Selasa, 06 Januari 2015

MEMAAFKAN ADALAH AKHLAK MULIA



MEMAAFKAN ADALAH AKHLAK MULIA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah
Sungguh tidak  ada yang meragukan bahwa jika seseorang suka memaafkan akan mudah dimaafkan, suka menolong akan ditolong, suka menyayangi akan disayangi dan suka memberi akan diberi. Bukankah dalam kehidupan sehari hari, keadaan ini sangat lumrah dan sering kita saksikan. Misalkan ada seseorang  yang biasa memudahkan urusan orang lain maka selalu saja ada kemudahan dan jalan keluar baginya jika suatu waktu dia mendapat kesulitan atau menghadapi suatu masalah yang berat. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : In ahsantum ahsantum li anfusikum. Jika kamu berbuat kebaikan maka (berarti) kamu berbuat kebaikan bagi dirimu sendiri. (Q.S al Israa’ 7). Allah Ta’ala juga berfirman : “Hal jazaa-ul ihsani illal ihsan” Balasan perbuatan baik adalah kebaikan pula (Q.S ar Rahman 60).

Tentang makna memaafkan.
Diantara makna memaafkan adalah engkau mempunyai hak untuk membalas terhadap orang lain yang menzhalimi dirimu tetapi engkau melepaskan (hakmu itu), tidak menuntut qishash atau denda kepadamya (Minhajul Qashidin, Imam Ibnu Qudamah).
Orang bijak berkata bahwa implementasi dari memaafkan itu adalah engkau senantiasa, terus menerus mengosongkan hatimu dari semua kesalahan orang lain kepadamu. Ini sebenarnya mudah dilakukan jika engkau menyadari  dan juga sangat mengharapkan maaf  dari orang yang pernah engkau zhalimi.

Imam Raghib Ashbahani berkata : Suka memaafkan adalah bagian dari sikap santun. Orang yang santun adalah ketika dizhalimi dia bersikap santun dan ketika dia mampu membalasnya dia malah memaafkan.

Ketahuilah bahwa seorang hamba yang suka memafkan kesalahan orang lain, akan senantiasa memperoleh ampunan Allah. Inilah puncak keutamaan dari sikap suka memaafkan. Allah berfirman : “Wal ya’fuu wal yashfahuu, alaa tuhibbuuna an yaghfirallaahu lakum wallaahu ghafuurur rahiim. Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak menginginkan Allah mengampunimu dan Allah Mahapengampun dan Mahapenyayang (Q.S an Nuur 22)

Teladan salafus shalih dalam memaafkan.
Sungguh sangatlah banyak kisah tentang sikap suka memaafkan yang bisa kita ambil dari salafus shalih. Satu diantaranya adalah sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnu Asakir, dalam Tarikh Dimasqi yaitu kisah Ja’afar ash Shadiq dengan pembantu atau budaknya.

Pada suatu kali budak Ja’far ash Shadiq hendak menuangkan air bagi Ja’far ash Shadiq. Tanpa diduga bejana atau tempat air itu jatuh dan menimpa wajah Ja’far ash Shadiq. Lalu beliau melihat kepada budaknya itu dengan wajah marah karena kesal. 

Budaknya berkata,  ya Tuan, sesungguhnya Allah telah berfirman dalam surat Ali Imran 134 : “Wal kaazhimiinal ghaizh” Dan orang orang yang menahan marahnya.
Abu Ja’far ash Shadiq berkata : Ya, aku menahan marahku.
Budaknya berkata lagi, ya Tuan, sesungguhnya Allah telah berfirman dalam surat Ali Imran 134 : “Wa ‘afiina ‘aninnaas” Dan suka memaafkan manusia.
Abu Ja’far ash Shadiq berkata : Ya, sudah aku maafkan kesalahanmu.
 
Budaknya melanjutkan perkataannya, ya Tuan, sesungguhnya Allah telah berfirman dalam surat Ali Imran 134 : “Wallahu yuhibbul muhsiniin” Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang berbuat baik.

Abu Ja’far ash Shadiq berkata : Ya,  engkau aku bebaskan sekarang, engkau merdeka. Aku merdekakan engkau karena ingin berbuat baik dan mencari ridha Allah.

Semoga kisah ini menjadi pelajaran yang berharga bagi kita semua. Ya Allah jadikanlah kami hamba yang mampu menahan marah, jadikanlah kami hamba yang suka memaafkan dan jadikanlah kami hamba yang selalu berbuat baik.
 
Wallahu a’lam.      (177)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar