Minggu, 25 Januari 2015

ISLAM AGAMA YANG MUDAH



ISLAM AGAMA YANG MUDAH

Oleh :Azwir B. Chaniago

Muqaddimah
Sungguh Islam adalah agama yang  mudah, memberikan kemudahan, menghilangkan beban dan menghilangkan segala yang berat bagi manusia.
Barangkali ada seseorang yang merasa bahwa agama Islam ini berat, banyak aturannya. Banyak perintah dan larangannya. Tapi ketahuilah bahwa  yang  mengalami kesulitan atau merasa berat dalam menjalani syari’at Islam diantaranya adalah :

Pertama : Orang yang tidak ikhlas dalam menjalani syari’at Islam. Jika seseorang memiliki keikhlasan dalam menerima atau melakukan sesuatu tentulah tidak ada yang berat baginya.

Kedua : Orang yang jahil atau tidak memiliki ilmu yang memadai tentang Islam. Seseorang jika tidak mengetahui sesuatu dengan jelas maka tentu  berat dan merasa sulit untuk melakukannya.  

Allah dan Rasul-Nya yang menjelaskan bahwa Islam itu mudah. Oleh karena itu tidaklah patut bagi seorangpun untuk mengatakan Islam itu sulit dan memberatkan. Bukankah Islam yang kita anut ini adalah anugerah dan nikmat yang besar dari Allah kepada kita. 

Kemudahan Islam menurut al Qur an.

Pertama : Allah yang menyatakan bahwa agama Islam mudah tidak mendatangkan kesulitan. Allah berfirman : Yuridullahu bikumul yusra wala yuridu bi kumul ‘usra. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu. (Q.S. Al Baqarah 185).

Maksud ayat ini adalah Allah menghendaki hal yang memudahkan bagi kalian jalan yang menyampaikan kalian kepada ridha-Nya dengan kemudahan yang paling mudah dan meringankannya dengan keringanan yang paling ringan. Segala yang diperintahkan Allah atas hamba-hamba-Nya pada dasarnya adalah sangat mudah sekali. Bila terjadi rintangan yang menimbulkan kesulitan maka Allah akan memudahkannya dengan kemudahan lain yaitu dengan menggugurkannya atau menguranginya dengan segala bentuk pengurangan. (Tafsir Karimir Rahman, Syaikh as Sa’di).
      
Kedua : Allah berfirman : “Ma yuridullahu liyaj’ala ‘alaikum min harajin walaakin yuridu liyuthahirakum waliyutimma ni’matahu ‘alaikum la’allakum tasykuruun.” Allah tidak hendak menyulitkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagi kamu, supaya kamu bersyukur (Q.S. al Maa-idah 6).

Maksud ayat ini adalah Allah memberikan kemudahan, tidak memberikan kesulitan. Dan agar kalian bersyukur terhadap nikmat-nikmat yang diberikan Allah atas apa apa yang telah disyariatkan berupa kelonggaran, kelembutan, rakhmat, keindahan dan kelapangan (Tafsir Ibnu Katsir).  
 
Ketiga : Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Wa jaahiduu fillahi haqqa jihaadihi, huwa ajtabaakum wamaa ja’ala ‘alaikum fiddiini min haraja..” Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama kesempitan... (Q.S. Al Hajj 78).

Mungkin ada orang yang menyangka bahwa jihad ini merupakan suatu yang amat memberatkan maka Allah berfirman dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu suatu kesempitan, maksudnya adalah tidak mendatangkan suatu kepelikan dan kesulitan.  Justru (Allah) benar-benar meringankan dan memudahkan dengan kemudahan yang paling puncak. Tidaklah Allah memerintahkan dan mengharuskan sesuatu melainkan :

(1)   (pasti) Sesuatu yang mudah dirasakan manusia. 
(2)  Tidak memberatkan dan menyusahkan. 
(3)  Bila muncul beberapa faktor yang mengharuskan adanya rukhshah maka Allah meringankan kewajiban yang Allah perintahkan baik dengan menggugurkannya (semua) atau menggugurkan sebagiannya (Tafsir Karimir Rahman). 

Kemudahan Islam menurut as Sunnah.
Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wassalam  menjelaskan tentang kemudahan Islam, dalam sabda beliau : “Innad diina yusra, wa lan yusyaddad diinu ahadun illa ghalibahu, fasaddidu wa qaaribuu, wasta’iinuu bil ghadwati warrauhati wa syai’in minal duljah.” Sesungguhnya agama (Islam) ini mudah. Dan tidak seorang pun juga yang memberatkan agama ini akan mengalahkannya. Oleh karena itu berlaku sedanglah kamu dan mendekatlah dan mintalah bantuan di waktu pagi dan petang dan sedikit diwaktu malam. (H.R Imam Bukhari). 

Dalam hadits ini Rasulullah menegaskan bahwa Islam itu mudah. Barangsiapa yang memberat-beratkan pasti akan dikalahkan oleh Islam karena begitu banyaknya jalan-jalan kebaikan dalam Islam dan pasti dia tidak akan sanggup untuk melakukan semuanya. Oleh karena  berlaku sedanglah jangan berlebih lebihan tapi jangan pula mengurangi hak atau melalaikannya. Jika engkau tidak sanggup mengerjakan semuanya atau melakukan yang sempurna, dan mendekatlah  yaitu berusaha mendekati kesempurnaan.

Bagaimana bentuk kemudahan yang dimaksud dalam syari’at Islam. Diantaranya adalah :

Pertama : Perintah syari’at tidak melebihi kemampuan manusia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : La yukallifullahu nafsan illa wus’aha. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Q.S Al Baqarah 286)

Syaikh as Sa’di dalam Ktab Tafsirnya menjlaskan bahwa : Allah memudahkan bagi mereka syari’at-syari’at Nya dengan sangat mudah. Allah tidak memberatkan mereka dengan kesulitan,  beban dan tambahan seperti yang diberikan kepada orang-orang sebelum mereka dan Allah tidak memberatkan melebihi kemampuan mereka 

Kemudahan Islam juga berlaku dalam hal pemberian nafkah. Seorang yang lapang rezkinya haruslah memberi nafkah sesuai dengan kesanggupannya bukan memberi nafkah layaknya orang miskin. Allah berfirman : La yukallifullahu nafsan illa maa ataaha. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya (Q.S ath Thalaq 7).

Ini sesuai dengan hikmah dan rakhmat illahi, karena menempatkan sesuatu sesuai dengan ukurannya dan memberi keringanan kepada orang yang tidak mampu (Tafsir Karimir Rahman, Syaikh as Sa’di)

Rasulullah Salallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “Yassiruu walaa tu’assiruu, walaa tunaffiruu”. Mudahkanlah, janganlah menyusahkan dan beri kabar gembira dan jangan membuat orang lari (dari agama ini). H.R Imam Muslim.

Dalam hadits ini Rasulullah mengingatkan kita bahwa Islam ini mudah dan sekali gus mengingat agar tidak menyusahkan dan memberatkan, dan tidak menyulitkan. Tapi janganlah memudah-mudahkan dengan akal fikiran, perasaan, toleransi yang salah kaprah atau kebersamaan. Kemudahan itu  haruslah berdasarkan wahyu yaitu al Qur’an dan as Sunnah yang shahih.  

Kedua : Perintah syari’at memiliki banyak rukhshah.
Sungguh Allah sebagai Khalik yang menciptakan manusia, Mahamengetahui tentang kelemahan manusia. Maka syari’at yang Allah turunkan memiliki rukhsah atau keringan  yang banyak.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Yuridullahu ‘aiyukhaffifa ankum, wa khuliqal insaanu dha’iifaa. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia diciptakan (bersifat) lemah. (Q.S. an Nisaa’ 28) 

Syaikh as Sa’di berkata bahwa maksudnya adalah dengan mudahnya perkara-perkara yang Allah perintahkan kalian kepadanya dan perkara-perkara yang kalian dilarang darinya semua itu karena rakhmat Allah yang sempurna kebaikanNya. Yang menyeluruh dari ilmu dan hikmahNya akan kelemahan manusia dari berbagai segi. Lemah fisik, lemah dalam kehendak, lemah dalam tekad, lemah dalam iman dan lemah dalam kesabaran. Lalu untuk menyesuaikan hal itu Allah meringankan apa yang mereka lemah padanya dan apa yang tidak bisa dilakukan oleh keimanan, kesabaran dan kekuatannya (Tafsir Karimir Rahman). 
 
Ketiga : Perintah syari’at sesuai kemampuan.
Salah satu kemudahan syari’at Islam adalah menyuruh umatnya melakukan suatu perintah sesuai kemampuan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :“Fattaqullaha mastatha’tum.” Maka bertakwalah kepada Allah menurut kesangupanmu.(Q.S. At Taghabun 16).

Allah memerintahkan para hambaNya agar bertakwa padaNya yaitu dengan menunaikan perintah dan menjauhi larangannya sesuai kemampuan. Allah membatasi hal itu dengan kadar kemampuan dan kesanggupan. Ayat ini menunjukkan bahwa kewajiban yang tidak mampu dilakukan oleh seorang hamba menjadi gugur. Jika seorang hamba mampu menunaikan sebagian kewajiban dan tidak mampu menunaikan kewajiban lainnya, maka ia cukup menunaikan kewajiban yang  mampu dia lakukan. Sedangkan kewajiban lainnya yang tidak mampu dilakukan menjadi gugur. (Tafsir Karimir Rahman, Syaikh as Sa’di)

Rasulullah bersabda : Ma nahaitukum anhu fajtanibuhu, Wama amartukum bihi faktu minhu mastatha’tum. Apa yang aku larang kalian atasnya maka jauhilah, dan apa yang aku perintahkan kalian maka lakukanlah semampu kalian.

Sungguh kemudahan dalam syariat Islam menunjukkan kemuliaan dan ketinggiannya  :Al islamu ya’lu wala yu’la. Islam itu tinggi dan tidak ada yang dapat mengatasi ketinggian (Islam). H.R. Imam Daruquthni.

Wallahu a’lam. (190)
. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar