Sabtu, 02 September 2017

SIFAT SIFAT MULIA ORANG BERTAKWA



SIFAT SIFAT MULIA ORANG BERTAKWA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh takwa adalah modal untuk masuk ke surga. Iya, karena surga itu hanya disediakan untuk orang orang yang bertakwa.  Allah Ta’ala berfirman : “U’iddat lilmuttaqiin”. (Surga itu) disediakan untuk orang orang yang bertakwa. (Q.S Ali Imran 133).

Lalu apa makna takwa ?. Abu Hurairah ditanya oleh seseorang tentang takwa. Dijawab  : Apakah engkau pernah melewati jalan yang penuh onak dan duri. Orang itu menjawab : Ya pernah.  Abu Hurairah bertanya lagi :Lalu apa yang engkau lakukan?. Orang itu  menjawab : Jika aku melihat duri aku menghindar, melewati atau aku berhati-hati darinya. Abu Hurairah berkata : Itulah makna takwa (Jamiul ulum wal Hikam).

Seorang Tabi’in yaitu Thalq bin Habib berkata: Apabila terjadi fitnah (ujian), padamkanlah fitnah itu dengan takwa. Orang-orang bertanya :  Apakah makna takwa itu ? Thalq menjawab : Takwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena mengharap pahala dari-Nya. Dan engkau meninggalkan segala bentuk kemaksiatan kepada-Nya berdasarkan cahaya dari-Nya karena takut terhadap siksa-Nya. (Ibnul Mubarak, dalam Kitab az Zuhd).

Imam Ibnul Qayyim berkata : Hakikat takwa ialah melakukan ketaatan kepada Allah dilandasi keimanan dan mengharapkan pahalanya karena ada perintah dan larangan sehingga seseorang melakukan perintah dengan mengimani Dzat yang memerintah dan membenarkan janjinya. Dan ia meninggalkan apa yang Allah larang baginya dengan mengimani Dzat yang melarangnya dan takut terhadap ancamannya.

Diantara cara untuk mencapai takwa adalah dengan mengetahui terlebih dahulu apa saja sifat sifat orang yang bertakwa dan sangatlah penting untuk amalkan. Sungguh dalam al Qur an sangatlah banyak ayat ayat yang menjelaskan tentang  sifat, prilaku dan perbuatan mulia serta  tanda tanda orang bertakwa.

Diantaranya adalah sebagaimana dijelaskan dalam surat Ali Imran 134 dan 135. Allah berfirman : 

Tentang  ayat ini, Syaikh as Sa’di berkata : Allah menjelaskan tentang sifat orang orang yang bertakwa dan perbuatan perbuatan mereka, sebagaimana disebutkan dalam  firman-Nya : 

Pertama : “(Yaitu) orang orang yang menafkahkan (hartanya) di waktu lapang maupun di waktu sempit”.  
Yaitu, pada saat kondisi mereka sedang sulit atau kondisi mereka sedang lapang. Bila mereka sedang lapang mereka akan berinfak dengan lebih banyak dan bila mereka sedang kesulitan mereka tidak menganggap remeh kebaikan walaupun sedikit saja.

Kedua : “Dan orang orang yang menahan marahnya”.
Yaitu, apabila terjadi dari orang lain tindakan yang menyakitkan terhadapnya yang menimbulkan kemarahan yaitu hati yang penuh dengan kedongkolan dan akan menimbulkan balas dendam dengan perkataan atau perbuatan. Mereka itu tidaklah bertindak menurut tabiat kemanusiaannya (membalas ketika disakiti, pen.) akan tetapi mereka menahan apa yang ada dalam hatinya dari kemarahan dan menghadapi orang yang berbuat buruk kepadanya itu dengan kesabaran.

Ketiga : “Dan memaafkan (kesalahan) orang”.
Termasuk dalam tindakan memaafkan orang adalah memaafkan segala hal yang terjadi dari orang orang yang berbuat buruk kepada kita dengan perkataan maupun perbuatan. Memaafkan itu sangatlah lebih baik daripada hanya sekedar menahan amarah, karena memaafkan itu adalah membalas (keburukan) dengan bentuk kelapangan dada terhadap orang yang berbuat keburukan.
 
Itu dapat terjadi pada orang orang yang menghiasi dirinya dengan akhlak yang terpuji dan jauh dari akhlak yang tercela. Dan juga orang orang yang bertransaksi dengan Allah dan memaafkan hamba hamba Allah sebagai suatu kasih saying terhadap mereka dan tidakan kebajikan kepada mereka. Benci dari keburukan yang menimpa mereka agar Allah mengampuni dirinya dan dia mendapatkan pahala di sisi Allah yang Mahamulia.
Allah berfirman : “Fa man ‘afaa wa ashlaha fa ajruhuu ‘alallahi”. Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. (Q.S asy Syura’ 40).

Keempat : “Dan (juga) orang orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri .
Maksudnya, telah terjadi perbuatan perbuatan buruk yang besar atau  kecil yang dilakukan oleh mereka lalu mereka segera bertaubat dan meminta ampun. Mereka mengingat Rabb mereka dan ancaman-Nya bagi orang orang yang berbuat maksiat dan apa yang dijanjikan bagi orang orang yang bertakwa. 

Maka mereka memohon ampunan-Nya atas dosa dosa mereka, menutup aib aib mereka. Disamping itu mereka meninggalkan hingga ke akar akarnya dan menyesal atasnya. Karena itulah Allah berfirman : dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)

Tentang sifat orang bertakwa yang mampumenahan amarahnya, Imam Ibnu Katsir menukil dari Harits dari Sahl bin Mu’adz bin Anas dari ayahnya, bahwa Rasulullah bersabda :  Man kazhama ghaizhan wa huwa qaadirun ‘ala an yunfidhahu, da’aahullahu alaru-uusil khalaa-iq, hatta yukhaiyarahu min ayyil huurisyaa’. (Barangsiapa menahan amarah pada hal ia mampu untuk menumpahkannnya maka Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk, lalu Allah memberinya kebebasan memilih bidadari mana saja yang dia sukai. (H.R Imam Ahmad). 

Kemudian firman-Nya : Serta memaafkan (kesalahan) orang”. Artinya, disamping menahan amarah, mereka memberi maaf kepada orang yang telah menzhalimi mereka, sehingga tidak ada sedikitpun iat dalam diri mereka untuk balas dendam kepada seseorang. Keadaan ini adalah keadaan yang paling sempurna (yaitu menahan marah dan memaafkan, pen.) Lihat Tafsir Ibnu Katsir.

Itulah sebagian sifat orang orang yang bertakwa dan kita memohon kepada Allah agar diberi sifat sifat yang mulia ini. Insya Allah ada manfaatnya. Wallahu A’lam. (1.110).    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar