Sabtu, 09 Maret 2024

HAMBA ALLAH MESTI BERBAIK SANGKA KEPADA RABB-NYA

 

HAMBA ALLAH MESTI BERBAIK SANGKA KEPADA RABB-NYA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ketika menjalani kehidupan di dunia, berbagai keadaan akan mendatangi hamba hamba Allah  Ada saatnya  datang sesuatu yang membuat sedih, tidak nyaman. Adakalanya didatangi oleh keadaan yang menggembirakan, menyenangkan. Tetapi ketahuilah itu semua adalah sebagai ujian bagi hamba hamba Allah.  Allah Ta'ala berfirman :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

 

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.  (Q.S al Anbiya 35).

 

Dan juga Allah Ta'ala berfirman :

 

وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S al Baqarah 216).

Ketahuilah, para ulama menjelaskan bahwa sangatlah banyak hikmah yang ada dalam surat al Baqarah ayat 216 ini. Diantaranya sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah berikut ini : Didalam ayat ini terkandung banyak hikmah diantaranya : (1) Apabila seorang hamba mengetahui bahwa sesuatu yang dibencinya terkadang justru mendatangkan sesuatu yang dicintanya. (2) Sesuatu yang dicintainya terkadang mendatangkan sesuatu yang dibencinya.

Nah, ketika seorang hamba terkadang didatangi sesuatu yang disenangi ataupun terkadang didatangi sesuatu yang tidak disenangi maka DALAM HAL INI MESTILAH HUSNUZHAN ATAU BERBAIK SANGKA KEPADA ALLAH TA'ALA. Sungguh segala sesuatu terjadi, tanpa terkecuali,  telah ditetapkan oleh Allah Ta'ala, sebagaimana firman-Nya :

قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ

Katakanlah (Muhammad). Tidak akan menimpa kami melainkan APA YANG TELAH DITETAPKAN ALLAH BAGI KAMI. (Q.S at Taubah 51).

Ketahuilah bahwa sungguh sangat banyak sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam yang mengingatkan kita semua agar senantiasa berbaik sangka kepada Allah Ta’ala :

Pertama : Hadits dari Abu Hurairah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى

Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku. (Muttafaqun ‘alaih).

Hadits ini mengajarkan bagaimana seorang muslim harus huznuzhon pada Allah dan memiliki sikap roja‘ (berharap) pada-Nya.

Mengenai makna hadits di atas, al Qadhi Iyadh berkata : Sebagian ulama mengatakan bahwa maknanya adalah Allah akan memberi ampunan jika hamba meminta ampunan. Allah akan menerima taubat jika hamba bertaubat. Allah akan mengabulkan doa jika hamba meminta. Allah akan beri kecukupan jika hamba meminta kecukupan. Ulama lainnya berkata maknanya adalah berharap pada Allah dan meminta ampunannya (Syarh Shahih Muslim).

Kedua : Hadits dari Watsilah bin al Asqa’

Diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dari Watsilah bin Asqa’ radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ؛ فَلْيَظُنَّ بِي مَا شَاءَ

Allah Azza wa Jalla berfirman : Aku tergantung persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Silahkan dia bersangka kepadaku dengan apa yang ia inginkan.

Hadits ini dipertegas dalam riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman :

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، إِنْ ظَنَّ بِيْ خَيْرًا فَلَهُ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ.

Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berbaik sangka, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Jika berprasangka buruk, maka ia mendapatkan keburukan. (H.R Imam Ahmad).

Syaikh Muhammab bin Shalih al Utsaimin mengatakan : Bahwa Allah akan berbuat mengikuti prasangkaan para hamba-Nya terhadap diri-Nya,  apabila ia berprasangka baik, maka Dia akan melakukannya (sesuai prasangkaan baik itu), dan jika ia berprasangka buruk maka Dia juga akan melakukannya (sesuai prasangkaan buruk itu). (Syarh Riyadhus Shalihin).

Nah, ketika seorang hamba yang sangat menginginkan kebaikan maka baik sangkanya kepada Allah Ta’ala haruslah diikuti kebaikan atau amal shalih. Ketahuilah bahwa diantara tanda  seseorang hamba berbaik sangka kepada Rabb-nya adalah dengan memperbagus amalnya dan bersungguh sungguh dalam melakukan ketaatan. 

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Imam Hasan al Bashri berkata : Sesungguhnya seorang beriman berbaik sangka kepada Rabb-nya sehingga dia membaguskan amalannya. Seorang pendosa, dia berburuk sangka kepada Rabb-nya sehingga diapun berbuat keburukan.

Syaikh Shalih al Fauzan berkata : Prasangka yang baik kepada Allah seharusnya disertai meninggalkan kemaksiatan. Kalau tidak, maka itu termasuk sikap merasa aman dari azab Allah. Jadi,  prasangka baik kepada Allah harus disertai dengan melakukan sebab datangnya kebaikan dan sebab meninggalkan kejelekan, itulah pengharapan yang terpuji.

Sedangkan prasangka baik kepada Allah dengan meninggalkan kewajiban dan melakukan yang diharamkan, maka itu adalah pengharapan yang tercela. Ini termasuk sifat merasa aman dari murka Allah. (Al Muntaqa min Fatawa Syaikh al Fauzan).

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Semestinya bagi seorang hamba untuk berprasangka baik kepada Allah. Ketika berdoa, ia berprasangka baik, bahwasanya Allah akan mengabulkan doanya.

Dan ketika beribadah kepada Allah, sesuai dengan syariat-Nya, maka ia berprasangka baik bahwa Allah akan menerima ibadahnya. Dan apabila tertimpa kesulitan, maka ia berprasangka baik bahwa Allah akan menghilangkan kesulitannya. Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:


وَاعْلَمْ إِنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأََنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً

Dan ketahuilah bahwa pertolongan (Allah) itu datang dengan kesabaran, dan kelapangan itu datang setelah kesulitan, dan setelah kesulitan pasti ada kemudahan (jalan keluar). Syarh Aqidah al Wasithiyyah.

Ibnu Mas’ud berkata: Demi Dzat yang tidak ada sesembahan selain-Nya tidaklah seseorang diberi pemberian yang paling baik daripada prasangka baiknya kepada Allah. Demi Dzat yang tidak ada sesembahan  selain-Nya. Tidaklah seorang hamba berbaik sangka kepada Allah melainkan Allah akan memberikan apa yang menjadi prasangkanya. Hal itu karena kebaikan ada ditangan Allah (Kitab Husni azh Zhan, Ibnu  Abi Dun-ya).

Oleh karena itu hamba hamba Allah mengedepankan BAIK SANGKA KEPADA ALLAH TA'ALA DALAM BERBAGAI KEADAAN dan mengikuti dengan amalan amalan shalih. Semoga Allah Ta'ala mendatangkan kebaikan yang banyak.  Wallahu A'lam. (3.256)

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar