Rabu, 17 September 2014

BERITA GEMBIRA BAGI YANG SAKIT



BERITA GEMBIRA BAGI ORANG YANG SAKIT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah.
Sungguh, Rabb Yang Mahabijaksana akan senantiasa memberikan ujian dan cobaan bagi para hamba hambaNya. Rasulullah bersabda : “Matsalul mukminin kamatsaliz zar’i. laa tazzaalur riyaahu tufiiuhu wa laa yazaalul mu’minu yushiibuhu balaa’ Permisalan seorang mukmin seperti tanaman, angin senantiasa menerpanya. Seorang mukmin itu akan selalu ditimpa cobaan. (H.R Imam Muslim dan Imam Tirmidzi).
  
Salah satu cobaan atau ujian yang pada waktunya pasti akan menimpa setiap hamba tanpa kecuali adalah sakit. Baik sakit yang ringan maupun yang berat, lama ataupun sebentar.

Orang yang beriman tidak akan pernah  ragu sedikitpun bahwa sakit yang menimpanya adalah ketentuan yang telah Allah tetapkan baginya. Orang beriman itu yakin bahwa sakit yang menimpanya pasti memiliki hikmah dan pelajaran baginya. Oleh karenanya seorang hamba akan selalu berusaha  untuk memelihara sikap sabar dan ridha didalam dirinya dalam menghadapi ujian berupa sakit dan yang lainnya.

Dari pandangan sebagian manusia mungkin sakit dianggap suatu yang buruk.  Tidak ada kebaikannya karena memang secara fisik terasa tidak menyenangkan. Butuh biaya untuk berobat. Berhenti sementara dari berbagai kegiatan bahkan tidak mampu melaksanakan sebagian ibadah yang biasa dilakukan. Menambah kerepotan keluarga dan yang lainnya. Tapi ketahuilah dibalik itu ada manfaat dan pelajaran yang bisa diambil oleh yang sakit, keluarga dan kerabatnya dan siapa saja yang mau mengambil ibrah dari keadaan sakit tersebut.


 Menerima dengan sabar dan ridha.
Sabar dan ridha adalah  kunci untuk mendapatkan banyak kebaikan dari setiap cobaan atau penyakit yang dialami seseorang. Semuanya terjadi karena izin dan kehendak Allah.
Allah berfirman :  “Maa ashaaba min mushibatin illa bi-idznillah” Tidak ada . sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. (Q.S at Taghabun 11). 

Berkenaan dengan ayat diatas, Alqamah berkata : Ayat ini tentang musibah yang menimpa seseorang kemudian dia menyadari bahwa  itu semua dari Allah, maka dia ridha dan menerimanya (Lihat Tafsir Ibnu Katsir).
Imam Ibnul Jauzi berkata : Dunia ini dijadikan tempat cobaan bagi manusia. Hendaknya orang yang berakal  selalu melatih  diri agar (selalu) bersabar.

Ketahuilah saudaraku, jika engkau mengalami sakit yang Allah telah tetapkan untukmu, maka engkau ridha atau tidak. Engkau sabar atau tidak, penyakit itu tetap akan mendatangimu. Jika engkau tidak sabar dan tidak ridha maka akan rugi dua kali. Pertama : Penyakit itu tetap menimpamu karena datang dari sisi Allah dan Allah telah mentakdirkannya bagimu. Kedua : Engkau tidak mendapat kebaikan yang dijanjikan Allah bagi orang yang sabar dan ridha dalam menerima sakit atau ujian yang lainnya. Renungkanlah wahai saudaraku.

Berita gembira bagi yang sakit.
Sungguh Allah dengan RakhmatNya yang Agung, telah menyediakan banyak sekali kebaikan bagi orang yang beriman yang ridha atas penyakit atau musibah apapun yang menimpanya. Diantaranya adalah :

Pertama : Menghapuskan sebagian  kesalahan.
Inilah salah satu berita gembira bagi yang sakit yaitu sebagaimana Rasulullah bersabda  : “Maa yushibul muslima min nashabin walaa washabin walaa hammin walaa huznin walaa adzan walaa ghammin hattasy syaukati yusyakuha illa kaffarallahu bihaa ‘anhu min khathaayaah.” Tidaklah menimpa seorang muslim berupa kelelahan, sakit, gelisah, kesedihan, gangguan dan kesusahan –sampai sampai duri duri yang menusuknya- melainkan Allah akan menghapus kesalahannya (dosa-dosanya). H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Rasulullah bersabda : “Maa min muslimin yusyaaku syaukatan famaa fauqaha illaa kutibat lahu bihaa darajatun wa muhiiyat ‘anhu bihaa khatii-atun” Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu yang lebih dari itu, melainkan hal itu akan dicatat sebagai satu derajat (kebaikan) bagi dirinya, dan akan dihapuskan kesalahan dari dirinya. (H.R Imam Muslim). 

Kedua : Allah menghendaki kebaikan baginya.
Sakit atau cobaan yang diderita seorang hamba merupakan pertanda bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hambaNya.
Rasulullah bersabda : “Man yuridillahu bihi khairaan yushib minhu” Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah akan memberinya cobaan. (H.R Imam Bukhari)

Abu ‘Ubaid berkata : Makna dari hadits ini adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencobamu dengan berbagai musibah (termasuk sakit yang diderita) untuk mencurahkan pahala kepadanya. 
Sungguh hadits ini merupakan berita gembira bagi yang ditimpa sakit musibah yang lainnya.

Ketiga :  Mendapat derajat yang  tinggi.
Sakit atau cobaan yang diderita seseorang adalah merupakan kabar gembira baginya karena Allah menjanjikan kedudukan yang tinggi disisiNya.
Rasulullah bersabda : “Innar rajula takuunu lahul manzilatu ‘indallahi famaa yablughuhaa bi’amalin falaa yazaalullahu yabtaliihi bimaa  yakrahu hatta  yuballighahu dzalika” Ada  seorang hamba yang mendapat kedudukan  mulia di sisi Allah bukan karena amalannya. Allah memberi cobaan dengan sesuatu yang  tidak menyenangkan hingga ia meraih derajat mulia tersebut. (H.R Abu Ya’la dan Al Hakim, di shahihkan oleh Syaikh al Albani).
      
Keempat : Balasan sesuai dengan musibah.
Ganjaran pahala yang akan diterima oleh seorang yang  mendapat cobaan adalah sebagaimana  berat ujian yang menimpanya.
Ini adalah juga  berita gembira bagi seorang hamba yang sedang mengalami sakit ataupun yang mendapat ujian dalam bentuk yang lain.

Rasulullah bersabda : “Inna ‘izhamal jazaa’ ma’a ‘izhamil balaa’. Wa innallaha idza ahabba qaumab talaahum. Faman radhiya falahum radha waman sakhitha falahus sukhthu”. Sungguh  besarnya balasan seimbang dengan besarnya musibah. Apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya. Barangsiapa yang ridha maka dia mendapat keridhaan (Allah) dan barang siapa yang benci maka baginya kebencian. (H.R Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh al Albani).

Kelima : Pahala tetap ditulis dalam keadaan sakit.
Juga merupakan berita gembira bagi yang ditimpa sakit bahwa pahala amal yang biasa dia kerjakan tetap akan dicatat sebagaimana ketika sehat.

Rasulullah bersabda : “Maridhal ‘abdu au saafara kutiba lahu mitslu maa kaana ya’malu muqiman shahihan”  Apabila seorang hamba sakit atau sedang bepergian, akan tetap ditulis pahalanya seperti ketika dia mukim atau sehat. (H.R Imam Bukhari).

Kita berdoa kepada Allah agar diberi kesehatan. Namun jika Allah berkehendak lain dari yang kita inginkan itulah hak dan kebijaksanaan Allah terhadap makhluknya. Kita diberi ujian dengan sakit misalnya, maka kita wajib menerima dengan sabar dan memohon kiranya Allah memberikan kebaikan, menghapuskan sebagian dosa dosa kita.

Allahu A’lam  (063)
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar