Kamis, 10 September 2020

INGATLAH DUA PERTANYAAN BERKAITAN DENGAN IBADAH

INGATLAH DUA PERTANYAAN BERKAITAN DENGAN IBADAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Allah Ta’ala menciptakan manusia adalah untuk mengabdi, menyembah dan beribadah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menjadikan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzariyat 56).

Nah, ketika beribadah kepada-Nya, maka hamba hamba Allah haruslah melakukan yang terbaik yaitu sesuai dengan yang disyariatkan. Ini sangat penting agar ibadah yang kita lakukan bernilai di sisi Allah dan betul betul bisa menjadi bekal menuju negeri akhirat dengan selamat bahkan juga selamat di dunia.

Untuk itu sangatlah dianjurkan apabila akan melakukan suatu ibadah ingatlah dua pertanyaan. Silahkan ajukan dua pertanyaan dan jawablah sendiri dengan jujur, yaitu :

Pertanyaan pertama : Merujuk kepada pemurnian  dan keikhlasan ibadah.

Ini adalah konsekwensi  dari syahadat :  لا إله إلا الاالله

Dan ingatlah firman Allah :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Pada hal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah DENGAN IKHLAS mentaati-Nya semata mata karena (menjalankan) agama dan juga agar melaksanakan shalat  dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar). Q.S al Baiyinah 5.

Oleh karena ketika itu, sebelum melakukan ibadah ajukan pertanyaan pertama kepada diri : Kenapa dan untuk siapa saya melakukan ibadah ini ?. Jika ada tujuan lain selain ditujukan kepada-Nya maka  memohon ampunlah dan segera luruskan niat dan teruslah beribadah.

Diantara contohnya adalah ketika seseorang  bersedekah maka siapkan niat yang lurus karena mencari ridha Allah, tak tercampur dengan tujuan lain seperti riya, sum‘ah ataupun popularitas dan yang lainnya, maka sedekahnya bernilai di sisi Allah Ta’ala.     

Pertanyaan kedua : Merujuk kepada mutabaah, mengikuti Rasulullah dalam ibadah.

Ini adalah konsekwensi dari syahadat :    محمد رسول الله

Oleh karena ketika itu, sebelum melakukan ibadah ajukan pertanyaan kedua kepada diri : Bagaimana cara saya melakukan ibadah ini ?. Apakah sudah mengikuti cara cara ibadah yang diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam dengan pemahaman dan diamalkan para salafush shalih ?. Jika ragu maka segera cari tahu cara dan bentuk ibadah yang benar.

Diantara contohnya adalah ketika seseorang mau keluar rumah lalu membiasakan diri untuk membaca ayat kursi maka dia harus mencari tahu apa yang diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam ketika mau keluar rumah.

Ternyata ketika ketika mau keluar rumah Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam tidak mengajarkan untuk membaca ayat kursi, tapi membaca dzikir berikut ini :

بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

 

Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi, walaa haula wala quwwwata illa billah (Dengan nama Allah aku berserah diri kepada-Nya, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya) maka Malaikat akan berkata  kepadanya, (Sungguh) engkau telah diberi petunjuk (oleh Allah), dicukupkan (dalam segala keperluanmu) dan dijaga (dari semua keburukan) sehingga syaithan pun tidak bisa mendekatinya.

 

Dan syaithan yang lain berkata kepada temannya : Bagaimana (mungkin) kamu bisa (mencelakakan) seorang yang telah diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga (oleh Allah). (H.R at Tirmidzi no. 3426 dan Abu Daud no. 5095. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani).     

Syaikh Abdul Aziz bin Fathi as Sayyid Nada berkata : Tentang ittiba’ dapat dijelaskan maknanya yaitu seorang Muslim wajib menjadikan Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wa sallam sebagai panutan dan teladan Ini adalah sebagaimana dimaksud  dalam firman Allah :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S al Ahzaab 21).

Syaikh juga berkata : Tanpa ittiba’ maka orang yang mengucapkan syahadat dianggap telah berdusta karena apa yang dilakukannya bertentangan dengan ucapannya. Oleh karena itu wajib atas setiap muslim untuk memperbaiki ittiba’ kepada Nabi dalam setiap urusannya karena itu semua merupakan jalan untuk meraih kemenangan dan keselamatan. (Lihat Kitab Ensiklopedi Adab Islam).

Sungguh, Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam mengingatkan kita yaitu dalam sebuah hadits tentang bahaya jika tidak ittiba’  (tidak mengikuti petunjuk dari beliau) dalam beribadah.

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْه ِأَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa  beramal yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalannya tertolak. (H.R Imam Muslim)

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.077)

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar