Jumat, 11 Juli 2014

ISTIQAMAH DALAM BERIBADAH




ISTIQAMAH DALAM BERIBADAH
 
šOleh : Azwir B. Chaniago
Makna istiqamah.

Secara bahasa, istiqamah bermakna i’tidal atau lurus. Menurut syari’at, istiqamah adalah meniti jalan yang lurus yaitu agama yang lurus yakni Islam tanpa menyimpang darinya ke kiri atau ke kanan. Istiqamah mencakup seluruh ketaatan yang terlihat maupun yang tersembunyi serta meninggalkan seluruh yang dilarang. (Imam Ibnu Rajab al Hambali). Sementara itu Imam an Nawawi menjelaskan bahwa makna istiqamah adalah luuzumu tha’atillah yaitu tetap konsekwen dan konsisten dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Ibnu Daqiqil dalam Syarah al Arba’in menukil perkataan Imam al Qusyairi yang menjelaskan bahwa : “Istiqamah adalah sebuah derajat yang dengannya sempurna berbagai urusan dan dengannya pula diraih banyak kebaikan dan keteraturan. Barang siapa yang tidak istiqamah dalam kepribadiannya dia akan sia sia dan gagal”.

Perintah untuk istiqamah   
Seorang muslim hendaklah senantiasa menjaga istiqamah dalam beramal. Sungguh sangatlah banyak dalil dari al Qur an dan as Sunnah yang memerintahkan kita agar senantiasa menjaga istiqamah dalam beramal. Diantaranya adalah sebagaimana firman Allah : “Wa a’bud rabbaka hattata’tiyakal yaqiin” Dan  sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (kematian) Q.S al Hijr 99. Syaikh as Sa’di dalam Kitab Tafsir Karimur Rahman menjelaskan maksud ayat ini bahwa kontinyulah engkau mendekatkan diri kepada Allah dengan segala macam ketaatan.

Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Fastaqiim kamaa umirta waman taaba ma’aka walaa tathghau, innahu bima ta’maluuna bashiir” Maka istiqamahlah (tetaplah) engkau (Muhmmad di jalan yang benar) sebagaimana telah diperintahkan  kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat bersamamu. Dan janganlah kamu  melampaui batas. Sungguh Dia Mahamelihat apa yang kamu kerjakan (Q.S Hud 112).

Imam Ibnu Katsir berkata : Dalam ayat ini Allah memerintahkan Rasul dan hamba hambaNya agar teguh dan selalu (tetap) istiqamah karena yang demikian itu merupakan sebab mendapat pertolongan yang besar dari Allah. Sungguh istiqamah itu memang berat. Ibnu Abbas berkata : Tidaklah diturunkan kepada Rasulullah di dalam al Qur an sebuah ayat yang lebih memberatkan dan menyulitkan daripada ayat ini, yaitu surat Hud 112.
    
Rasulullah salalahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Qul amantu billahi tsummas taqiim” Katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah. (H.R Imam Muslim).
Sebuah hadits dari A’isyah radhiallahu ‘anha, bahwa Rasulullah bersabda : “Ahabbu a’mali ilallahi adwaamuhaa wa inqalla.” Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang kontinyu (terus menerus) dikerjakan walaupun sedikit. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Keutamaan istiqamah dalam beribadah.
Sungguh istiqamah memiliki keutamaan yang sangat banyak, sehingga tidaklah patut seorang hamba akan menyia nyiakan atau mengabaikannya dalam beribadah. Diantaranya adalah : 

Pertama : Memperoleh kecintaan Allah. Seorang hamba yang melazimkan sikap istiqamah dalam melakukan amal shalih maka dia akan dekat kepada Allah dan menjadi hamba yang dicintai-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Allah berfirman : “Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai daripada kewajiban yang Aku bebankan kepadanya. Dan senantiasa (terus menerus, istiqamah) hamba-Ku dengan amalan amalan sunnah hingga Aku mencintainya.”  
      
Kedua : Tetap ditulis pahala meskipun berhalangan. Sungguh ini bukan saja berupa keutamaan istiqamah tapi juga merupakan karunia yang amat besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala  bagi seorang hamba yang selalu istiqamah dalam beramal.
Ketahuilah bahwa apabila seorang hamba senantiasa istiqamah dalam beramal, kemudian suatu saat dia tidak bisa melakukan amalnya itu karena suatu halangan maka Alhamdulillah, Allah akan akan tetap mencatat untuknya pahala amal shalih yang biasa dilakukannya itu. Rasulullah bersabda : “Idza maridhal ‘abdu au safara kutiba lahu mitslu maa kaana ya’malu muqiman au shahiihan” Apabila seorang hamba sakit atau sedang bepergian, akan tetap ditulis pahalanya seperti ketika dia mukim (tidak bepergian) dan sehat. (H.R Imam Bukhari).
 
Imam Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadits yang dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin al Albani bahwa Rasulullah bersabda : “Maa min ri-in takuunu lahu shalaatun bilaillin yaghlibuhu ‘alaiha naumun ila kutiba lahu ajru shalaatihi, wa kaana naumuhu ‘alaihi shadaqah”. Tidaklah seseorang terbiasa mengerjakan shalat malam kemudian satu ketika dia tertidur, melainkan akan tetap ditulis pahala shalatnya, sedangkan tidurnya adalah sedekah baginya. 

Berkenaan dengan hadits ini, al Hafidz Ibnu Hajar, dalam Fathul Bari menjelaskan : ini adalah untuk orang orang yang biasa mengerjakan ketaatan, kemudian terhalangi sesuatu. Dan andaikan tidak ada halangan, niatnya akan tetap dikerjakannya.

Ketiga : Akan turun  Malaikat yang menghibur. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqamah), maka Malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata) : Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) Surga yang telah dijanjikan kepadamu (Q.S Fusilat 30). 

Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa para Malaikat akan turun menuju orang orang yang istriqamah ketika kematian menjemput, ketika di dalam kubur dan ketika dibangkitkan. Para Malaikat itu memberi rasa aman dari ketakutan ketika kematian menjemput. Menghilangkan kesedihannya disebabkan berpisah dengan keluarganya karena Allah pengganti dari hal itu. Memberikan kabar gembira berupa dihilangkan keburukan dan mendapatkan kebaikan dengan surga yang belum pernah dilihat mata, didengar telinga dan belum pernah terlintas dalam hati manusia. 
Semoga Allah selalu memberikan kekuatan kepada kita untuk selalu istiqamah dalam melakukan amal amal shalih.(011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar