Kamis, 28 Juli 2022

TAK BOLEH BERBURUK SANGKA KEPADA SAUDARA SESAMA MUSLIM

 

TAK BOLEH BERBURUK SANGKA KEPADA SAUDARA SESAMA MUSLIM

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Banyak orang di zaman ini suka berburuk sangka kepada saudaranya sesama muslim. Buruk sangka itu biasanya datang tersebab sesuatu yang sebenarnya mereka tidak tahu. Mereka cuma dapat info sepotong bukan gambaran keseluruhan. Ibarat melihat gambar, cuma melihat photo sekilas, belum melihat videonya.

Dengan melihat photo sekilas dan buram pula, lalu berani dan lancang mengatakan begini dan begitu tentang seseorang. Ketahuilah bahwa sifat buruk sangka ini biasanya berujung kepada fitnah dan kebohongan.

Sungguh Allah Ta'ala melarang orang orang beriman untuk berburuk sangka, sebagaimana firman-Nya :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ

Wahai orang-orang yang beriman !. Jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan) karena sebagian prasangka itu adalah dosa. (Q.S al Hujurat 12)

Al Imam Ibnu Katsir berkata : Allah melarang para hamba-hambaNya yang beriman, dari perbuatan curiga, prasangka, dan dugaan, baik kepada keluarganya, kerabat atau manusia pada umumnya jika tidak pada tempatnya. Sebab pada sebagian prasangka dan curiga itu terdapat dosa, maka jauhilah perbuatan banyak curiga sebagai pencegah dari dosa. (Tafsir Ibnu Katsir).  

Sungguh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang umatnya untuk berprasangka buruk karena hal itu termasuk perkataan paling bohong :

إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا

Berhati-hatilah kalian dari (perbuatan) berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Syaikh Salim bin 'Ied al Hilali berkata : Hadits ini adalah peringatan untuk menjauhi sikap prasangka secara mutlak. Hadits ini juga menerangkan bahwa prasangka adalah salah satu bentuk kebohongan, bahkan ia adalah kebohongan besar. (Syarah Riyadush Shalihin).

Imam asy Syaukani menceritakan : Pernah dikisahkan bahwa ada seorang penguasa yang hendak menghukum dengan hukuman mati seorang rakyatnya karena kesalahan yang tidak seberapa. Lalu ada seorang ulama yang berusaha dan berupaya melobi penguasa agar memaafkan dan tidak menghukum mati orang itu. Akhirnya terjadilah kesepakatan bahwa hukuman mati dibatalkan dan diganti dengan hukuman cambuk. Tentu ulama ini sangat senang karena usahanya orang yang bersalah ini bisa diselamatkan.

Tapi penguasa memberi syarat bahwa hukuman beberapa kali cambukan itu harus dilaksanakan di depan orang banyak dan yang melakukan cambukan haruslah ulama tadi. Pada saat pelaksanaan cambukan orang orang mencela, mencemooh bahkan ada yang menghina ulama tadi yang telah bekerjasama dengan penguasa untuk menzhalimi manusia dengan hukuman cambuk tersebut. (Kitab Fathur Rabbani).

Berkenaan dengan kisah ini, andaikata orang orang tahu fakta dan jalan cerita yang sesungguhnya tentu mereka akan sangat berterima kasih dan mendoakan kebaikan bagi ulama itu, bukan berburuk sangka lalu mencela dan menghinanya.

 Sebagai penutup tulisan ini, dinukilkan nasehat Umar bin Khathab sebagaimana beliau berkata : Janganlah kamu curiga terhadap suatu ucapan yang terlontar dari saudaramu sesama muslim, melainkan kebaikan, selagi dirimu masih mendapatkan celah kebaikan dalam ucapan tersebut (Kitab az Zuhd, Imam Ahmad).

Ketahuilah bahwa buruk sangka adalah sesuatu yang disenangi jiwa dan menjadi kecendrungan hati kecuali bagi orang orang yang mendapat petunjuk. Wallahu A'lam. (2.682).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar