Senin, 29 Januari 2024

PALING UTAMA RASA MALU KEPADA ALLAH TA'ALA

 

PALING UTAMA RASA MALU KEPADA ALLAH TA'ALA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan tentang kewajiban orang orang beriman untuk senantiasa  memelihara rasa malu dalam dirinya, karena rasa malu TERKAIT DENGAN IMAN. Beliau bersabda :


الإِيمانُ بضْعٌ وسَبْعُونَ، أوْ بضْعٌ وسِتُّونَ، شُعْبَةً، فأفْضَلُها قَوْلُ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ، وأَدْناها إماطَةُ الأذَى عَنِ الطَّرِيقِ، والْحَياءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإيمانِ

Iman itu terdiri dari tujuh puluh tiga atau enam puluh tiga cabang. Paling utamanya adalah ucapan Lailaha illallah, sedangkan yang paling rendahnya membuang duri dari jalan, sedangkan malu termasuk bagian dari iman. (H.R Imam Muslim).

 

Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam juga bersabda :

 

 اَلْـحَيَاءُ وَ اْلإِيْمَانُ قُرِنَا جَمِـيْعًا ، فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ اْلاَ خَرُ

Iman dan malu merupakan pasangan dalam segala situasi dan  kondisi. Apabila rasa malu sudah tidak ada, maka iman pun hilang. (H.R al Hakim).

Hakikatnya, rasa malu itu ada pada tiga keadaan yaitu malu kepada diri sendiri, malu kepada orang lain dan YANG PALING UTAMA ATAU PALING PUNCAKNYA ADALAH  MALU KEPADA ALLAH.

 

Ketahuilah bahwa rasa malu kepada Allah adalah paling puncak karena sungguh Allah Ta'ala  terus menerus melihat kita di mana pun kita berada dan tidak ada yang tersembunyi dari-Nya segala yang kita ucapkan dan kita lakukan. Allah Ta’ala berfirman :

 

أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى

Bukankah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya ?. (Q.S al Alaq  14)

إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Sesungguhnya Allah mengawasi kalian. (QS an Nisa 1).

وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dan Allah Maha Melihat terhadap apa yang kalian kerjakan. (Q.S al Baqarah 265)

Malulah kepada Allah Yang Maha  Mengetahui tentang diri hamba hamba-Nya  baik ketika  bersama dengan banyak orang ataupun sendirian. Malulah kepada-Nya, baik ketika dilihat orang ataupun tersembunyi, karena tidak ada satu pun yang tersembunyi dari-Nya.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : Barangsiapa yang merasa malu kepada Allah ketika bermaksiat kepada-Nya, maka Allah pun malu untuk mengadzabnya saat ia bertemu dengan-Nya dan barangsiapa yang tidak merasa malu untuk bermaksiat kepada-Nya, maka Allah pun tidak malu untuk mengadzabnya". (Al Jawabul Kafi).

Selanjutnya, renungkanlah sebuah hadis yang mulia yang menjelaskan kepada kita hakikat dan maksud dari rasa malu kepada Allah. Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

 

اسْتَحْيُوا مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ ، قَالَ قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَسْتَحْيِي وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ، قَالَ لَيْسَ ذَاكَ وَلَكِنَّ الِاسْتِحْيَاءَ مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَمَا وَعَى ، وَالْبَطْنَ وَمَا حَوَى ، وَلْتَذْكُرْ الْمَوْتَ وَالْبِلَى ، وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ تَرَكَ زِينَةَ الدُّنْيَا ، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ اسْتَحْيَا مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ

 

Hendaklah kalian malu kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sifat malu yang sebenarnya. Perawi mengatakan, kami menjawab :  Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami malu, walhamdulillah. Rasulullah bersabda : Bukan seperti itu. Tetapi malu kepada Allah dengan sebenarnya adalah hendaklah dia menjaga kepala dan apa yang ada di dalamnya, hendaklah dia menjaga perut dan apa yang dikandungnya, dan hendaklah dia selalu ingat kematian dan busuknya jasad.

Barangsiapa yang menginginkan kehidupan akhirat, hendaklah dia meninggalkan perhiasan dunia. Dan barangsiapa yang mengerjakan yang demikian, maka sungguh dia telah malu kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sifat malu yang sebenarnya. (H.R at Tirmidzi, hadits hasan).

Wallahu A'lam. (3.213).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar