Sabtu, 19 September 2020

BERUSAHALAH MENYELAMATAN DIRI DARI BAHAYA PUJIAN

 

BERUSAHALAH MENYELAMATKAN DIRI DARI BAHAYA PUJIAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Imam al Gazali (wafat tahun 505 H), dalam Kitab Ihya ‘Ulumuddin memasukkan pujian atau memuji sebagai salah satu bahaya lisan. Sungguh pujian itu bisa membahayakan bagi yang menerima pujian. Itulah sebabnya para ulama  yang mumpuni ilmunya tidak suka dengan pujian.

Namun demikian dalam kehidupan bermasyarakat kita sulit terbebas dari berbagai pujian, baik yang memang mau memuji benaran ataupun memuji karena mengharapkan sesuatu. Pujian ini JIKA TIDAK DISIKAPI DENGAN BIJAK DAN PROPORSIONAL tentu bisa  mendatangkan mudharat bagi diri kita.

Ketahuilah bahwa pujian adalah musuh utama keikhlasan karena sengaja atau tidak,  pujian bisa berdampak buruk kepada keikhlasan. Seseorang yang sangat senang dipuji biasanya akan SULIT MENCAPAI IKHLAS dalam banyak hal termasuk dalam beramal.

Imam Ibnul Qayyim memberikan nasehat yang berharga buat kaum muslimin, tentang sifat serakah dan PUJIAN sebagai penghalang ikhlas serta cara menghindarinya, yaitu :

Kata beliau : Keikhlasan tidak dapat bersatu dengan salah satu dari dua  sifat yaitu (1) serakah atau tamak dan (2)  suka dipuji atau disanjung. Sifat ini tidak akan pernah bersatu dalam diri seseorang. Bagaimana mungkin air bersatu dengan api.  Biawak tentu tidak mungkin bersatu dengan ikan. Yang satu akan mematikan yang lainnya.

Oleh sebab itu kata beliau, jika hati seseorang berbisik kepada dirinya agar bisa  bersikap ikhlas maka :

Pertama : Datangilah sifat serakah terlebih dahulu, lalu sembelih dengan pisau  qana’ah (qana’ah adalah merasa cukup meskipun dengan yang sedikit, pen.)

Kedua : Kemudian lihatlah sifat  ingin dipuji yang dimiliki, lalu berpalinglah darinya sebagaimana orang yang berpaling dari dunia karena mencintai akhirat.

Selanjutnya kata beliau : Jika sifat serakah telah telah dibunuh dan pujian orang telah diabaikan, niscaya  engkau akan dapat memiliki keikhlasan dengan mudah. (Fawaidul Fawaaid).

Oleh karena itu,  hamba hamba Allah janganlah BERHARAP PUJIAN MANUSIA. Kalau datang pujian lebih baik abaikan saja  karena pujian manusia tidak akan membuat kita mulia. Kalaupun akan mendatangkan kemuliaan, itu adalah semu dan sangat sementara. Kemuliaan seorang hamba tidak datang bersama pujian tapi kemuliaan itu datang dengan ketakwaan. Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ

 

Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. (Q.S al Hujurat 13).

 

Selanjutnya, seseorang yang dipuji haruslah paham bahwa orang yang memuji  tidak mengetahui semua keadaan dirinya. Apalagi yang ada didalam hatinya. Orang yang memuji biasanya hanya melihat photo atau gambaran sesaat  tidak melihat video sebagai gambaran keseluruhan. Jika orang yang memuji mengetahui seluruh keadaan orang yang dipuji besar kemungkinan dia tidak akan mau memberi pujian.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.082)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar