Kamis, 17 Juli 2014

ORANG 'ALIM BISA JUGA LUPA



ORANG ‘ALIM BISA JUGA LUPA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Imam Malik dalam Kitab al Muwaththa’ menceritakan bahwa dulu di zaman Bani Israil, ada seorang laki laki yang ‘alim (ahli ilmu), ‘abid (ahli ibadah) memiliki seorang istri yang dicintainya. Lalu istrinya itu meninggal dunia sehingga membuatnya sangat sedih. Dia berat menerima kenyataan ini, kurang sabar. Sampai sampai dia mengurung diri di rumahnya dan tidak mau bertemu dengan seorangpun.

Lalu ada seorang wanita yang cerdik mendengar berita ini. Kasihan orang ‘alim ini, katanya.  Dia ingin menasehati orang ‘alim ini agar bersabar. Dia mendatangi orang ‘alim ini dengan berpura pura ingin meminta fatwa tentang satu hal yang rumit. Setelah bertemu dengan orang ‘alim ini dia berkata : Sungguh aku sengaja datang kepada engkau untuk minta fatwa karena ada permasalahan yang berat menimpaku. Apa masalahmu, kata orang ‘alim ini.

Wanita itu menyampaikan masalahnya : Sungguh beberapa waktu yang lalu aku telah meminjam perhiasan milik tetanggaku. Aku telah memakai perhiasan itu beberapa lama. Lalu masalahnya bagaimana kata orang ‘alim ini. Begini kata wanita itu : Tetanggaku itu mengutus seseorang untuk mengambil barang perhiasan yang telah aku pinjam itu, padahal aku masih sangat senang dengan perhiasan itu dan aku masih ingin memakainya. Aku ingin minta fatwa : Apakah aku harus mengembalikan barang perhiasan yang aku pinjam itu kepada pemiliknya.

Lalu orang ‘alim itu berfatwa : Iya, demi Allah engkau harus mengembalikan kepada pemiliknya karena dia pemiliknya. Engkau hanya peminjam dan pemiliknya yang lebih berhak atas perhiasan. Ketahuilah bahwa engkau hanya peminjam dan bukan pemilik. Engkau tidak boleh berat hati untuk mengembalikannya jika pemiliknya memintamu untuk mengembalikan.

Kemudian wanita yang cerdik ini berkata : Wahai hamba Allah yang ‘alim, semoga Allah merahmatimu. Engkau telah memberikan fatwa kepadaku. Dan  aku ingin bertanya : Kenapa engkau merasa berat hati untuk mengembalikan sesuatu yang Allah titipkan kepada engkau. Bukankah Allah lebih berhak untuk mengambilnya.
Ternyata perkataan si wanita cerdik ini telah menggugah hati orang ‘alim ini. Lalu dia menyesali ketidak sabarannya atas musibah yang menimpanya.

Jadi kalau orang ‘alim bisa juga lupa dan tidak sabar menerima ujian apalagi kita kita ini. Oleh karena itu banyaklah berdoa untuk bisa diberi kesabaran dalam  menerima ujian dari Allah kepada kita. 

Allahu 'Alam   (013)     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar