Kamis, 27 Agustus 2020

SUNGGUH MERUGI JIKA TAK MENGERJAKAN AMALAN SUNNAH

 

SUNGGUH MERUGI JIKA TAK MENGERJAKAN AMALAN SUNNAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Syariat Islam yang mulia telah menetapkan adanya AMALAN FARDHU ATAU WAJIB DAN JUGA AMALAN SUNNAH ATAU TAK WAJIB bagi umatnya. Diantaranya ada shalat fardhu dan ada shalat sunnah. Ada puasa fardhu dan ada puasa sunnah.

Inilah bagian dari kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba hamba-Nya untuk mendapatkan tambahan kebaikan dan pahala yang lebih banyak dengan amalan sunnah  bahkan untuk meningkatkan derajat serta penghapus dosa bagi yang mengamalkannya.

Hamba hamba Allah tentu tak akan pernah  mau mengabaikan amalan amalan wajib meskipun terkadang diganggu oleh kepentingan dunia, hawa nafsu yang cenderung kepada keburukan ataupun godaan syaithan yang ingin menggelincirkan.

Lalu bagaimana dengan amalan sunnah atau amalan  yang tak wajib ?. Disini paling tidak ada dua perkara :

(1) Sebagian orang merasa tak perlu memaksakan diri untuk melakukan amalan amalan sunnah. Mereka berkata : Amalan sunnah jika tak dikerjakan juga tak berdosa.

(2) Sebagian orang melakukan amal amalan sunnah sekenanya saja. Tak merasa terlalu penting untuk menjaganya. Terkadang dikerjakan terkadang tidak.

Sungguh amalan amalan sunnah memiliki sangat banyak manfaat bagi yang mengamalkannya sehingga merugilah orang orang yang mengabaikannya. Dalam hal ini mari kita ambil dua contoh saja dari amalan sunnah yaitu :

Pertama : Shalat Sunnah

Shalat sunnah sangatlah banyak jenis dan macamnya. Apapun jenis dan macamnya semua pasti mendatangkan kebaikan dan pahala bagi yang mengamalkannya. Bahkan ada banyak diantara shalat sunnah yang memiliki kebaikan dan keutamaan secara khusus. Misalnya :

1) Shalat sunnah Fajar yang memiliki nilai lebih baik dari dunia dan segala isinya, sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

Dua rakaat shalat sunnah shubuh lebih baik daripada dunia dan apa yang ada didalamnya. (H.R Imam Muslim).

(2) Shalat sunnah dhuha. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  bersabda :

من صلى الضحى ركعتين لم يكتب من الغافلين

 

Orang yang mengerjakan shalat dhuha tidak termasuk orang lalai. (H.R al Baihaqi dan an Nasa’i).

(3) Shalat malam. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  bersabda :

  عَلَيٌكُمٌ بِقِيَامِ اللَّيٌلِ فَإِنَهُ  دَأَبُ الصَّالِحِيٌنَ قَبٌلِكُمٌ ، وَهُوَ قُرٌبَةٌ اِلَى رَبِّكُم ٌ ، ومُكَفِّرَةٌ لِلسَّيِّءَاتِ، مَنٌهَةٌ عَنٌ الإِثٌمِ

Hendaklah kalian melakukan shalat malam karena ia adalah kebiasaan orang orang shalih sebelum kalian, ia sebagai amal mendekatkan diri bagi kalian kepada Allah, penghapus kesalahan kesalahan dan menjauhkan dosa. (H.R  at Tirmidzi,  al Baihaqi dan al Hakim)  

Kedua : Puasa Sunnah.

Puasa sunnah juga memiliki banyak jenis dan waktunya. Semuanya mendatangkan kebaikan dan pahala bagi yang mengamalkannya. Bahkan sebagaimana shalat sunnah, puasa sunnah  memiliki keutamaan keutamaan tersendiri pula. Misalnya :

(1) Puasa Syawal. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh. (H.R Imam Muslim).

(2) Puasa Arafah dan puasa ‘Asyura. Dalam hal ini Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu. (H.R Imam Muslim).

Selain itu, ketahuilah bahwa amalan sunnah MENUTUPI KEKURANGAN AMALAN WAJIB. Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ

Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu, lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak ?. Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna.

Namun JIKA DALAM SHALATNYA ADA SEDIKIT KEKURANGAN maka Allah berfirman  : Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah berfirman : Sempurnakanlah kekurangan yang  ada pada amalan wajib dengan amalan sunnahnya. Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini. (H.R  Abu Daud dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsamin sangat menganjurkan untuk melaksanakan amalan sunnah. Beliau rahimahullah berkata : Sepantasnya bagi orang yang berakal  memperbanyak amalan amalan sunnah ketika dalam keadaan sehat.

Dikarenakan semua amalan sunnah yang dikerjakan ketika sehat apabila dia sakit dan tidak mampu melakukan  amalan sunnah tersebut, maka akan ditulis pahalanya  sempurna seolah olah dia mengerjakannya. (asy Syarhul Mumti').

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah memperbanyak amalan  sunnah sehingga mendapatkan kebaikan yang banyak dan bisa menutup kekurangan amalan wajib.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.066)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar