Jumat, 21 Juli 2023

MEMBERI TAUSIYAH DENGAN CANDA DAN TERTAWA TAWA ?

 

MEMBERI TAUSIYAH DENGAN CANDA DAN TERTAWA TAWA ?

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Menyebarkan ilmu syar’i adalah termasuk dalam kegiatan saling berwasiat kepada kebenaran yang diperintahkan Allah Ta’ala , agar tidak menjadi orang yang merugi.   Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ   وَٱلْعَصْرِ
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.  (Q.S al ‘Ashr 1-3)

Sungguh,  Allah Ta’ala  memuji  hamba hamba-Nya yang  berdakwah fii sabiilillah. Allah Ta'ala berfirman : 

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

Dan siapakah yang yang lebih baik perkataannya daripada orang orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan amal shalih dan berkata, sungguh aku termasuk orang orang muslim.  (Q.S Fussilat 33).

Kemudian datang pertanyaan : Apakah ketika memberi tausiyah atau berdakwah perlu dilakukan dengan kalimat kalimat candaan sehingga membuat sebagian hadirin merasa senang bahkan banyak tertawa ?.

Sungguh saudaraku, salah satu tujuan berdakwah ataupun memberi tausiyah adalah untuk membuat rasa takut para hamba kepada Allah Ta'ala agar para hamba patuh kepada perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya. Lalu ketika pesan untuk takut kepada Allah Ta'ala perlu disampaikan dengan cara candaan ataupun tertawa tawa.

Ketahuilah bahwa tidak setiap pendengar tausiyah mampu menyerap apa yang disampaikan disebabkan terlalu banyak canda dan hal lucu yang ia sampaikan. Boleh jadi juga banyak jamaah terfokus pada canda dan lucu lalu lupa ilmu yang ingin didapatnya.

Tentang melucu dalam berdakwah (ceramah, pidato) ini, Asy-Syaikh Prof. DR. Shalih Al-Fauzan hafizhahullah pernah ditanya oleh seseorang : Sebagian da’i menjadikan tertawa sebagai metode dan sarana mendakwahi manusia agar mereka mendapat hidayah dan bertaubat kepada Allah dengan sebab ceramah dan kata-kata yang mereka sampaikan. Apa hukum cara seperti itu dalam berdakwah.

Maka Syaikh menjawab : Tidak akan pernah candaan dan tertawa tawa menjadi metode dakwah kepada Allah selamanya. Dakwah kepada Allah hendaklah dengan al Quran dan as Sunnah, serta nasihat dan peringatan.

Adapun candaan dan tertawaan maka ini mematikan hati. Manusia pun tertawa dan bercanda, mereka datang ke tempat ini bukan karena dakwah, tetapi untuk hiburan, maka ini tidak benar selamanya, ini bukan cara berdakwah tapi cara menghibur.  (Al Ijaabaat al Muhimmah).

Sebagai penutup tulisan ini dinukil dua hadits tentang ajakan untuk tidak banyak tertawa sebagaimana sabda Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam :

وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ

Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati. (H.R  at Tirmizi dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Dan juga Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam telah pula mengingatkan kita semua dalam sabda beliau :

وَلَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا

Seandainya kalian tahu apa yang aku ketahui niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. (H.R Imam Muslim).

Wallahu A'lam. (3.054)

 

 

 

 

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar