Selasa, 22 September 2020

KETIKA KEBURUKAN ANTUM DIUMBAR SESEORANG

 

KETIKA KEBURUKAN ANTUM DIUMBAR SESEORANG

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Terkadang kita mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari orang lain. Itu bisa datang dari tetangga, saudara, teman di kantor dan yang lainnya. Perlakuan buruk itu bisa dalam bentuk dighibah, diolok olok, direndahkan bahkan sampai difitnah.

Ketika keadaan ini terjadi, biasanya yang dibayangkan adalah sikap ingin membalas. Bahkan kalau perlu dengan balasan yang lebih keras. Jika bisa membalas, rasanya merasa puas.

Sungguh, syariat Islam yang mulia ini TIDAKLAH MENGANJURKAN untuk membalas keburukan dengan keburukan pula. Ketika engkau dighibah tak perlu dibalas dengan ghibah, ketika direndahkan tak perlu dibalas dengan merendahkan pula. 

Ketahuilah bahwa dalam hal ini paling tidak ada dua sikap baik  yang perlu dikedepankan, yaitu :

Pertama : Tidak membalas dengan keburukan pula.

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam mengajarkan kita untuk tidak membalas perlakuan buruk yang diterima. Beliau bersabda :

 وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ

Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang dia ketahui ada pada dirimu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah dia yang menanggungnya. (H.R Abu Daud, at Tirmidzi dan  an Nasa'I dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Kedua : Memberi maaf.

Sungguh Allah Ta’ala menyuruh kita untuk suka memaafkan, sebagaimana firman-Nya :

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

Jadilah (orang) pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta jangan pedulikan orang orang yang bodoh. (Q.S al A’raf 199)

Ketahuilah bahwa puncak keutamaan memaafkan bagi seorang hamba  adalah MEMPEROLEH AMPUNAN ALLAH TA’ALA. Allah Ta’ala berfirman :

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak menginginkan ALLAH MENGAMPUNIMU dan Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. (Q.S an Nur 22).

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Hendaklah setiap orang memiliki sifat mudah memaafkan yang lain. Tidak semua isu yang sampai ke telinganya ia terima mentah mentah. Lantas dia membenci orang yang menyuarakan isu yang tidak menyenangkan itu. 

Hendaklah setiap orang memiliki sifat pemaaf. Karena Allah Ta’ala sangat menyukai orang yang memiliki sikap mulia tersebut, yang mudah memaafkan orang lain. Lantaran itu, ia akan diberi ganjaran. Karena jika dibalas dengan saling mempermalukan dan menjatuhkan pasti konflik yang terjadi tak kunjung usai. Permusuhan akan tetap ada. Jika dibalas dengan diam, rampunglah perselisihan yang sedang berkecamuk. (Syarh Riyadhus Shalihin).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.083)

 

 

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar