Rabu, 23 Agustus 2023

JANGAN PERNAH LUPA MELIHAT KEKURANGAN DIRI SENDIRI

 

JANGAN PERNAH  LUPA MELIHAT KEKURANGAN DIRI SENDIRI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Setiap orang, termasuk diri kita sendiri memiliki banyak cela dan kekurangan. Cuma saja seseorang terkadang memang lupa dengan aib dan kekurangan dirinya. Dan yang lebih buruk lagi adalah jika dia tidak pernah lupa dengan aib orang lain. Sungguh ini adalah musibah besar. Diantara cara agar terhindar dari musibah ini adalah dengan senantiasa melakukan introspeksi, evaluasi diri atau muhasabah.Oleh karena itu hamba hamba Allah jangan lupa melihat kekurangan diri dengan melakukan introspeksi diri, evaluasi diri atau muhasabah.

Diriwayatkan oleh at Tirmidzi yaitu  dari Umar bin Khaththab, beliau berkata : 

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ

Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (yaitu hari kiamat kelak).

Ketika seseorang senantiasa melakukan muhasabah terhadap dirinya maka akan memperoleh keutamaan yang banyak, diantaranya adalah :

Pertama : Hisab di akhirat menjadi ringan.

Seorang hamba yang senantiasa melakukan muhasabah terhadap apa yang telah diucapkan dan apa yang telah diperbuatnya akan memiliki potensi yang kuat untuk selalu menjaga diri dari berbagai keburukan. Ini akan meringankan bebannya menghadapi hisab di akhirat kelak.

Umar bin Khaththab berkata : Hisablah (evaluasilah, introspeksilah, periksalah) diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab dirinya di dunia.

Kedua : Menumbuhkan sifat malu.

Seorang yang selalu melakukan muhasabah maka akan muncul sifat malu kepada Allah atas keburukan yang pernah diucapkan dan pernah diperbuatnya. Diantara manfaat lain adalah bahwa jika seseorang membiasakan diri menjaga rasa malu kepada Allah Ta’ala maka rasa malu itu akan menghalanginya untuk melakukan perbuatan buruk. Pada gilirannya rasa malu itu akan menjadi kebiasaan, tabiat dan perangainya sehingga menjadikannya juga malu kepada manusia dan akhirnya mencegah dirinya  melakukan perbuatan buruk terhadap sesama.

Ketahuilah bahwa rasa malu itu semuanya baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إِلاَّ بِخَيْـرٍ

Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata. (H.R Imam Bukhari dan Imam  Muslim).

Dalam riwayat yang lain yaitu dari sahabat Imran bin Husain disebutkan :

اَلْـحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ

Malu itu seluruhnya kebaikan. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Ketiga : Membuat seseorang sibuk dengan urusan akhirat.

Seorang hamba haruslah menyibukkan diri di dunia ini untuk persiapan akhiratnya. Ini adalah buah dari muasabah yang senantiasa dilakukannya. Berkata Ibnu Mas’ud : Barangsiapa yang ingin akhirat maka ia akan disusahkan oleh dunia. Dan siapa yang ingin dunia maka dia akan disusahkan oleh akhirat. Maka susahlah untuk sesuatu yang fana (dunia) untuk mendapatkan yang baqa (akhirat).

Sungguh Allah Ta'ala telah mengingatkan dalam firman-Nya :

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S. al Hasyr 18).

Wallahu A'lam. (3.070).

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar