Kamis, 17 Juli 2014

TENTANG SYUKUR NIKMAT



TENTANG SYUKUR NIKMAT

Oleh :Azwir B. Chaniago

Muqaddimah.

Sungguh Allah telah benar benar memberikan berbagai nikmat kepada kita. Jumlah dan jenisnya sangatlah banyak sehingga kadang kadang kita tidak menyadari, apalagi untuk menghitungnya. Allah berfirman : “Wain ta’uddu ni’matalahi laa tuhshuhaa” Dan jika kalian menghitung nikmat Allah maka engkau tidak akan mampu menghitungnya.(Q.S Ibrahim 34). Oleh karena itu adalah merupakan kewajiban kita sebagai hamba untuk senantiasa bersyukur.

Manfaat bersyukur.

Sebagai hamba, wajib bagi  kita untuk terus menerus bersyukur atas segala sesuatu yang kita peroleh dari Allah Yang Mahapemurah. Sungguh syukur kita kepada Allah akan kembali kepada kita. Akan memberi manfaat yang besar bagi kita.
 Imam Ibnu Mas’ud, seorang sahabat yang mulia, pernah mengingatkan bahwa bersyukur akan mendatangkan minimal dua manfaat : Pertama untuk mempertahankan nikmat yang telah ada pada kita. Kedua : Untuk mengundang datangnya nikmat nikmat yang baru  sebagai tambahan. Tambahan yang dimaksud bisa berupa jumlahnya, jenisnya dan juga berkahnya.  Allah Ta’ala  berfirman : “Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat-Ku) kepadamu” (Q.S Ibrahim ayat 7).
Dalam ayat ini disebutkan bahwa jika kita bersyukur maka Allah akan menambah nikmatnya kepada kita. Tambahan nikmat bermakna, nikmat yang sudah ada tidak diambil dan  diberi pula nikmat yang baru sebagai tambahan.


Syukur itu tempatnya dimana.
 
Para ulama menjelaskan bahwa syukur itu haruslah ada pada tiga tempat. Kesempurnaan syukur berada pada tiga tempat bukan pada salah satunya saja yaitu :

Pertama : Syukur dengan hati. Maksudnya adalah senantiasa membenarkan dengan hati bahwa semua nikmat adalah datang dari Allah, tidak ada sedikitpun dari yang lain. Andaikata pada suatu waktu kita diberi sesuatu berupa materi atau uang oleh seseorang, maka kita harus meyakinkan dalam hati kita bahwa hakikatnya itu adalah pemberian atau nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Orang yang memberi tadi sebenarnya adalah perantara saja.

Kedua : Syukur dengan lisan. Maksudnya adalah senantiasa memuji Allah dengan berbagai nikmat-Nya diantaranya adalah dengan selalu membaca hamdalah. Juga pada kesempatan tertentu kita boleh menyebut nyebut nikmat yang kita terima. Allah berfirman : Wa-ammaa bini’mati rabbika fahaddits. Dan terhadap nikmat (dari) Rabb-mu hendaklah engkau sebut sebut (Q.S ad Duhaa 11). Menyebut nyebut nikmat Allah disini maksudnya adalah dalam rangka bersyukur tidak dalam rangka berbangga bangga.

Ketiga : Syukur dengan perbuatan. Maksudnya adalah dengan senantiasa menggunakan segala nikmat Allah untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Sungguh melakukan ketaatan dengan memperbanyak ibadah kepada Allah adalah bagian penting dari tanda syukur kita kepada Allah Ta’ala.

Bersyukur untuk semua nikmat.

Sesungguhnya semua nikmat Allah yang kita peroleh adalah nikmat yang besar dan ada pula yang paling besar yaitu nikmat iman dan Islam serta hidayah-Nya. Tapi ketahuilah bahwa nikmat nikmat yang lainnya tidak ada satupun yang pantas disebut sebagai nikmat yang kecil. Semuanya yang datang dari Allah adalah nikmat yang besar dan ada yang sangat besar. Tidak ada nikmat yang kecil.

Seseorang yang bersin misalnya, mungkin menganggap itu nikmat yang kecil. Na’udzibillah, mungkin ada pula yang menganggap itu bukan nikmat. Bayangkan, saudaraku,  jika pada suatu saat hidung kita tersumbat kepingin bersin, tapi ternyata lima jam tidak jadi-jadi bersinnya, maka kita akan merasa tersiksa sekali tersebab bersin yang tertahan. Pastikanlah bahwa bersin adalah termasuk salah satu nikmat Allah. Ini adalah nikmat yang besar  harus disyukuri. Itulah sebabnya Rasulullah mengajarkan kita untuk membaca “Alhamdulillah” setelah bersin. Sungguh ini adalah bukti nyata bahwa bersin itu adalah nikmat yang besar dari Allah.

Qana’ah salah satu tanda bersyukur.
Apa itu qana’ah. Qana’ah bermakna “merasa cukup dengan apa yang Allah berikan. Ridha dan syukur dengan rizki dan keadaan yang telah ditetapkan Allah. Sikap qana'ah sungguh merupakan salah satu tanda bersyukurnya seorang hamba. Rasulullah bersabda : Wakun qani’an takun asykarannas” Dan jadilah engkau orang yang qanaah maka engkau akan menjadi orang yang bersyukur (H.R Ibnu Majah)

Tapi tolong dicatat betul betul, ini penting wahai saudaraku, bahwa qana’ah hanya untuk urusan dunia, harta dunia dan perhiasaan dunia. Untuk urusan akhirat seperti melakukan amal kebaikan dan ketaatan jangan pernah qana’ah, jangan pernah merasa cukup. Jangan salah pasang untuk urusan dunia selalu  merasa kurang tapi untuk beramal dan melakukan kebaikan merasa sudah cukup. Perhatikanlah bagaimana  para sahabat dan orang orang shalih yang tidak pernah merasa cukup dengan ibadahnya, tapi untuk kebutuhan dan harta dunia mereka selalu merasa cukup bagaimanapun keadaannya.

Semoga Allah menjadikan kita sorang ‘abdan syakura.(016)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar