Rabu, 17 September 2014

ENGGAN MASUK SURGA ?



ENGGAN MASUK SURGA ? 

Oleh : Azwir B. Chaniago

Manusia selalu  ingin mendapat kesuksesan dan kemenangan dalam hidupnya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sungguh sukses yang  agung dan kemenangan yang besar  adalah sebagaimana dimaksud dalam firman Allah : “Faman zuhziha ‘anin naari wa udkhilal jannata faqad faaz” Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia telah mendapatkan kemenangan.  (Q.S  Ali Imran 185).
  
Tapi  yang aneh, ternyata ada manusia yang enggan masuk surga. Kok enggan. Apa memang ada manusia  yang enggan masuk surga. Ya ada. Rasulullah yang menjelaskan dalam sabda beliau  : “Kullu ummatii yadkhuluun al jannah. Illaa man abaa.”    Semua umatku masuk surga. Kecuali yang enggan. (H.R Imam Bukhari).

Mungkin kita heran mendengar bahwa ada yang enggan masuk surga. Bukan kita saja yang heran. Para sahabat dulu sempat juga heran. Kok ada yang enggan masuk surga. Lalu sahabat bertanya (lanjutan hadits diatas) : Wahai Rasululullah : Siapa yang enggan. Beliau menjawab : “Barangsiapa yang mentaatiku maka dia pasti masuk surga, dan barang siapa yang durhaka kepadaku maka sungguh dia telah enggan (masuk surga).

Kita semua maklum bahwa dinegeri akhirat itu hanya ada dua tempat, yakni surga atau neraka. Tidak ada tempat ketiga. Jadi bila seseorang enggan masuk surga maka berarti dia ingin masuk neraka. Na’udzubillah.
Yang akan masuk surga bukanlah orang yang sekedar ingin dan sekedar berucap di lisannya : Kami ingin masuk surga, kami tidak enggan masuk surga. Kami takut terhadap neraka. Rasulullah menjelaskan dalam hadits tersebut bahwa yang tidak enggan masuk surga haruslah dengan bukti yaitu menjaga ketaatannya  kepada Rasulullah.

Ketahuilah bahwa untuk menjadi orang yang taat setidaknya haruslah menjaga dua hal pokok yaitu memiliki ilmu dan melakukan amal shalih. Harus dua duanya. Ya berilmu, ya beramal shalih.  

 Pertama :  Memiliki ilmu.
 Berilmu dulu baru beramal. Jangan sekali kali beramal tanpa ilmu. Dengan ilmu maka seseorang mengetahui jalan jalan yang harus ditempuh untuk bisa beramal dengan benar dan baik. Tidak cukup dengan sekedar niat baik saja. Haruslah mengikuti tuntunan. Mengetahui mana perintah yang harus dilakukan dan mana larangan yang harus dijauhi.  Jika beramal tanpa ilmu maka bisa bisa jatuh kepada kesesatan atau menyelisihi Rasulullah, maka amalnya tertolak.

Rasulullah bersabda : “Man ‘amila amalan laisa lahu amruna fa huwa raddun” Barangsiapa yang melakukan suatu yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalannya tertolak. (H.R Imam Muslim).

Kedua : Melakukan amal shalih.
Setelah memiliki ilmu yang benar tentang syari’at dan batasan batasannya sesuai yang 
diajarkan Rasulullah dan dipraktekkan oleh para sahabat maka segeralah beramal. Allah berfirman : “Waman yuthi’ir rasuula faqad atha’allah” Barangsiapa yang mentaati Rasul sungguh dia telah mentaati Allah. (Q.S an Nisaa’ 80)

Amal shalih yang dilakukan dengan ilmu yang benar adalah tanda ketaatan seorang hamba yang insya Allah akan mengantarkannya ke surga.

Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk senantiasa mempelajari ilmu yang bermanfaat dan mengamalkannya sebagai tanda ketaatan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. (064)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar