Minggu, 15 November 2020

HUSNUZHAN HARUS DENGAN BERAMAL SHALIH DAN MENJAUHI MAKSIAT

 

HUSNUZHAN HARUS DENGAN  BERAMAL SHALIH DAN MENJAUHI MAKSIAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Secara bahasa, husnudzan berasal dari dua kata yakni husnu dan dzan. Husnu artinya baik, dan dzan artinya prasangka. Jadi husnudzan artinya berbaik sangka. Berbaik sangka ini berlaku dalam hubungan dengan sesama manusia. Namun demikian   YANG PALING UTAMA adalah husnuzhon kepada  Allah Subhanahu wa Ta’ala, sang Maha Pencipta. Mengapa penting berbaik sangka pada Allah Ta’ala ?, karena Allah Ta’ala adalah tempat kita dan semua makhluk menggantungkan diri dan berharap segala kebaikan.

Berbaik sangka pada Allah Ta’ala artinya selalu menyadari bahkwa ketetapan yang kita terima dari Allah Ta’ala adalah ketetapan terbaik yang sudah Dia pilihkan. Berprasangka baik pada Allah Ta’ala juga sangat penting untuk perjalanan hidup manusia. Sungguh, Allah Ta’ala akan melakukan segala sesuatu sesuai prasangka kita kepada-Nya. Jika kita selalu berprasangka baik pada Allah, maka kita akan selalu menerima kebaikan begitu pula sebaliknya. 

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي

Sesungguhnya Allah berfirman  : Aku sesuai prasangka hambaku padaku. Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka keburukan baginya.  (H.R Imam Muslim)

Ketahuilah bahwa husnuzhan atau berbaik sangka  adalah satu keyakinan yang mendatangkan pengaruh  nyata pada diri seorang hamba. Diantaranya pengaruhnya adalah  meyakini bahwa Allah merahmati semua hamba-Nya dan memaafkan mereka jika mereka bertaubat dan kembali kepada-Nya. Allah akan menerima amal ketaatan dan ibadah mereka. Serta meyakini pula bahwa  Allah mempunyai hikmah yang sempurna dalam segala sesuatu  yang Dia takdirkan dan Dia tetapkan.

Sungguh sangat penting untuk  dipahami bahwa  husnuzhan kepada Allah Ta’ala bukan sekedar perasaan atau ucapan belaka. Husnuzhan  hanya bermanfaat jika  diikuti dengan amalan amalan shalih. Husnuzhan tidaklah akan tegak pada diri   seseorang dia  meninggalkan kewajiban dan melakukan perbuatan maksiat.

Al Imam Hasan al Bashri berkata : Sesungguhnya seorang mukmin selalu husnudzan kepada Rabb-nya lalu ia memperbagus amalnya. Dan sesungguhnya seorang pendosa berprasangka buruk kepada Rabb-nya sehingga ia berbuat yang buruk.  (Kitab Az Zuhud, Imam Ahmad).

Syaikh Shalih al-Fauzan berkata : Berhusnuzhan kepada Allah harus disertai dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat. Jika tidak, itu termasuk (sikap) merasa aman dari adzab Allah. Oleh sebab itu, husnudzan kepada Allah harus disertai melaksanakan sebab-sebab kebaikan yang jelas dan mejauhi semua sebab yang menghantarkan kepada keburukan.

Ini merupakan pengharapan yang terpuji. Adapun husnudzan kepada Allah dengan meninggalkan kewajiban dan menerjang keharaman,  maka ini pengharapan yang tercela dan  termasuk bentuk merasa aman dari adzab Allah. (Al Muntaqa' min Fatawa al Syaikh al Fauzan).

Oleh karena itu seorang hamba haruslah mengiringi husnuzhannya kepada Allah Ta'ala dengan melakukan amal shalih dan menjauhi perbuatan maksiat.  

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.123)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar