Sabtu, 24 Juni 2023

HAMBA ALLAH BERDOA DENGAN SUARA LEMBUT

 

HAMBA ALLAH BERDOA DENGAN SUARA LEMBUT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Allah Ta'ala telah memberi SANGAT BANYAK NIKMAT untuk hamba hamba-Nya. Begitu banyaknya nikmat yang telah diberikan Allah Ta'ala baik jumlah dan jenisnya sampai sampai kita tak mampu menghitungnya. Allah Ta'ala mengingatkan hal ini dalam firman-Nya :

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

Dan jika kamu menghitung nikmat Allah niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh manusia itu sangat ZHALIM DAN MENGINGKARI (NIKMAT ALLAH). Q.S Ibrahim 34.

Allah Ta'ala Maha Pengasih Maha Penyayang dan Mahakaya. Ketika seorang hamba yang telah diberi nikmat yang banyak masih membutuhkan tambahan nikmat, tetap  diberi kesempatan untuk meminta tambahannya yaitu dengan berdoa. Allah Ta'ala berjanji untuk mengabulkan doa hamba hamba-Nya, yaitu sebagaimana firman-Nya :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ

Dan Rabb-mu berfirman : Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu. (Q.S al Ghafir 60).

Ketahuilah bahwa berdoa  meminta tambahan nikmat kepada Allah Ta'ala mestilah memperhatikan adab adabnya. Salah satu adab dalam berdoa hakikatnya adalah DENGAN SUARA LEMBUT ATAU LIRIH. Diantara dalilnya adalah firman Allah Ta'ala :

ٱدْعُوا۟ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُعْتَدِينَ

Berdoalah kepada Rabb-mu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang  melampaui batas. (Q.S al A’raf 55).

Dalam Kitab Tafsir al Muyassar disebutkan : Berdoalah wahai orang orang beriman, kepada Rabb kalian, dengan keadaan penuh menghinakan diri kepada-Nya, dengan SUARA RENDAH DAN PERLAHAN. Dan hendaknya doa dilakukan dengan hati khusyu dan jauh dari riya.

Selain itu disebutkan pula dalam al Qur an tentang sifat doa Nabi Zakaria : 

إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥ نِدَآءً خَفِيًّا

(Yakni) ketika dia (Zakaria) berdoa kepada Rabb-nya DENGAN SUARA YANG LEMBUT. (Q.S Maryam 3).

Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin berkata : Apabila seseorang berdoa untuk dirinya sendiri dan orang lain, maka doa tersebut dibaca jahr (keras). Seperti doa imam saat qunut dibaca dengan jahr karena doa tersebut untuk dirinya dan orang lain. Dan doa tersebut dibaca dengan bentuk jamak (plural) seperti “Ya Allah berilah kami petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah kami keselamatan.

Oleh karena itu kami katakan, jika doa tersebut bersifat kolektif untuk orang yang berdoa dan selainnya, maka dibaca dengan jahr (keras). Namun doa yang bersifat kolektif untuk orang yang berdoa dan selainnya, ini hanya sebatas pada doa-doa yang disebutkan syari’at saja (untuk dikerjakan secara berjamaah). Tidak boleh mengada-adakan doa-doa berjamaah yang tidak didasari oleh dalil. Karena mengada-adakan amalan semisal itu merupakan bid’ah yang terlarang.

Adapun jika seseorang berdoa untuk dirinya sendiri (di luar shalat) dan di sekitarnya tidak terdapat orang lain, dan dia bisa merasa lebih baik untuk hatinya, maka lebih utama dibaca dengan suara pelan. Sedangkan jika dia merasa lebih baik dibaca dengan suara keras, maka dibaca dengan suara keras.

Akan tetapi, tidak diperbolehkan mengeraskan bacaan doa sampai menyulitkan atau membebani dirinya sendiri. (Dari http://iswy.co/e29ron dengan sedikit diringkas).

Wallahu A'lam. (3.030)  

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar