Rabu, 29 November 2017

TAK BOLEH MENCELA HUJAN



TAK BOLEH MENCELA HUJAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

 Sungguh, ketika berbicara tentang hujan sebenarnya kita bicara tentang RAHMAT ALLAH yang diturunkan kepada makhluk-Nya di bumi,  berupa air yang mensucikan. Ini  sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya : Wa huwal ladzi arsalar riyaaha busyran baina yadai rahmatihii, wa anzalnaa minas samaa-i maa-an  thahuuraa. Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan). Dan kami turunkan dari langit air yang mensucikan (Q.S al Furqan 48).

Selain sebagai rahmat, Allah menjelaskan kepada kita bahwa hujan adalah salah satu tanda kebesaran Allah. Allah menjelaskan pula bahwa bumi ini gersang, tandus lalu disiram hujan menjadi subur. Allah berfirman : “Dan sebagian dari tanda tanda (kebesaran) Nya. Engkau melihat bumi itu kering dan tandus, tetapi apabila Kami turunkan hujan diatasnya, niscaya dia bergerak dan subur. Sesungguhnya (Allah) yang menghidupkannya pasti dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu” (Q.S Fusilat 39).

Nah kalau hujan adalah rahmat dan tanda kekuasaan Allah maka tentu sangatlah tercela orang orang yang berani dan lancang mencela hujan bahkan sepertinya ada pula yang tak suka jika hujan sering turun. 

Perhatikanlah komentar sebagian manusia yang suka berburuk sangka kepada Allah ketika  melihat hujan mau turun. Mereka   berkomentar sesukanya, diantaranya :

Pertama : Ini bakal banjir lagi, longsor lagi, macet lagi. Padahal belum tentu terjadi.

Kedua : Kenapa sih kok hujan melulu. Kapan berhentinya.

Ketiga  : Kalau bisa jangan ada hujan hari ini. Makna dari komentar ini adalah kalau bisa jangan ada rahmat Allah hari ini. Jadi rahmat Allah (berupa hujan) ditolak.

Keempat : Alhamdulillah hari ini tidak hujan, maknanya adalah alhamdulillah hari ini tidak ada rahmat Allah. Seolah olah mereka senang kalau rahmat Allah tidak datang . Ketahuilah bahwa rahmat Allah bermakna kasih sayang Allah. 

Komentar komentar buruk ini juga akan mendatangkan murka atau adzab Allah. Bukankah mencela hujan adalah sama dengan mencela perbuatan dan ketetapan dari Dzat yang menurunkan hujan yaitu Allah Ta’ala. Akibatnya, bisa jadi Allah mengalihkan hujan dari rahmat menjadi adzab bagi manusia. 

Sangatlah penting untuk diketahui dan dipahami dengan sungguh sungguh bahwa semua adalah milik Allah Ta’ala dan tak bersekutu dengan apapun dan siapapun. Allah berfirman : “Lillahi maa fis samaawaati wal ardhi”. Milik Allah lah apa yang ada di langit dan di bumi. (Q.S al Baqarah 284).

Jadi karena semua milik Allah maka Dia bisa dan berhak melakukan apapun terhadap milik-Nya baik yang ada di langit, di bumi ataupun yang ada diantara keduanya. Apakah Dia akan menurunkan hujan, angin topan, mendatangkan gelombang besar, gempa bumi, tsunami dan sebagainya. Semuanya adalah hak Allah sebagai pemilik tunggal alam semesta ini. 

Oleh karena itu seorang hamba tak boleh dan sangat tidak pantas mencela apapun yang dilakukan Allah Ta’ala termasuk menurunkan hujan kapan pun dan dimana pun sesuai dengan kehendak-Nya. Sebagai makhluk  maka yang paling selamat adalah menerima dengan ridha apapun yang telah ditetapkan Allah terhadap alam ini termasuk diri kita sendiri. 

Namun demikian kita selalu berharap dan bermohon kiranya Allah Ta’ala memberikan yang terbaik bagi dunia dan akhirat kita.     
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.174)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar