Selasa, 06 Desember 2022

MENDUGA DUGA BISA JATUH KEPADA BURUK SANGKA

 

MENDUGA DUGA BISA JATUH KEPADA BURUK SANGKA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Setiap hari berbagai situasi dan informasi datang kepada kita. Sungguh tidaklah semuanya benar, ada bohong atau hoax, tak pantas dipercaya  bahkan banyak pula yang ditambah bumbu oleh yang menyampaikan sehingga semakin sedap untuk dikomentari bahkan di vonis secara salah.

Ketahuilah saudaraku, ketika suatu informasi tidak jelas, lalu yang menerima menduga duga maka kebanyakan ujungnya adalah buruk sangka.
Sungguh Allah Ta'ala melarang orang orang beriman untuk berburuk sangka, sebagaimana firman-Nya :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ

Wahai orang-orang yang beriman !. Jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan) karena sebagian prasangka itu adalah dosa. (Q.S al Hujurat 12)

Al Imam Ibnu Katsir berkata : Allah melarang para hamba-hambaNya yang beriman, dari perbuatan curiga, prasangka, dan dugaan, baik kepada keluarganya, kerabat atau manusia pada umumnya jika tidak pada tempatnya. Sebab pada sebagian prasangka dan curiga itu terdapat dosa, maka jauhilah perbuatan banyak curiga sebagai pencegah dari dosa. (Tafsir Ibnu Katsir).  

Sungguh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang umatnya  berprasangka buruk karena hal itu termasuk perkataan paling dusta :

إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا

Berhati-hatilah kalian dari (perbuatan) berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Ketahuilah bahwa ada banyak kisah  yang pernah terjadi tersebab buruk sangka sehingga salah dalam memahami keadaan yang sebenarnya.

Pertama : Kisah penguasa batal menghukum mati.

 Imam asy Syaukani menceritakan : Pernah dikisahkan bahwa ada seorang penguasa yang hendak menghukum dengan hukuman mati seorang rakyatnya karena kesalahan yang tidak seberapa. Lalu ada seorang ulama yang berusaha dan berupaya melobi penguasa agar memaafkan dan tidak menghukum mati orang itu. Akhirnya terjadilah kesepakatan bahwa hukuman mati dibatalkan dan diganti dengan hukuman cambuk. Tentu ulama ini sangat senang karena usahanya orang yang bersalah ini bisa diselamatkan.

Tapi penguasa memberi syarat bahwa hukuman beberapa kali cambukan itu harus dilaksanakan di depan orang banyak dan yang melakukan cambukan haruslah ulama tadi. Pada saat pelaksanaan cambukan orang orang mencela, mencemooh bahkan ada yang menghina ulama tadi yang telah bekerjasama dengan penguasa untuk menzhalimi manusia dengan hukuman cambuk tersebut. (Kitab Fathur Rabbani).

Berkenaan dengan kisah ini, andaikata orang orang tahu fakta dan jalan cerita yang sesungguhnya tentu mereka akan sangat berterima kasih dan mendoakan kebaikan bagi ulama itu, bukan berburuk sangka lalu mencela dan menghinanya. Wallahu a'lam.

Kedua : Kisah dari buku harian Sultan Murad IV, memerintah tahun 1623-1640 di Turki.

Sultan Ahmad Murad atau Sultan Murad IV mengisahkan, bahwa suatu malam dia merasakan kekalutan yang sangat. Ia ingin tahu apa penyebabnya. Lalu ia memanggil kepala pengawalnya dan memberitahu apa yang dirasakannya. Sultan berkata kepada  kepala pengawalya : Mari kita keluar sejenak.

Diantara kebiasaan  Sultan adalah melakukan blusukan di malam hari dengan cara menyamar. Mereka pun pergi, hingga sampailah mereka disebuah lorong yang sempit. Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki tergeletak diatas tanah.  Sultan menggerak-gerakkan lelaki itu, ternyata ia telah meninggal. Namun orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya tak sedikitpun mempedulikannya.

Sultanpun memanggil mereka, mereka tak menyadari kalau orang yang memanggil  tersebut adalah Sultan. Mereka bertanya : Apa yang kau inginkan ?. Sultan menjawab : Mengapa orang ini meninggal tapi tidak ada satu pun diantara kalian yang mau mengangkat jenazahnya ?. Siapa dia ?. Dimana keluarganya ?.

Mereka berkata : Orang ini zindiq, suka menenggak minuman keras dan berzina. Sultan berkata : Tapi bukankah ia termasuk umat Muhammad Salallahu 'alaihi Wasallam ?. Ayo angkat jenazahnya, kita bawa ke rumahnya.

Mereka pun membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya. Melihat suaminya meninggal, sang isteripun pun menangis.

Orang-orang yang membawa jenazahnya langsung pergi, tinggallah  Sultan dan kepala pengawalnya. Dalam tangisnya sang isteri berucap : Semoga Allah merahmatimu wahai  Allah.. Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang shalih. Mendengar ucapan itu Sultan Murad kaget. Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah sementara orang-orang mengatakan tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya.

Si isteri menjawab : Sudah kuduga pasti akan begini. Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke toko-toko minuman keras, dia membeli minuman keras dari para penjualnya sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu dibawa ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata : Aku telah meringankan dosa (sebaian) kaum muslimin.

Dia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi mereka uang dan berkata : Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi. Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku : Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda-pemuda Islam.

Orang-orangpun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamar dan menemui pelacur, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir.

Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku : Kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, menshalatimu dan menguburkan jenazahmu. Ia hanya tertawa, dan berkata : Jangan takut, bila aku mati, aku akan dishalati oleh Sultannya kaum muslimin, para Ulama dan para Auliya.

Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata : Benar !. Demi Allah, akulah Sultan Murad, dan besok pagi kita akan memandikannya, menshalatkannya dan menguburkannya.

Demikianlah, akhirnya prosesi penyelenggaraan jenazah laki-laki itu dihadiri oleh Sultan, para ulama, para masyaikh dan seluruh masyarakat. (Kisah ini diceritakan kembali oleh Syaikh al Musnid Hamid Akram Al Bukhari dari Mudzakkiraat Sultan Murad IV, sebagaimana dinukil oleh Ustadz Aan Chandra Thalib al Gharantaly)

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah menjauhkan diri dari prasangka buruk  dengan : (1) Berusaha mencari info yang benar. (2) Janganlah melihat sesuatu, seseorang atau sekelompok orang dari zhahirnya saja, dan  (3) Jangan mudah percaya dengan  kabar burung, qiila wa qaala, testimoni de auditu, katanya katanya.

Wallahu A'lam. (2.831)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar