Selasa, 16 Mei 2017

KISAH 1.001 MALAM MENGANDUNG BANYAK KEBOHONGAN



KISAH 1.001 MALAM MENGANDUNG BANYAK KEBOHONGAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Ada satu buku yang ditulis pada abad pertengahan, aslinya berbahasa Arab dengan judul : Alfu Lailah wa Lailah. Buku ini mungkin bagi sebagian orang menarik untuk dibaca sehingga sudah diterjemahkan pula kedalam bahasa Indonesia.

Buku ini sebagai karya sastra berupa fiksi. Didalamnya dikisahkan berbagai legenda, dongeng, fabel bahkan roman. Diantaranya ada kisah Sinbad si pelaut, kisah Abu Nawas, lampu wasiat Aladin, Ratu Sassanid  dan juga kisah Harun al Rasyid yaitu Khalifah ke 5 Dinasti Bani Abbassiyah.

Meskipun isi buku ini mungkin kelihatan menarik untuk dibaca oleh sebagian orang, tapi ketahuilah isinya kebanyakan hanya berupa cerita tak berdasar bahkan ada yang berbeda dengan fakta. Oleh karena itu seorang hamba tidaklah bermanfaat menghabiskan waktunya untuk membaca buku ini. Sungguh masih sangatlah banyak kitab lain yang insya Allah lebih bermanfaat untuk dibaca dan dipelajari.   
 
Diantara cerita dalam kitab ini disebutkan bahwa Khalifah Harun al Rasyid pernah bertanya kepada seseorang yang bernama Abu Nawas. Mana yang lebih banyak ikan di laut atau bintang di langit ?. Abu Nawas menjawab : Lebih banyak ikan di laut.

Selanjutnya Harun al Rasyid bertanya : Kenapa engkau tahu demikian. Apakah engkau pernah menghitungnya ?. Abu Nawas menjawab : Paduka, bukankah ikan tiap hari ditangkap dalam jumlah yang banyak tapi tak pernah habis. Sementara bintang tidak pernah rontok dan jumlahnya juga banyak. 

Nah benarkah  kisah ini dan benarkah jawaban yang diberikan Abu Nawas ?. Mungkin tak perlu kita jawab dan bahkan tidak perlu kita pikirkan. 

Asy Syaikh Shalih al Fauzan pernah ditanya tentang buku ini terutama tentang Harun al Rasyid yang disebutkan sebagai orang yang suka hura hura dan minum khamar. Lalu beliau menjawab : Alfu Lailah wa Lailah adalah buku yang penuh dengan dusta dan konspirasi terkait sejarah Islam. Ini adalah buku picisan, tidak valid dan tak bisa dijadikan pegangan. Tidak pantas seorang muslim menyia nyiakan waktunya dengan menelaah buku ini. 

Harun al Rasyid dikenal sebagai seorang yang shalih, istiqamah, penuh kesungguhan dan mengatur rakyatnya dengan baik. Setahun dia naik haji dan setahun berikutnya ia pergi berjihad di jalan Allah. Kebohongan yang disematkan terhadapnya dalam buku ini sama sekali tidak perlu dianggap. 

Dan tidak seharusnya seorang muslim membaca bacaan yang sembarangan. Dia harus membaca bacaan yang yang mengandung faedah dan bermanfaat, seperti buku buku sejarah yang bisa dipertanggung jawabkan, kitab kitab tafsir, hadits, fiqih juga buku buku akidah yang menjadi sarana bagi seorang muslim untuk mengenal agamanya.
Adapun terhadap buku buku yang tidak valid maka tidak selayaknya seorang selayaknya seorang muslim menyia nyiakan waktu untuk membacanya, apalagi sebagai penuntut ilmu. (Al Muntaqaa min Fataawaa Syaikh Fauzan).

Oleh karena itu mari kita biasakan diri untuk membaca buku buku  yang bermanfaat sehingga tak menyia nyiakan waktu dan bisa menambah ilmu serta ketaatan. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.038)   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar