Sabtu, 05 Oktober 2019

TAWAKAL TIDAK SEMAKNA DENGAN PASRAH


TAWAKAL TIDAK SEMAKNA DENGAN PASRAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu cara untuk mendapatkan kebaikan yang diinginkan  adalah dengan bertawakal kepada Allah Ta’ala. Sungguh Allah Ta’ala memerintahkan orang orang beriman untuk bertawakal kepada-Nya :

Pertama : Dalam surat Huud ayat 123.

فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Dan Rabbmu tidak akan lalai terhadap apa yang kamu kerjakan.  (Q.S Huud 123)

Kedua :  Dalam surat al Ahzaab ayat 3.

وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا

Dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara.  (Q.S al Ahzaab 3)

Ketiga : Dalam surat al Mujaadilah ayat 9.

وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

Dan bertawakallah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikumpulkan.  (Q.S al Mujaadilah 9) 

Lalu apa makna tawakal ?. Imam Ibnu Rajab al Hambali berkata : Hakikat tawakal adalah hati benar benar bergantung kepada Allah Azza wa Jalla guna memperoleh mashlahat  dan menolak mudharat dari urusan urusan dunia dan akhirat. (Jami’ul Ulum)

Sebagian orang di zaman ini menyangka bahwa tawakal adalah semakna atau identik dengan pasrah secara total. Ini persangkaan yang keliru  karena sifat tawakal itu  menuntut sikap optimis, aktif dan dibarengi dengan upaya.

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Tawakal adalah menyandarkan permasalahan kepada Allah Ta’ala dalam mengupayakan apa yang dicari dan menolak apa yang tidak disukai disertai percaya penuh kepada Allah dengan MENEMPUH SEBAB yang disyariatkan. Jadi tawakal harus memenuhi dua syarat : (1) Penyandaran kepada Allah Ta’ala dengan sebenar benarnya dan nyata. (2) Harus menempuh sebab sebab yang diizinkan syariat. (Al Qaulul Mufid, Syaikh Utsaimin).

Diantara keutamaan orang yang bertawakal adalah sebagaimana firman Allah Ta’ala :

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ

Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. (Q.S ath Thalaq 3).

Syaikh as Sa’di berkata : “Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah” maknanya adalah (bertawakal) dalam urusan agama dan dunianya dengan bergantung sepenuhnya kepada Allah Ta’ala dengan maksud untuk mendapatkan apa apa yang bermanfaat dan menghindari apa apa yang mudharat serta percaya sepenuhnya bahwa mereka akan diberi kemudahan.

Selanjutnya Syaikh berkata : “Niscaya  Allah akan mencukupkan (keperluan) nya” . Maksudnya adalah bahwa Allah akan mencukupi keperluan yang disandarkannya kepada Allah. Dan ketika suatu urusan berada dalam tanggungan Yang Mahakaya, Mahakuat, Mahaperkasa lagi Mahapenyayang, maka Dia paling dekat dengan hambaNya melebihi segala sesuatu. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)

Ketahuilah bahwa dalam surat ath Thalaq ayat 3 ini Allah Ta’ala berjanji memberi kecukupan kepada orang yang bertawakal kepada-Nya termasuk rizki. Ini tidaklah bermakna bahwa rizki itu akan datang dengan sendirinya tanpa ada usaha sedikitpun. Sebagaimana seseorang yang menginginkan keturunan maka dia harus menikah dan mengumpuli istrinya lalu  bertawakal dan berserah diri kepada Allah Ta’ala.

Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan kewajiban bertawakal dengan melakukan sebab sebagaimana perumpamaan burung yang berusaha mencari rizki. Dari Umar bin al Khahthab radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً

Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari  dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang. (H.R Imam Ahmad, Ibnu Majah, at Tirmidzi dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Tentang hadits ini, Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin berkata : Pada hadits ini terdapat dalil bahwa manusia ketika bertawakal kepada Allah Ta’ala dengan sebenar benarnya maka HARUS MELAKUKAN SEBAB. Orang yang berkata : Aku tidak akan menempuh sebab (tidak berusaha), aku akan bertawakal saja kepada Allah Ta’ala. MAKA ADALAH SESAT, UCAPANNYA SALAH. Orang yang bertawakal adalah orang yang mengupayakan sebab dengan menyandarkan diri kepada Allah Azza wa Jalla. (Syarah Riyadush Shalihin).

Jadi, menempuh sebab atau melakukan usaha itu adalah penting dan terkait dengan tawakal. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : Wahai Rasulullah, apakah saya ikat unta saya lalu tawakal kepada Allah Azza wa Jalla ataukah saya lepas saja dan bertawakal kepada-Nya ?. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda  :

إِعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ

Ikatlah dulu untamu itu kemudian baru engkau bertawakal !. (H.R at Tirmidzi, hadits hasan)

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.778)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar