Kamis, 17 Juli 2014

TENTANG TITIP SALAM


TENTANG TITIP SALAM

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah.

Dalam kehidupan bermasyarakat kita sering mendengar bahkan kita juga sering mengucapkan : Tolong sampaikan salam saya kepada Pak Fulan, saya titip salam ya untuk bu Fulanah atau kalimat lain yang semakna dan maksudnya titip salam.
Boleh jadi ada sebagian kita yang beranggapan bahwa titip salam adalah satu budaya saja, sekedar etika saja, sekedar basa basi saja. Ketahuilah bahwa titip salam disyari’atkan dalam Islam. 

Jika disyari’atkan maka haruslah dilakukan sesuai yang diajarkan sehingga akan menjadi ibadah bagi yang melaksanakannya. Untuk itu paling tidak ada dua hal yang perlu kita perhatikan  yakni :

Pertama : Titip salam haruslah dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah, bukan karena yang lain.

Kedua : Haruslah dilakukan dengan cara yang benar sebagaimana yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah, bukan bagaimana yang baik menurut seseorang.

Diantara sandaran syari’at tentang titip salam.

Pertama : Rasulullah pernah dititipi salam oleh Jibril untuk Khadijah dan meminta Rasulullah menyampaikan berita gembira kepada Khadijah bahwa dia telah dibuatkan sebuah rumah di surga.

Kedua : Sebuah hadits dari ‘Aisyah, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim : “Qala Rasulullahi salallahu ‘alaihi wa sallama yauman, Ya A’isyah; Hadza Jibril yuqri-uki salaam”. Pada suatu hari berkata Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam : Ya ‘Aisyah ini ada Jibril titip salam buat engkau.
Jadi ternyata bukan hanya seorang Muslim yang dianjurkan untuk titip salam, tapi Malaikat Jibril-pun pernah titip salam.

Ketiga : Pada suatu kali seorang laki laki mendatangi Rasulullah dan berkata  : “Ya Rasulullah ayahku titip salam buat engkau”. Titip salam orang ini ditaqrir atau tidak diingkari oleh Nabi.

Keempat : Titip salam juga merupakan kelaziman para sahabat. Pada saat sudah banyak sahabat tinggal berjauhan karena tugas dakwah dan yang lainnya,  maka disetiap kesempatan mereka tetap saling titip salam. Kenapa, karena mereka paham  betul bahwa titip salam bermakna titip doa untuk saudaranya dan tentu ini sangatlah baik.
Sungguh titip salam adalah salah satu bagian dari adab Islam yaitu menyebarkan salam dengan cara memberi dan mejawab salam. (Lihat Kitab Ensklopedi Adab Islam, Syaikh Abdul ‘Aziz bin Fathi Nada, jilid 2 fasal 2 Adab as Salaam).

Titip salam melibatkan tiga pihak.
Proses titip salam akan melibatkan tiga pihak. Semua pihak haruslah memahami adab adabnya, agar titip salam memberikan manfaat  yaitu : 

Pertama : Pihak yang menitipkan salam.
Seorang yang menitipkan salam haruslah :
1.    Menitipkan salam dengan ikhlas  karena Allah.
2. Dalam menitip salam harus sungguh sungguh ingin mendoakan keselamatan, rahmat dan berkah bagi saudaranya yang akan menerima titipan salam.
3. Harus bisa memperkirakan apakah tidak akan memberatkan bagi yang menerima titipan untuk menyampaikannya. Misalnya, jika ada yang mau pulang kampung lalu ada yang titip salam : Tolong sampaikan salam saya untuk semua orang dikampung. Ini amamah yang tidak bisa ditunaikan  memberatkan bagi yang mendapat amanah untuk menyampaikan titipan salam.

Kedua : Pihak yang mendapat amanah menyampaikan salam.
1.   Haruslah meyakinkan dirinya bahwa titipan salam adalah amanah yang wajib ia tunaikan. Hendaknya dia takut sekiranya jatuh pada salah satu sifat munafik yaitu  tidak melaksanakan amanah.
2. Jangan sembarangan menerima amanah titipan salam. Haruslah diperkirakan apakah dia mampu melaksanakannya atau tidak.
3. Agar tidak menjadi beban maka yang menerima amanah untuk menyampaikan salam haruslah bisa mengatakan : Ya insya Allah akan   saya sampaikan titipan salam anda  kalau saya ketemu orangnya. Bisa juga terus terang dan mohon maaf jika memang tidak sanggup menyampaikannya.

Ketiga : Pihak yang menerima titipan salam.
1.    Dia haruslah bergembira mendapat titipan salam dari saudaranya. Bukankah dengan titipan salam itu berarti dia didoakan oleh saudaranya untuk mendapat keselamatan, rahmat dan keberkahan dari Allah. Para sahabat dan orang orang shalih merasa sangat gembira mendapat titipan salam. Bahkan kegembiraan mereka lebih besar dibanding mendapat titipan hadiah atau oleh oleh dari saudaranya. Mereka paham betul bahwa tidak ada hadiah yang lebih mahal dibanding titipan salam yang hakikatnya adalah doa dari saudaranya.

2. Dia harus menjawab  titipan salam itu dengan cara yang disyari’atkan. Jangan menjawab ttipan salam sekenanya saja sebagaimana kebanyakan orang belum berilmu menjawabnya. Misalnya menjawab titipan salam dengan mengatakan : Oh ya, terima kasih atas salamnya atau, ya titipan salamnya diterima atau salam balik ya. Ada lagi yang menjawab : Ya titipan salamnya diterima tapi  dia titip oleh oleh nggak. Ya cuma salam doang tidak ada oleh olehnya. Dan berbagai jawaban lainnya.

   Ketahuilah bahwa Rasulullah telah mengajarkan kepada kita semua cara menjawab salam.

Menjawab titipan salam yang syar’i.
Mengucapkan dan menjawab salam dalam Islam memiliki nilai ibadah. Oleh karenanya harus dilakukan dengan ikhlas sesuai dengan petunjuk Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam agar betul betul menjadi ibadah.
Diantara cara menjawab titipan salam adalah :

Pertama : Seseorang yang menerima titipan salam dari seseorang melalui orang lain, maka dia bisa menjawab sebagaimana yang dicontohkan A’isyah. Pada waktu A’isyah menerima titipan salam dari Malaikat Jibril melalui Rasulullah  maka A’isyah menjawab titipan salam Jibril dengan mengucapkan : “Wa ‘alaihis salam wa rahmatullahi wa barakatuh”. Dan keselamatan, dan rahmat dan berkah Allah baginya (bagi Jibril yang titip salam buat A’isyah).  Jawaban titip salam ini diucapkan A’isyah dihadapan Rasulullah dan ditaqrir oleh Rasulullah. Demikian sebagaimana yang di diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Kedua : Seseorang yang menerima titipan salam dari seseorang melalui orang lain, maka dia bisa menjawab, disamping membalas titipan salam juga sekali gus  mendoakan untuk yang menyampaikan salam. Ini adalah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah. Sewaktu ada seseorang menemui Rasulullah dan menyampaikan titipan salam dari ayahnya maka Rasulullah menjawab : “Alaika, waalaihis salam”. Keselamatan bagimu dan keselamatan baginya (ayahmu). Ini adalah riwayat Imam Abu Dawud.

Allahu a’lam. Semoga Allah selalu menambahkan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Allahumma inni ‘ilman nafi’an. (014)  
 

  

          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar