Sabtu, 30 September 2017

TAK ADA KEBAIKAN MENCERITAKAN DOSA MASA LALU



TAK ADA KEBAIKAN MENCERITAKAN DOSA MASA LALU

Oleh : Azwir B. Chaniago

Hakikatnya semua manusia pernah berbuat dosa. Ada yang banyak melakukan dosa ada pula yang sedikit. Baik itu dosa besar maupun dosa kecil. Rasulullah bersabda : “Kullubni aadam khaththaun, wa khairul khatthainat tawwabun” Setiap anak Adam banyak berbuat salah dan sebaik baik orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat. (H.R Imam at Tirmidzi, Ibnu Majah, ad Darimi, dihasankan oleh Syaikh al Albani).

Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa manusia berbuat dosa siang dan malam artinya terus atau sering berbuat dosa. Allah berfirman : “Ya ‘ibaadi, innakum tukhti-una bil laili wan nahar” Wa ana aghfiru dzunuba jamii’a. Fastaghfiruni, aghfirlakum”. Wahai hamba hambaku, sesungguhnya kalian berbuat dosa (kesalahan) siang dan malam. Dan Aku Maha Pengampun, semua dosa. Minta ampunlah kepada-Ku, Aku akan ampuni kalian.

Selanjutnya biarlah kita  dan Allah saja  mengetahui tentang keburukan dan dosa dosa apa yang telah lakukan. Oleh karena itu maka setiap saat kita berdoa dan memohon kepada Allah Ta’ala agar dosa dosa kita diampuni. Bahkan kita berusaha melakukan amal shalih yang akan menutup dosa dosa kita dimasa lalu. 

Kalau kita perhatikan di zaman ini ada sebagian manusia yang secara zhahir terlihat telah bertaubat dari dosa dosanya di masa lalu. Cuma pada beberapa kesempatan diceritakan kepada orang lain. Terkadang diceritakan di hadapan orang ramai yang sebenarnya ada yang tidak atau belum tahu. Terkadang seolah olah ada rasa bangga bahwa dia telah pernah melakukan berbagai kemaksiatan dan dosa di masa lalu. 

Sungguh ini adalah perbuatan tercela. Allah Ta’ala telah menutup aibnya lalu dia sendiri yang membuka dihadapan orang banyak. 

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin pernah ditanya : Apakah dibolehkan seseorang memberitahukan atau menceritakan dosanya dimasa lalu padahal Allah telah menutupnya ?.

Syaikh menjawab : Tidak boleh. Orang yang berbuat dosa dan telah bertaubat tidak boleh memberitahukannya kepada orang lain. Ini termasuk perbuatan menyingkap aib yang telah Allah Ta’ala tutupi. Dan ini bertentangan al aafiyah yaitu diharapkan baginya ampunan dan keselamatan dari neraka. 

Sebagaimana yang Rasulullah sabdakan :  Semua umatku (diharapkan) akan mendapatkan keselamatan (ampunan) kecuali orang yang terang terangan melakukan kejahatan. Dan termasuk bentuk  yang terang terangan ketika seseorang melakukan sesuatu (dosa) pada malam hari,  lalu masuk waktu pagi, pada hal Allah telah menutupi aib dosanya, namun dia justru mengatakan, Wahai Fulan, semalam aku melakukan(dosa)  ini dan itu. Sungguh ia telah melalui malamnya dalam keadaan Allah menutupi aibnya, namun ia masuk waktu pagi dengan menyingkap apa yang Allah telah tutupi. (H.R Imam Bukhari  dan Imam Muslim).

Syaikh menambahkan : Namun bila dosa tersebut adalah dosa yang ada hukum had dan siksanya dan ia pun ingin memberitahukan kepada pihak waliyul amr (penguasa) agar Allah membersihkan dosa dan siksa tersebut maka ini  tidak apa apa. Meskipun demikian, yang lebih utama baginya adalah ia menutupi hal tersebut karena Allah Ta’ala telah menutupinya.

Adapun kalau dosa itu bukan jenis dosa yang ada hukum had maka tidak boleh bagi seseorang untuk menceritakannya kepada orang orang. (Fatawa Nuur alaa ad Darb).
Oleh karena itu jika seorang hamba pernah melakukan dosa dimasa lalu maka yang paling selamat adalah tidak menceritakan kepada siapapun dan sementara itu dia memohon ampu dan bertaubat kepada Allah Ta’ala dengan taubat yang sebenar benarnya.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.130). 
   
 
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar