Jumat, 08 Juli 2022

TAK PERLU MENGHARAP PUJIAN MANUSIA

  TAK PERLU MENGHARAP PUJIAN MANUSIA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ketika kita melakukan suatu kebaikan ada saja terkadang saudara kita yang memberikan pujian. Ketahuilah saudaraku bahwa hamba hamba Allah tidak perlu berharap pujian dari orang lain. Hakikatnya pujian manusia tak mendatangkan kemulian. Kalaupun ada kemuliaan karena dipuji manusia itupun hanya : (1) Secuil dan sangat sementara sifatnya. (2)  Bisa jadi pula itu pujian datang karena ada kepentingan duniawi yang memuji.

Oleh karena itu sehebat apapun prestasi atau kebaikan yang engkau lakukan janganlah berharap pujian manusia. Ketika datang pujian maka  yang dipuji haruslah sungguh sungguh menyadari bahwa orang yang memuji  tidak mengetahui semua keadaan dirinya. Apalagi yang ada di dalam hatinya.

Orang yang memuji biasanya hanya ibarat melihat photo atau gambaran sesaat  tidak melihat video sebagai gambaran keseluruhan. Jika orang yang memuji mengetahui seluruh keadaan orang yang dipuji tentulah dia tidak akan mau memberi pujian.

Imam al Ghazali, dalam Kitab Ihya, menganggap pujian sebagai salah satu bahaya lisan. Bahayanya, kata beliau,  ada pada yang memberi pujian dan yang diberi pujian, diantaranya  :

(1) Seseorang yang memberi pujian cenderung berlebihan dalam memuji. Dia sebenarnya  tidak tahu semua keadaan orang yang dipuji. Bahkan ada  kemungkinan pula bahwa yang memuji tidak menyenangi orang yang dipuji, tapi memberi pujian karena mengharapkan sesuatu atau karena memiliki kepentingan. 

(2) Seseorang yang menerima pujian kadang kadang lupa diri, sehingga bisa jatuh pada ujub dan sombong dan ini adalah dua jenis penyakit yang berbahaya. Bisa juga terjadi bahwa yang dipuji berbesar hati dan merasa sudah lebih baik dari orang lain, sehingga melemahkan semangatnya untuk memperbaiki diri.

Imam Ibnul Qayyim mengingatkan bahwa pujian adalah salah satu  MUSUH IKHLAS dalam beramal. Sifat suka dipuji  kata beliau bila bercampur dengan ikhlas maka yang satu akan membunuh yang lain.

Ibarat api dicampur dengan air, tidak akan pernah bersatu. Kalau apinya besar akan membunuh air dan kalau airnya besar akan membunuh api. Sifat suka dipuji jika bercampur dengan ikhlas adalah seperti juga biawak bercampur dengan ikan, yang satu akan membunuh yang lain. Kalau ikannya lebih besar akan membunuh biawak dan kalau biawaknya lebih besar maka akan membunuh ikan. (Lihat Fawaidul Fawaid).

Ketahuilah bahwa Abu Bakar ash Shiddiq, ketika didatangi pujian maka beliau berdoa yaitu sebagaimana diriwayatkan oleh al Baihaqi dalam Syu'abul Iman : 

 اَللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى، وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ، وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ، وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ

Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri, dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka.


Ingatlah saudaraku, apa pun yang kita lakukan dalam beramal shalih, berbuat baik katakanlah bisa mencapai prestasi yang mungkin mengagumkan orang banyak ketahuilah bahwa itu semua adalah karena karunia dan pertolongan Allah Ta’ala semata. Oleh karena itu maka Dzat yang pantas bahkan wajib dipuji hanya Allah Ta’ala saja, bukan yang selain-Nya.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A'lam. (2.658) 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar