Kamis, 10 Maret 2022

MENGHINDARI UJUB LEBIH SULIT DARI RIYA (?)

 

MENGHINDARI UJUB LEBIH SULIT DARI RIYA  (?)

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Satu hal yang bisa merusak nilai  amal ibadah seorang hamba adalah perbuatan riya.  Menurut istilah riya adalah bermakna : Memperlihatkan suatu ibadah atau amal shalih kepada orang lain, bukan karena Allah tetapi karena sesuatu selain Allah, dengan keinginan untuk  mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.

Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin berkata : (Orang yang riya adalah) : Ia melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala hanya ingin mengambil perhatian orang lain dan agar mendapat nama di tengah tengah masyarakat, bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Ia bersedekah karena ingin dikatakan dermawan, menyempunakan shalatnya agar orang mengatakan shalatnya bagus dan lain lain. Seharusnya ibadah hanya untuk Allah akan tetapi menginginkan dengan itu pujian dari orang lain. Mereka mendekatkan diri kepada manusia dengan cara melaksanakan ibadah kepada Allah Ta’ala. Seperti inilah yang disebut riya. (Tafsir Juz ‘Amma).

Untuk menghindari riya, paling tidak ada dua perkara yaitu : (1) Bersungguh sungguh memasang NIAT IKHLAS dalam melakukan ibadah. (2) Berusaha menyembunyikan amal yang memang bisa disembunyikan.

Lalu bagaimana dengan ujub. Ujub atau bangga diri adalah salah satu sifat tercela yang harus dijauhi dan tak pantas dipelihara oleh orang orang beriman. Orang yang ujub sering merasa dirinya yang lebih baik  dalam banyak hal dan mengangap orang orang di sekitarnya tidak sebaik dirinya. Padahal  setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing.

Sungguh menghindari ujub relatif lebih sulit dari menghindari riya.  Ujub itu datang dengan diam diam. Ketahuilah, ketika seseorang banyak shalat malam atau melakukan puasa sunnah lebih mudah baginya untuk menghindari sifat riya karena tak diketahui oleh orang lain dan dia bisa menahan diri untuk tidak menceritakan kepada orang lain.

Jadi, ketika ibadahnya disembunyikan maka seseorang bisa selamat dari riya. Tetapi meskipun ibadah telah disembunyikan masih sulit terhindar dari ujub. Sungguh sifat ujub yaitu merasa diri lebih baik, akan mendatangi seseorang  dengan berbagai bentuk terutama dalam ibadah.

Setelah melakukan ibadah yang tidak diketahui orang lain maka orang yang ujub merasa lebih hebat dari orang lain dalam ibadah. Dengan perasaan bangga dia berkata dalam dirinya : Saya adalah orang yang banyak beribadah. Ketika orang orang tidur pulas di sepertiga malam terakhir saya bisa bangun untuk shalat. Ketika orang makan dan minum di siang hari saya bisa berpuasa dan yang lainnya.

Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan tentang tercelanya sifat ujub, beliau bersabda :

ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui dan UJUBNYA SESEORANG TERHADAP DIRINYA SENDIRI.  (H.R at Thabrani, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Dan juga beliau  bersabda :

لَوْ لَمْ تَكُوْنُوا تُذْنِبُوْنَ خَشِيْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبَ الْعُجْبَ

Jika kalian tidak berdosa maka aku takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar darinya (yaitu) UJUB !, UJUB !. (H.R al Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah selalu menjaga diri agar tidak jatuh kepada sifat ujub dan riya dalam beramal. Bahwa kedua sifat ini  bisa merusak pahala amal. Wallahu A’lam. (2.565).   

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar