyelisihi sunnah Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam, diantaranya :

Pertama : Allah akan memalingkan hati dan tidak diberi petunjuk.
Allah berfirman : “Falammaa zaaghuu azaghallahu quluubahum. Wallahu laa yahdil qaumal faasiqiin”. Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran) Allah memalingkan hati mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (Q.S ash Shaff 5). 

Tentang ayat ini, Syaikh as Sa’di berkata : “Maka tatkala mereka berpaling” maksudnya berpaling dari kebenaran, sesuai yang mereka inginkan “Allah memalingkan hati mereka” sebagai hukuman bagi mereka atas penyimpangan  yang mereka pilih untuk diri mereka  dan keridhaan mereka pada pada penyimpangan itu. Allah Ta’ala tidak memberi pertolongan pada mereka untuk mendapatkan petunjuk karena mereka tidak layak mendapatkan kebaikan.  Yang layak bagi mereka adalah keburukan.

“Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”.  Maksudnya, orang orang yang  sifat fasik terus melekat pada dirinya dan mereka tidak memiliki niat untuk mencari petunjuk. Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa kesesatan manusia dari yang digariskan Allah bukanlah kezhaliman Allah dan bukan hujjah manusia atas Allah Ta’ala. Kesesatan itu timbul disebabkan oleh mereka sendiri. 

Mereka menutup diri dari pintu hidayah pada hal mereka sebenarnya mengetahui. Allah pun membalas mereka dengan kesesatan dan penyimpangan. Serta dirobah robahnya hati mereka, sebagai hukuman bagi mereka dan sebagai keadilan Allah Ta’ala terhadap mereka. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
  
Sangatlah patut kita ambil manfaat dari perkataan dari Abu Bakar ash Shiddiq : Aku tidak mengetahui satu pun sunnah yang diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam kecuali aku (akan) mengamalkannya. Aku khawatir, jika aku meninggalkan satu saja dari sunnah Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam, aku termasuk orang orang yang hatinya telah menyeleweng.

Kedua : Menimbulkan berbagai musibah di dunia.
Jika seseorang menolak sunnah Nabi maka bisa menimbulkan berbagai musibah di dunia dan tentu musibah atau adzab akhirat lebih berat lagi.

Perhatikanlah tiga kisah berikut ini : 

(1) .  Sebuah hadits  yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menjelaskan tentang bagaimana seseorang yang mendapat hukuman dari Allah Ta’ala tersebab kesombongannya. Dia menolak untuk mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah yaitu makan dengan tangan kanan.

Ada seorang laki-laki makan di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tangan kirinya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Makanlah dengan tangan kananmu !. Dia malah menjawab :  Aku tidak bisa. Beliau bersabda :  ‘Benarkah kamu tidak bisa ?. (Dia menolaknya karena sombong). Setelah itu tangannya tidak bisa sampai ke mulutnya” (H.R Imam Muslim).

(2) Abu Abdillah Muhammad bin Ismail at Taimi berkata :  Aku telah membaca di sebagian kisah (hikayat) mengenai sebagian ahli bid’ah ketika mendengar hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :  Jika salah seorang di antara kalian bangun tidur, maka janganlah dia mencelupkan tangannya di dalam bejana sampai dia mencucinya tiga kali terlebih dahulu, karena dia tidak tahu di manakah tangannya bermalam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam rangka mengejek, ahli bid’ah ini berkata :  Ya, saya tahu ke mana tangan saya bermalam di ranjang.  Lalu tiba-tiba pada saat pagi, dia dapati tangannya berada dalam dubur sampai pergelangan tangan

At Taimi berkata : Oleh karena itu hendaklah seseorang berhati-hati dalam meremehkan sunnah (petunjuk) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kondisi-kondisi yang menuntutnya diam. Lihatlah apa yang terjadi pada orang ini karena akibat dari perbuatannya.” (Bustanul ‘Arifin li an Nawawi).

(3) Suatu hari ada seseorang yang berpamitan kepada Sa’id al Musayyab, untuk berangkat haji dari Madinah. Pada saat itu telah dikumandangkan adzan. Maka Sa’id berkata kepadanya : Jangan pergi dulu, telah dikumandangkan adzan. Tidak ada seorang pun berada di masjid kemudian dikumandangkan adzan lalu dia pergi  kecuali dia munafik. 

Rasulullah bersabda : Tidak halal keluar dari masjid setelah adzan. “Ada seorang lelaki yang pernah keluar dari masjid setelah adzan ashar dikumandangkan, maka Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata, “Adapun orang ini, maka sungguh dia telah bermaksiat kepada Abu Al-Qasim shallallahu alaihi wa alihi wasallam.” (H.R Imam Muslim dan juga diriwayatkan oleh banyak ahli hadits).

Orang itu beralasan : Wahai Imam rombongan saya telah pergi  dan sudah jauh. Saya harus menyusulnya. Said berkata : Jangan pergi karena Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam melarangnya. Akan tetapi orang tersebut tetap berangkat (keluar dari masjid). 

Setelah keberangkatannya, Sa’id mencari  tahu tentang kabar orang itu. Sampai akhirnya ada berita kepada beliau bahwa setelah kepergiannya, ditengah perjalanan orang tadi terjatuh dari kendaraannya sampai kakinya patah.

Oleh karena itu seorang hamba wajiblah mengikuti apa yang telah diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam dengan pemahaman salafush shalih. Sungguh Rasulullah haruslah kita ikuti dalam hal aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah. Insya Allah kita bisa terbebas dari berbagai kesengsaraan, mendapat keselamatan di dunia dan juga di akhirat kelak. 

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.030)    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar