Minggu, 11 Januari 2015

JAUHI HARTA HARAM DAN SYUBHAT



JAUHI HARTA HARAM DAN SYUBHAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Dalam menjalani kehidupan ini, manusia membutuhkan harta atau rizki untuk menopang kehidupannya agar bisa beribadah dengan baik. Oleh karena itu berbagai usaha dilakukan manusia untuk mendapatkannya. Tapi diantara manusia ada yang berlebihan mengejar harta dan rizki sehingga bisa jatuh kepada sifat tamak yaitu tidak pernah merasa cukup dan puas.

Allah berfirman : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa apa yang diinginkan. Yaitu wanita, anak anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik (surga)” Q.S Ali Imran 14.
Ketahuilah bahwa berlebihan mencintai harta bisa membuat manusia lupa cara yang benar dalam mendapatkannya. Ada yang jatuh kepada yang syubhat bahkan kepada yang haram.

Harta tidaklah selalu mampu membuat manusia merasa berbahagia. Bisa  hidup dengan senang dan tenang. Sungguh tidaklah demikian. Berapa banyak saudara saudara kita yang memiliki sedikit harta tapi sangat menikmati hidup bersama keluarganya. Sebaliknya berapa banyak pula saudara saudara kita yang memiliki harta melimpah, lebih dari cukup tapi keadaan ini belum tentu membuatnya berbahagia, hidup dengan nyaman.

Sungguh tidaklah semua bisa dibeli dengan harta atau uang. Orang bijak mengatakan : Harta bisa membeli makanan yang paling enak tapi harta tidak bisa membeli selera makan. Bukankah makanan yang mahal atau murah tidak terlalu penting tapi yang penting adalah selera makan. Harta bisa membeli tempat tidur yang termahal tapi harta tidak bisa membeli tidur.  Bukankah yang penting adalah  tidurnya, tidak tempat tidurnya mahal atau murah. Harta bisa membeli rumah yang mewah tapi harta tidak bisa membeli home sweet home. Tidak bisa membeli baitii jannatii, rumahku surgaku. Padahal setiap orang mendambakan rumahku surgaku.

Sungguh harta yang sedikit atau harta yang banyak bukan masalah besar dalam kehidupan seorang hamba. Yang masalah adalah bagaimana cara mendapatkannya dan kemana  dibelanjakan. Apakah dengan cara yang halal, syubhat atau haram. Ini menentukan akan keberkahan harta yang kita miliki. 

Seorang yang wara’ sangatlah khawatir bila hartanya berasal dari yang syubhat dan yang haram. Perhatikanlah saudaraku, suatu kisah shahih yang disabdakan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wassalam tentang orang yang wara’ yaitu merasa takut terhadap harta yang dia merasa bukan haknya. 

Dari Abu Hurairah, ia berkata Rasulullah bersabda : “Ada seseorang membeli tanah pekarangan dari seseorang yang lain. Kemudian secara tidak sengaja sang pembeli (tanah) tersebut menemukan sebuah tembikar berisikan emas di dalam tanah yang dibelinya. Sang pembeli tanah itu berkata kepada penjual tanah : Ambillah emasmu ini, karena aku hanya membeli tanah saja darimu dan tidak membeli emas. 

Sang penjual tanah itu menjawab : Sesungguhnya saya sudah menjual tanah itu kepadamu beserta isinya (maka emas itu milikmu sebagai pembeli tanah, pen.).
Kemudian keduanya sepakat mengajukan perkaranya kepada seseorang, maka laki laki tersebut akhirnya memberikan keputusan : Apakah kalian berdua memiliki anak ? Maka salah satu dari keduanya menjawab : Aku memiliki seorang anak laki laki. Dan berkata yang lain berkata : Aku memiliki seorang anak wanita. Kemudian laki laki itu mengatakan : Nikahkanlah keduanya dan sedekahkanlah harta itu untuk keduanya. Merekapun melakukannya. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dalam kisah ini terdapat pelajaran berharga yaitu sipembeli maupun sipenjual tanah tersebut sama sama takut untuk mengambil emas dalam tembikar tersebut dan sama sama tidak ingin mendapatkannya karena sama sama memiliki sifat wara’. Keduanya juga sama sama ingin menjauhi dari harta haram dan syubhat. 

Bagaimana jika kisah ini terjadi pada zaman kita sekarang. Allahu a’lam tentu ceritanya akan lain. Bukankah manusia zaman sekarang banyak  yang tamak terhadap harta, kecuali orang orang yang telah mendapat petunjuk kepada jalan yang lurus.

Berikut adalah sebuah   hadits sebagai penutup tulisan ini yaitu tentang keutamaan sifat wara’ dan keutamaan  meninggalkan sesuatu yang syubhat. Rasulullah bersabda : “Barang siapa yang meninggalkan barang syubhat maka sungguh ia telah membersihkan agama dan kehormatannya. Dan barang siapa yang menjerumuskan (dirinya) kedalam syubhat berarti dia telah terjatuh pada keharaman. Seperti penggembala yang menggembala di sekitar daerah larangan maka hampir hampir ia masuk kedalamnya …. (H.R Imam Bukhari  dan Imam Muslim)

Wallahu A’lam. (181)     
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar