Kamis, 03 Oktober 2019

TOLAK UKUR KEBENARAN YANG KELIRU


TOLAK UKUR KEBENARAN YANG KELIRU

Oleh : Azwir B. Chaniago

Hampir semua orang atau kelompok merasa dirinya atau kelompoknya yang benar. Merasa benar agama dan kepercayaannya. Akibatnya sering mendatangkan perseteruan antara yang hak dengan yang bathil,  yang benar dengan yang salah.

Orang orang kafir mengklaim agama dan keyakinan mereka yang benar. Lalu mereka menginginkan orang orang beriman mengikut mereka, sama dengan mereka. Allah Ta’ala telah menjeleskan hal ini dalam firman-Nya :

وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً ۖ

Mereka ingin kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah kafir, sehingga kamu menjadi sama. (dengan mereka). Q.S an Nisa’ 89.

Sungguh, orang orang beriman mengambil tolak ukur kebenaran dari wahyu Allah Ta’ala dalam al Qur an beserta as Sunnah yang shahih. Allah Ta’ala berfirman :

الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

Kebenaran itu dari Rabb-mu maka janganlah sekali kali engkau (Muhammad) termasuk orang orang yang ragu. (Q.S al Baqarah 147).

Lalu bagaimana dengan orang orang kafir, munafik dan orang orang jahiliyah telah keliru berat dalam menentukan kebenaran. Umumnya tolak ukur kebenaran bagi mereka adalah disandarkan kepada :

(1) Banyaknya jumlah pengikut.

Jika pengikutnya banyak maka itulah kebenaran, katanya. Mereka menganggap orang banyak tak mungkin salah dalam menentukan kebenaran. Padahal Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya :

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

Dan jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan (kebenaran) Allah. Mereka hanyalah mengikuti  sangkaan belaka. Dan mereka hanyalah berkata bohong. (Q.S al An’am 116).

Tentang ayat ini, Syaikh as Sa'di berkata : Allah Ta'ala mengingatkan agar tidak menuruti mayoritas manusia. “Dan jika kamu mengikuti kebanyakan manusia dimuka bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah”. Karena kebanyakan manusia telah menyimpang dalam agama, amal dan ilmu. Agama mereka rusak, amal mereka memperturutkan hawa nafsu, ilmu mereka serabutan. Tak bisa mengantarkan kepada jalan yang lurus. Hanya sebatas mengikuti praduga yang tidak berguna sedikitpun bagi kebenaran. Mereka berspekulasi dalam memberikan pernyataan atas nama Allah Ta’ala tanpa ilmu. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).  

(2) Peninggalan atau sesuatu yang diamalkan oleh nenek moyang.

Sebagian mereka menganggap peninggalan nenek moyang dan yang diamalkan mereka adalah kebenaran. Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya tentang kaum Nuh :

 لَأَنْزَلَ مَلَائِكَةً مَا سَمِعْنَا بِهَٰذَا فِي آبَائِنَا الْأَوَّلِينَ

Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti ini) pada (masa) nenek moyang kami dahulu. (Q.S al Mukminun 24)

Dan juga Allah Ta’ala berfirman :

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَىٰ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka : Marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah dan (mengikuti) Rasul. Mereka menjawab : Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya). Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk ?.  (Q.S al Maidah 104)

Selain itu, ternyata ada lagi yang dijadikan tolak ukur kebenaran, yang juga keliru yaitu menjadikan orang orang yang berkuasa baik karena pangkat, jabatan ataupun kedudukan serta pemilik harta yang banyak. Para pengikutnya membenarkan mereka. Apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka katakan dianggap sebagai kebenaran. Bisa jadi para pengikut ini membenarkan mereka  karena terpaksa atau ada kebutuhan dan kepentingan dunia yang ingin mereka raih. 

Ketahuilah bahwa sesuatu yang datang dari orang banyak, atau budaya peninggalan nenek moyang ataupun perkataan dan perbuatan orang yang berpengaruh dan berkuasa tak layak dianggap sebagai  kebenaran, KECUALI JIKA TIDAK BERTENTANGAN DENGAN DALIL DARI AL QUR AN DAN AS SUNNAH YANG SHAHIH. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.777)

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar