Kamis, 10 Agustus 2023

KELIRU JIKA BANYAK ILMU DIKETAHUI TAPI SEDIKIT DIAMALKAN

 

KELIRU JIKA BANYAK ILMU DIKETAHUI TAPI SEDIKIT DIAMALKAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh belajar ilmu dalam syariat Islam adalah wajib hukumnya sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

 

Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. (H.R Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Hakikatnya bolehlah kita bergembira karena : (1) Di zaman ini sangat banyak fasilitas dan kesempatan untuk belajar ilmu, yaitu duduk di majlis ilmu, membaca buku buku untuk belajar ilmu syariat dan ada kesempatan yang luas untuk belajar ilmu melalui medsos dan yang lainnya. (2) Kita menyaksikan sangatlah banyak  saudara saudara kita yang bersemangat belajar ilmu syar'i.

Sungguh, ketika seseorang telah belajar maka dia akan memiliki ilmu sedikit atau banyak sesuai dengan    kadar kesungguhan dan kegiatannya dalam mencari dan belajar ilmu.  Ketahuilah  bahwa tujuan paling pokok MENCARI ILMU AGAMA ADALAH UNTUK DIAMALKAN.

Tentang kewajiban mengamalkan ilmu, ada beberapa nasehat dari ulama ulama terdahulu, diantaranya disebutkan dalam kitab HILYATUL AULIYA' : 

Pertama : Imam Malik bin Dinar.

Beliau memberi nasehat :,Barangsiapa yang mencari ilmu (agama) untuk diamalkan, maka Allah akan terus memberi taufik padanya. Sedangkan barangsiapa yang mencari ilmu, bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanya sebagai kebanggaan (membuatnya sombong).

Kedua : Abdul Wahid bin Zaid.

Beliau berkata : Barangsiapa mengamalkan ilmu yang telah ia pelajari, maka Allah Ta'ala  akan membuka untuknya hal yang sebelumnya ia tidak mengetahui.

Ketiga : Syaqiq al Balkhi.

Beliau berkata : Masuk dalam amalan hendaklah diawali dengan ilmu. Lalu terus mengamalkan ilmu tersebut dengan bersabar. Kemudian pasrah dalam berilmu dengan ikhlas. Siapa yang tidak memasuki amal dengan ilmu, maka ia jahil.

Keempat : Abdul Wahid bin Zaid.

Beliau berkata : Barangsiapa mengamalkan ilmu yang telah ia pelajari, maka Allah Ta'ala  akan membuka untuknya hal yang sebelumnya ia tidak tahu.

Sungguh, ilmu dipelajari adalah untuk diamalkan.  bukan hanya sekedar menambah wawasan dan kepintaran, apalagi jika diniatkan untuk berbangga bangga dan  membodoh bodohi orang lain. Ketahuilah bahwa di akhirat kelak yang akan ditimbang adalah AMAL BUKAN ILMU. Allah Ta'ala berfirman :

وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ

Dan Kami akan tegakkan timbangan yang adil pada hari Kiamat, sehingga tidak seorang pun yang dirugikan walaupun sedikit. Jika amalan itu hanya seberat biji sawi pun, pasti Kami akan mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan. (Q.S  al Anbiya’ 47).

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Mizan atau timbangan adalah alat untuk mengukur sesuatu berdasarkan berat dan ringan. Adapun mizan di akhirat adalah sesuatu yang Allah letakkan pada hari Kiamat UNTUK MENIMBANG AMALAN HAMBA-NYA. (Syarah Lum’atul I’tiqaad).

Cuma saja banyak orang telah belajar dan memperoleh ilmu  tetapi keliru, karena banyak ilmu yang dimiliki tetapi pengamalannya sangat sedikit. Diantaranya, banyak yang tahu keutamaan shalat sunnah tetapi tidak banyak yang mengamalkannya. Banyak yang tahu keutamaan puasa sunnah tetapi tidak banyak banyak yang mengamalkannya. Banyak yang tahu keutamaan membaca doa keluar rumah tetapi tidak banyak yang mengamalkannya. Wallahu A'lam. (3.062)

 



 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar