Kamis, 02 Juni 2016

SAHABAT BERSEGERA MENGAMALKAN AL QUR-AN



SAHABAT SELALU BERSEGERA MENGAMALKAN AL QUR-AN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Al Hafizh Ibnu Hajar Ashqalani  berkata : Sahabat adalah orang yang  bertemu dengan Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam, beriman kepadanya dan wafat dalam keadaan Islam. (al Ishabah fi Tamyiz as Shahabah).

Para sahabat adalah umat terpilih. Allah berfirman :  “Qulilhamdulillahi wa salaamun ‘ala ‘ibaadihil ladziina ashthafaa…” Katakanlah, segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba hamba-Nya yang dipilih-Nya.. (Q.S an Naml 59). 

Tentang ayat ini dijelaskan dalam Tafsir ath Thabari : (1) Ibnu Abbas berkata : Para sahabat Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba hamba pilihan Allah untuk Nabi-Nya. (2) Firman Allah : Hamba hambaNya yang dipilihNya yaitu hamba hamba pilihan untuk Nabi-Nya Muhammad. Allah menjadikan mereka sebagai pendamping dan pembela Nabi untuk mengemban agama yang diutus

Para sahabat adalah generasi yang pertama tama beriman, mengamalkan dan mendakwahkan risalah Rasulullah. Mereka melakukan berbagai kebaikan dengan penuh keikhlasan, sungguh sungguh, penuh kesabaran dan pengorbanan yang sangat besar pada diri dan hartanya.  

Terutama sekali dalam mengamalkan perintah perintah al Qur-an, para sahabat adalah orang orang yang bersegera melakukannya dengan sungguh sungguh dan tidak pernah memilah milah ayat al Qur-an untuk diamalkan. Dua kisah berikut sangatlah baik untuk menjadi pelajaran bagi kita :

Pertama : Tatkala turun surat al Baqarah 245.
Dari Ibnu Mas’ud, dia berkata bahwa ketika turun firman Allah : “Man dzalladzi yuqridhullaha qardhan hasanan fa yudhaa’ifahu, lahuu adh’afan katsiiratan, wallahu yaqbidhu wa yabshuthu wa ilaihi turja’uun”. Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nya kamu dikembalikan. 

Maka  Abu Dahdah al Anshari bertanya kepada Rasulullah : Wahai Rasulullah ! Benarkah Allah menghendaki pinjaman dari  kita ?. Beliau menjawab : Benar wahai Abu Dahdah. Lalu Abu Dahdah menjabat tangan Rasulullah dan berkata : Aku akan meminjamkan (menginfakkan di jalan Allah) kepada Rabb-ku kebunku yang luas itu.

Ibnu Mas’ud menjelaskan bahwa kebun milik Abu Dahdah itu di dalamnya terdapat 600 pohon kurma. Demikian pula Ummu Dahdah dan keluarga Abu Dahdah bermukim disitu. Selanjutnya Ibnu Mas’ud menceritakan : Setelah (kebun diserahkan kepada Rasulullah untuk dipinjamkan kepada Allah Ta’ala) Abu Dahdah datang dan memanggil istrinya. Ya Ummu Dahdah ! Ummu Dahdah menjawab : Labbaik...  Kemudian Abu Dahdah berkata : Pindahlah engkau dari sini karena kebun ini telah aku pinjamkan kepada Rabb-ku Yang Mahaagung dan Mahamulia. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir).   
  
Kedua : Tatkala turun surat Ali Imran ayat 92.
Firman Allah : Lan tanaalul birra hattaa tunfiquu mimmaa tuhibbuun, wa maa tunfiquu min syai-in fa innallaha bihii ‘aliim” Benar benar kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh Allah Maha Mengetahui. (Q.S Ali Imran 92).

Dari Ishaq bin Abdillah bin Abi Thalhah, ia mendengar Anas bin Malik berkata : Abu Thalhah adalah orang terkaya diantara orang orang Anshar di Madinah. Kekayaannya yang paling dia cintai adalah Bairuha yaitu kebun yang berhadapan dengan masjid. Rasulullah pernah memasukinya dan meminum air yang segar darinya. 

Kata Anas ketika ayat ini turun Abu Thalhah berkata : Ya Rasulullah sesungguhnya Allah berfirman : Kamu sekali kali tidak tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” Sesungguhnya harta kekayaan yang paling aku sukai adalah Bairuha’ dan aku bermaksud untuk menyedekahkannya yang dengannya aku berharap mendapat kebaikan dan simpanan disisi Allah. Maka manfaatkanlah kebun itu ya Rasulullah seperti apa yang ditunjukkan Allah kepada engkau. 

Maka Nabi bersabda : Bagus, bagus, yang demikian itu adalah harta yang menguntungkan, harta yang menguntungkan. Dan aku telah mendengar apa yang engkau katakan. Aku berpendapat hendaklah kebun itu engkau berikan kepada kaum kerabatmu. Abu Thalhahpun berkata : Aku akan laksanakan ya Rasulullah. Kemudian Abu Thalhah membagi bagikannya kepada sanak kerabatnya dan anak anak pamannya.

Demikianlah dua kisah  shahih tentang sahabat yang selalu bersegera mengamalkan al Qur an meskipun dengan mengorbankan harta yang dimilikinya. Ini mereka lakukan semata mata  untuk mencari ridha Allah Ta’ala.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (687)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar