Jumat, 23 Januari 2015

NASEHAT PERNIKAHAN FAKHRI DAN PUTRI




NASEHAT MENJELANG PERNIKAHAN FAKHRI DAN PUTRI

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah.
Insya Allah, besok tanggal 2 Rabi’ul Akhir 1436 H bertepatan dengan tanggal 24Januari 2015 M akan dilaksanakan pernikahan antara ananda Zulfakhri yaitu putra Bapak Haji Syaifuddin Saibur (alm.)  dengan ananda   Putri Yulianti yaitu putri Bapak Haji Sarmo Haryanto (alm). 

Ketahuilah bahwa kehadiran kami pada hari ini di rumah calon penganten pria adalah untuk menunjukkan rasa syukur kami bagi ananda Fakhri dan Putri yang dipertemukan Allah dan insya Allah segera akan memulai hidup baru. Hidup berkeluarga. Sungguh kehadiran kami semuanya di tempat ini   adalah juga untuk  mendoakan agar acara yang telah direncanakan ini selalu dalam kebaikan, mendapat lindungan  serta dimudahkan dalam segala urusan.

Saya mendapat kehormatan karena diberi kesempatan untuk menyampaikan  sedikit tausiah atau nasehat bagi kedua calon penganten khususnya. Mudah mudahan tausiah ini juga bermanfaat bagi saya dan kita semua yang hadir pada acara syukuran ini. Dengan memohon pertolongan dan  ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala, tausiah ini ditulis dan disampaikan dengan judul :

“SEBAIK BAIK BEKAL BERUMAH TANGGA ADALAH TAKWA”

Salah satu tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bapak dan Ibu keluarga besar Bapak Haji Syaifuddin Saibur  (alm.) Dan keluarga besar Bapak Haji Sarmo Haryanto (alm), terutama kedua calon penganten yang sudah bersiap siap untuk menjalani hidup berumah tangga beserta seluruh hadirin yang berbahagia.

Ketahuilah bahwa Allah telah berfirman dalam surat ar Rum 21 : “Wamin ayaatihi an khalaqa lakum min anfusikum azwaajaa, litaskunuu ilaihaa wa ja’ala bainakum mawaddatau wa rahmah. Inna fii dzaalika la aayatin liqaumin yatakkaruun” Dan diantara tanda tanda (kebesaran) Nya ialah Dia menciptakan pasangan pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa  tenteram kepadanya. Dan Dia menjadikan diantara kamu kasih sayang. Sungguh pada demikian itu terdapat tanda tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir. 

Tentang ayat ini, as Syaikh  Abdurrahman bin Nashir as Sa’di berkata : Bahwa salah satu tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya, Allah Ta’ala adalah dengan membuktikan rahmat-Nya, perhatian Allah terhadap hamba hamba-Nya, kebijakan-Nya yang Agung dan ilmu-Nya yang mencakup segala sesuatu yaitu Allah menciptakan untukmu istri istri dari jenismu sendiri. Mereka serasi dengan kalian dan kalian serasi dengannya. Mereka serupa dengan kalian dan kalian serupa dengannya. (Supaya apa, pen.) Supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikannya  diantara kalian kasih sayang. (Lihat Kitab Tafsir Karimir Rahman)

Kalau kita lihat dengan lebih cermat ayat ini menjelaskan bahwa pada asalnya pernikahan itu memiliki potensi yang amat kuat untuk mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan bagi setiap pasangan suami istri. Kenapa, karena pernikahan adalah bagian dari tanda tanda kebesaran Allah. Selain itu juga  bagian dari Sunnah Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam.

Rumah tangga ibarat kapal yang berlayar.
Orang  mengibaratkan rumah tangga seperti kapal yang berlayar. Itulah sebabnya rumah tangga disebut juga sebagai bahtera. Bahtera rumah tangga. Kalau diibaratkan kapal atau bahtera maka agar mudah  diperjalanan diperlukan beberapa hal yang baik untuk diperhatikan.

Pertama : Jika diibaratkan kapal, maka kapal rumah tangga itu harus kokoh yaitu dibuat dengan bahan bahan yang kuat. Kokohnya bahtera rumah tangga adalah dengan iman dan takwa yang ada didalamnya. Kalau iman dan takwa dipelihara dalam rumah tangga maka tidak goyah. Kalaupun ada gelombang ataupun badai yang mendera, insya Allah kapal rumah tangga itu akan tetap tegar. “Wa tazawwaduu, fainna kahiraz zaadit taqwa. Wattaquuni yaa uulil albaab” Berbekallah, karena sesungguhnya sebaik baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang orang yang berakal. (Q.S al Baqarah 197)  

Kedua : Kapal rumah tangga itu harus memiliki penunjuk arah kemana jalan yang akan dituju. Penunjuk arah dalam pelayaran diantaranya adalah kompas ataupun peralatan navigasi lainnya. Begitupun dalam bahtera rumah tangga. Bahtera rumah tangga sangatlah membutuhkan penunjuk arah agar jalannya benar dan lurus. Penunjuk arah yang dimaksud adalah al Qur an dan as Sunnah yaitu pentujuk Allah dan Rasul-Nya.

Inilah dua penunjuk arah yang paling utama dan paling canggih bagi kehidupan berumah tangga. Jangan abaikan kedua petunjuk ini. Nabi yang menjamin bahwa al Qur an dan as Sunnah adalah petunjuk terbaik bagi manusia dari dunia hingga negeri akhirat.

Rasulullah bersabda : “Taraktu fiikum amrai-ni lan tadhilluu maa tamassaktum bihimaa : Kitaballahi wa sunnata nabiiyah” . Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara yang selama lamanya kamu tidak aka  tersesat jika kamu berpegang kepada keduanya (yaitu) : Kitabullah dan Sunnah nabi-Nya (H.R Imam Malik dalam al Muwatha’).

Ketiga : Bahan bakar yang cukup. Kapal yang berlayar tentulah mempersiapkan bahan bakar yang cukup. Ini adalah kebutuhan pokok dalam suatu pelayaran. Bagi bahtera rumah tangga juga harus mempersiapkan bahan bakar yang cukup yaitu berupa sikap sabar dan syukur. Sabar dan syukur akan menjadi kunci segala kebaikan. Insya  Allah.
Rasulullah bersabda : “’Ajaban li amril mu’minini inna amrahu kullahu lahu khairun, wa laisa dzaalika li ahadin illaa lil mu’minin, in ashabat-hu sarraa-u syakara, fakaana khairal lahu, wain ashabat-hu dharraa-u shabara fakaana khairal lahu.” Memang sangat menakjubkan urusan orang mukmin itu, karena semua urusannya adalah baik, dan ini tidak akan terjadi pada seorangpun kecuali pada orang mukmin. Jika mendapat kesenangan dia bersyukur, maka yang demikian itu adalah lebih baik baginya. Dan jika ditimpa kesusahan dia bersabar, maka yang demikian itu adalah lebih baik bagi baginya. (H.R Imam Muslim)

Keempat : Bekal yang cukup. Ketahuilah bahwa kapal yang berlayar tentu membutuhkan perbekalan yang cukup bagi semua penumpangnya. Begitupun bahtera rumah tangga juga harus punya bekal yang cukup. Suami haruslah bertanggung jawab untuk mencari rizki agar bisa  menyediakan bekal yang cukup yaitu segala kebutuhan rumah tangganya sesuai kemampuannya.    

Dalam mencari rizki suami harus yakin betul bahwa dia  memiliki Allah yang Mahapemurah dan Mahakaya. Oleh karena itu  tidaklah dianggap sebagai kebaikan jika  masih ada yang merasa khawatir dengan rizki.
Allah berfirman : “Wamaa min  daabbatin fil ardhi illa ‘alallahi rizquha” Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya. (Q.S Hud 6).

Kewajiban seorang hamba adalah berusaha mencari  rizki yang halal dan dengan cara yang halal. Jadi harus berusaha. Jangan diam saja. Tidak cukup dengan doa saja. Allah tidak menurunkan rupiah atau dolar dari langit. Sungguhpun demikian seorang hamba tidak perlu bersusah payah memikirkan akan dapat rizki berapa, karena Allah telah menentukannya. Dapat banyak atau sedikit itu adalah hitungan kalkulator kita. Tapi berapapun yang diberikan Allah itulah yang terbaik buat hamba-Nya.
Dengan kasih sayangNya, Allah senantiasa menyediakan rizki yang baik bagi hamba hambaNya yang beriman. 

Ketahuilah bahwa jika  pada suatu waktu Allah menutup satu pintu rizki untuk seorang hamba maka sebenarnya Allah bermaksud membuka pintu rizki yang lain dan lebih baik. Bisa jumlah dan jenisnya yang lebih baik dan bisa pula keberkahannya yang bertambah. 

Suatu hal yang perlu diingat jangan tamak dalam mencari dan mendapatkan harta. Sungguh harta tidaklah selalu mampu membuat manusia merasa berbahagia. Bisa  hidup dengan senang dan tenang. Sungguh tidaklah demikian. Berapa banyak saudara saudara kita yang memiliki sedikit harta tapi sangat menikmati hidup bersama keluarganya. Sebaliknya berapa banyak pula saudara saudara kita yang memiliki harta melimpah, lebih dari cukup tapi keadaan ini belum tentu membuatnya berbahagia, hidup dengan nyaman.

Jangan mau ditipu oleh harta. Sungguh tidaklah semua bisa dibeli dengan harta atau uang. Orang bijak mengatakan : Harta bisa membeli makanan yang paling enak tapi harta tidak bisa membeli selera makan. Bukankah makanan yang mahal atau murah tidak terlalu penting tapi yang penting adalah selera makan. Harta bisa membeli tempat tidur yang termahal tapi harta tidak bisa membeli tidur.  Bukankah yang penting adalah  tidurnya, bukan tempat tidurnya mahal atau murah. Harta bisa membeli rumah yang mewah tapi harta tidak bisa membeli home sweet home. Tidak bisa membeli baitii jannatii. Tidak bisa membeli rumahku surgaku. Padahal setiap orang mendambakan rumahku surgaku.

Sungguh harta yang sedikit atau harta yang banyak bukan masalah besar dalam kehidupan seorang hamba. Yang masalah adalah bagaimana cara mendapatkannya dan ke mana  dibelanjakan.

Bagaimana jika ada badai dan gelombang.
Semua kita tidaklah  mengharapkan akan menemukan badai dan gelombang akan menerpa bahtera rumah tangga. Kita berlindung kepada Allah Ta’ala. Namun bisa saja terjadi yang diluar keinginan kita semua.
Allah berfirman : “Ahasiban naasu an yutrakuu an yaquuluu amannaa wahum la yuftanuun” Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan beriman, dan mereka tidak diuji ? (Q.S al Ankabuut 2).

Syaikh as Sa’di dalam menafsirkan ayat ini, antara lain menjelaskan bahwa : Dia (Allah) akan menguji mereka dengan kesenangan dan kesusahan hidup serta kesulitan dan juga kemudahan.

Jika menemukan gelombang dalam rumah tangga ada dua hal yang kiranya bisa dilakukan :

Pertama : Jangan lupa minta nasehat kepada orang tua atau seseorang yang  sangat dipercaya. Cuma yang perlu diingat dalam minta nasehat haruslah dengan niat ikhlas untuk mendapatkan jalan keluar yang terbaik dari suatu keadaan. Jangan minta nasehat untuk menceritakan kekurangan pihak lain. Ketahuilah bahwa sebenarnya setiap kita memiliki kekurangan.

Kedua : Minta tolong kepada Allah dengan sabar dan shalat.
Jika seseorang menemukan suatu ujian atau cobaan dalam hidupnya maka Allah perintahkan kita untuk minta tolong kepada Allah saja. Tidak kepada yang lain. Caranya adalah pelihara sikap sabar. Jika perlu buat pabrik sabar. Sehingga sabarnya tidak pernah habis karena punya pabriknya.  Ketahuilah bahwa seorang yang habis kesabarannya bukanlah dianggap sebagai orang yang sabar. 

Tentang sabar.
Apa itu sabar. Imam Ibnul Qayyim dalam Kitabnya Madarijus Saalikin menjelaskan bahwa secara etimologi sabar itu bermakna menahan atau mencegah. Secara istilah kata beliau makna sabar adalah :

1.     Menahan diri dari berputus asa
2.     Menahan amarah jiwa
3.     Mencegah lisan dari mengeluh
4.     Mencegah anggota badan untuk berbuat mungkar.

Kenapa sabar ini penting dan dibutuhkan pada setiap saat. Syaikh Ahmad Faridh seorang Ulama dari Mesir, dalam Kitabnya Tazkiyatun Nufus berkata : Seorang hamba  selalu membutuhkan kesabaran dalam setiap keadaannya. Sebab ia selalu berada dalam perintah yang wajib dilaksanakan dan larangan yang wajib dia tinggalkan. Dia senantiasa berada pada takdir Allah serta kenikmatan yang wajib dia syukuri. Apabila semua perkara ini tidak bisa lepas dari seseorang maka kesabaran harus senantiasa berada pada dirinya.

Tentang minta tolong dengan shalat.
Maksudnya adalah jika seseorang mengalami suatu kesulitan  maka sangatlah dianjurkan untuk melakukan shalat. Mungkin ini tidak lazim kita lakukan. Kalau ada kesulitan kita biasanya berdoa, ya ini sangat baik. Tetapi juga sangatlah dianjurkan untuk melakukan shalat. Ini dicontohkan oleh Rasulullah dan orang shalih. 

Jika menghadapi masalah besar maka Rasulullah melakukan shalat sunat. Ini adalah sebagaimana kesaksian para sahabat. 

Ali bin Abi Thalib berkata : “Pada malam (sebelum) perang Badar, semua kami tertidur kecuali Rasulullah. Beliau shalat dan berdoa sampai subuh”.
Diriwayatkan dari Hudzaifah bin Yaman : “Pada malam perang Ahzab, saya menemui Rasulullah dan senantiasa beliau shalat dan menutup tubuhnya dengan jubah. Hudzaifah juga berkata : “Inna nabiyyu salallahu ‘alaihi wasalam idzaa hazabahu amrun shalla”  Nabi salallahu ‘alaihi wasallam apabila dirundung masalah  maka beliau mengerjakan shalat”. (H.R Imam Abu Dawud, dihasankan oleh Syaikh al Albani)

Imam Ibnu Katsir antara lain menceritakan tentang Nabi Ibrahim dan istrinya Sarah yang menghadapi kesulitan besar lalu berwudhu’ dan shalat meminta pertolongan kepada Allah. Dikisahkan bahwa pada suatu waktu Nabi Ibrahim dalam suatu safar bersama istrinya Sarah melewati negeri seorang penguasa zhalim. Raja negeri itu memerintahkan pembantunya untuk mengambil Sarah yang sangat cantik itu dan dibawa ke istana.
Di istana, raja mulai mendekati Sarah. Sarah berpaling dan sarah minta waktu untuk  berwudhu’ lalu mengerjakan shalat dan berdoa : Ya Allah jika engkau mengetahui bahwa aku beriman kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu dan aku senantiasa memelihara kehormatanku kecuali kepada suamiku, maka janganlah Engkau memberikan (kesempatan) kepada orang kafir (untuk menjamahku). Tiba tiba raja itu pingsan dan terkulai kedua kakinya.  Kemudian raja bangun kembali.   Setelah tiga atau empat kali ingin menjamah Sarah ternyata raja tidak mampu. Raja selalu pingsan dan terkulai kakinya. Lalu raja memanggil pembantunya dan berkata : Kalian tidak membawakan   untukku kecuali syaithan (bukan manusia). Kemudian Sarah dikembalikan kepada suaminya Ibrahim. Selain itu  raja memberinya hadiah seorang pembantu yaitu Hajar.

Sementara Sarah dibawa oleh pembantu raja ke istana maka Nabi Ibrahim senantiasa mengerjakan shalat dan berdoa agar Allah menjaga Sarah.
Akhirnya Nabi Ibrahim dan istrinya Sarah  selamat dari orang yang akan mencederai dan menzhaliminya.  (Dari Kitab Qishashul Anbiyaa, dengan diringkas).

Sungguh Allah telah berfirman : “Wasta’iinuu bish shabri wasshalah” Dan jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu (Q.S al Baqarah 45).

Demikianlah tausiah singkat ini disampaikan semoga bermanfaat bagi kedua calon penganten dan kiranya juga bermanfaat untuk para penganten lama yang hadir saat ini.

Wallahu A’lam.  (186)












Tidak ada komentar:

Posting Komentar