Minggu, 28 September 2014

TAUBAT SEBENAR BENARNYA



BERTAUBAT DENGAN SEBENAR BENARNYA

Oleh Azwir B. Chaniago

Muqaddimah
Sungguh,  manusia banyak  berbuat salah dan dosa. Rasulullah bersabda : “Kullubni aadam  khaththa’un, wa khairul khaththainat tauwabun” Semua Bani Adam banyak berbuat salah dan sebaik baik orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat. (H.R at Tirmidzi). 

Bahkan  dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa manusia berbuat dosa siang dan malam artinya terus dan sering berbuat dosa. Allah berfirman : “Ya ‘ibaadi, innakum tukhti-una bil laili wan nahar” Wa ana aghfiru dzunuba jamii’a. Fastaghfiruni, aghfirlakum”. Wahai hamba hambaku, sesungguhnya kalian berbuat dosa (kesalahan) siang dan malam. Dan Aku Mahapengampun, semua dosa. Minta ampunlah kepadaKu, Aku akan ampuni kalian. 
    
Jadi memohon ampun dan bertaubat adalah untuk menghapus dosa dan akan mengantarkan seorang hamba kepada keberuntungan di dunia dan di akhirat. Allah berfirman : “Wa tuubuu ilallahi jamiian aiyuhal mu’minuuna, la’allakum tuflihuun”. Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang orang yang beriman, agar kamu beruntung.  (Q.S an Nuur 31).

Dan seseorang yang tidak tidak mau bertaubat dicap sebagai orang yang zhalim Allah berfirman : Waman lamyatub, faulaaika humuzh zhaalimuum”. Barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang orang yang zhalim  (Q.S al Hujurat 11)

Lima syarat  taubat nashuha.
Bertaubat dengan taubat nashuha bermakna bertaubat dengan sebenar benarnya. Taubat nashuha menjadi sah dengan memperhatikan dan melakukan syarat syaratnya. Diantara ulama yang menjelaskan tentang syarat taubat adalah Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin. Penjelasan beliau tentang hal ini adalah sebagaimana yang ditulis pada Kitab beliau, Tafsir Juz ‘Amma pada Tafsir surat al Buruj,  antara lain adalah tentang lima syarat taubat nasuha yaitu :

Pertama : Ikhlas karena Allah semata.
Yaitu yang mendorong seseorang untuk bertaubat adalah rasa takutnya kepada Allah dan mengharap pahala dari-Nya. Terkadang ada orang yang bertaubat karena ingin dipuji manusia atau menghindari celaan manusia terhadapnya. Atau untuk mencapai kedudukan tertentu atau karena ingin mendapatkan harta dengan taubatnya.
Orang yang bertaubat dengan motivasi seperti itu tidak diterima taubatnya, karena syarat taubat harus ikhlas.

Kedua : Menyesali kesalahan yang telah dilakukan.
 Janganlah ia merasa seolah olah tidak bersalah, tidak menyesal, tidak bersedih dengan kesalahan dan dosanya. Jika disebutkan keagungan Allah tumbuhlah rasa penyesalam dalam dirinya. Dia akan berkata : Mengapa aku (selama ini) mendurhakai Rabb-ku, padahal Dia-lah yang menciptakan aku, memberi rizki dan hidayah kepadaku.

Ketiga : Berhenti atau tidak meneruskan kesalahan tersebut.
Tidak sah taubat bila ia masih terus melakukan kesalahan yang sama karena orang yang bertaubat adalah orang yang kembali. 
Syaikh Utsaimin memberi contoh dalam hal ini diantaranya adalah, jika seseorang berucap : Astaghfirullaha wa atuubu ilaihi. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Nya dari memakan riba. Namun dia masih terus memakan riba, tentu taubatnya tidak sah. Seandainya seseorang berkata : Astaghfirullah, aku tidak akan berkata ghibah yaitu menyebut seseorang tentang sesuatu yang dia tidak suka. Namun dalam setiap majlis ia terus menggunjing orang lain, tentu taubatnya tidak sah. Bagaimana dikatakan sah sementara ia terus melakukan kesalahan yang sama. Jika seseorang bertaubat dari memakan harta orang lain, namun ia tetap mengambil harta si Fulan dengan cara menipu atau berbohong maka tidak sah taubatnya hingga ia mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya.


Keempat : Berazam atau bertekad bulat untuk tidak mengulangi lagi.
 Jika seseorang bertaubat sedangkan  dalam hatinya mengatakan kalau ada kesempatan niscaya dia akan mengulangi kesalahan tersebut, ini berarti taubatnya tidak diterima. Ia harus sungguh sungguh berazam dengan tekad yang kuat untuk tidak mengulanginya lagi.

Kelima :  Harus dilakukan pada saat pintu taubat masih terbuka. 
Ketahuilah bahwa ada saatnya dimana pintu taubat sudah tertutup dan taubat saat itu tidak diterima lagi. Yaitu ada pada dua waktu berikut :

1.     Jika ajal sudah datang.
Pada saat itu taubat tidak diterima. Allah berfirman : “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila dating ajal kepada seseorang dari mereka, (barulah) ia mengatakan, sesungguhnya aku bertaubat sekarang. (Q.S an Nisaa’ 18).
Setelah menyaksikan kematian dan adzab, barulah ia berkata : Aku taubat. Taubat pada saat itu tidak lagi berguna.
Jadi jika maut telah datang, taubat tidak diterima lagi. Oleh sebab itu segeralah bertaubat karena kita tidak tahu kapan kematian menjemput.

2.     Jika matahari telah terbit dari sebelah barat.
Pada saat itu taubat tidak lagi diterima. Sebab jika melihat matahari sudah terbit dari barat maka semua manusia akan beriman.
Allah berfirman : ”Pada waktu kedatangan sebagian tanda tanda Rabbmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya” (Q.S al An’am 158).

 Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin.      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar