Selasa, 29 Juli 2014

WASPADA TERHADAP PUJIAN



WASPADA TERHADAP PUJIAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Dalam menjalani kehidupan ini tidak ada manusia yang terhindar dari dua keadaan yaitu pernah memuji dan pernah dipuji. Pada beberapa keadaan mungkin pujian ada sedikit manfaat tapi bisa pula mendatangkan mudharat bagi yang memuji maupun yang dipuji.
Bagi seseorang yang imannya kuat, maka pujian tidak merupakan sesuatu yang perlu dianggap tetapi dia abaikan saja sehingga tidak mendatangkan mudharat baginya.  Para  ulama yang mumpuni ilmunya, terutama ulama ulama salaf menganggap pujian dan hinaan bagi dirinya sama saja. Kenapa, karena secara umum tidak ada seorangpun yang pujiannya bermanfaat bagi anda. Pujian yang bermanfaat adalah pujian yang datang dari Allah Ta’ala.
Bahaya pujian.
Imam al Gazali dalam Kitab Ihya, memasukkan pujian sebagai salah satu bahaya lisan. Bahaya pujian, kata beliau, berada pada dua pihak yaitu pada pihak yang memberikan pujian dan pada pihak yang menerima pujian. Diantara bahaya pujian adalah :
Pertama : Bahaya bagi yang memberi pujian.
(1)   Orang yang memberi pujian cenderung berlebihan dalam memuji, apalagi jika ada maunya. Memang jika seseorang memberikan pujian baru merasa puas jika pujiannya agak dilebih lebihkan. Akibatnya, pujian yang diberikan tidaklah menjadi benar semua sehingga bisa jatuh kepada dusta.
(2)   Sering terjadi, orang yang memuji tidak tahu betul tentang orang orang yang dipujinya sehingga timbul pujian pujian semu.
(3)   Orang yang memuji belum tentu menyenangi orang yang dipujinya. Dia hanya menunjukkan senang sesaat dan ada  maksud atau harapan tertentu. Akibatnya bisa jatuh pada kemunafikan.
(4)  Bisa jadi yang dipuji itu sebenarnya adalah orang zhalim atau orang fasik dan ini dilarang. Sebab jika orang zhalim atau orang fasik dipuji maka yang memuji telah ikut mendorongnya untuk meneruskan kezhaliman dan kefasikannya.
 Kedua : Bahaya bagi yang menerima pujian.
 (1)   Bisa mendatangkan ujub dan sombong bagi yang dipuji. Ujub dan sombongadalah dua penyakit hati yang berbahaya. Salah satu pemicu penyakit ujub dan sombong ini adalah pujian yang tidak disikapi secara proporsional. Seseorang yang memiliki dua jenis penyakit ini maka pada gilirannya akan sulit menerima kebenaran dan akhirnya meremehkan orang lain. Rasulullah bersabda : “Al kibru batharul haqqi wa ghamdunnas”. Kesombongan adalah menolak kebenaran  dan meremehkan manusia. (H.R Imam Muslim).

(2)  Bisa menimbulkan sikap lemah. Seseorang yang dipuji umumnya akan berbesar hati dan merasa sudah lebih dari orang lain. Akibatnya bisa melemahkan semangatnya untuk memperbaiki diri. Padahal  yang dipujikan kepadanya belum tentu benar semua. Dalam beberapa kasus pujian memang memberikan kebaikan, namun sangat disarankan untuk  berhati hati dan tidak terlalu banyak memberikan pujian.
 
Penutup
Ketahuilah bahwa sangat sedikit manusia yang bisa terbebas sama sekali dari dampak buruk pujian. Oleh sebab itu jangan sembarangan dalam memuji. Berhati hatilah bila memuji ataupun memberikan pujian. Pertimbangankanlah keadaan orang yang akan dipuji dan pertimbangkan pula  manfaat dan mudharatnya. 
Sesungguhnya segala pujian itu hanya untuk Allah karena Allah yang Mahasuci dan tidak memiliki sedikitpun kekurangan. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.
 
Allahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar