Selasa, 08 November 2022

MAKSIAT DAN DOSA MENGHILANGKAN NIKMAT

 

MAKSIAT DAN DOSA MENGHILANGKAN NIKMAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, semua nikmat yang ada pada diri manusia dari Allah Ta'ala datangnya. Allah Ta'ala berfirman : 

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ

Dan apa saja nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah. Dan apabila kamu ditimpa kesengsaraan maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. (Q.S an Nahl 53).

Ketahuilah, nikmat itu sangatlah banyak jenis dan jumlahnya. Bahkan Allah Ta'ala menjelaskan bahwa kita tak mampu menghitungnya, sebagaimana dijelaskan Allah Ta'ala dalam firman-Nya : 

وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya, sungguh manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).   Q.S Ibrahim 34.

Nikmat yang banyak dan dianugerahkan Allah Ta'ala kepada manusia bisa jadi bahkan sering terjadi diambil Allah Ta'ala seketika, sekonyong konyong   karena perbuatan maksiat dan dosa yang dilakukan  yakni mengingkari nikmat Allah Ta'ala. Tidak mentaati perintah Allah Ta'ala dan tidak pula berhenti dari  perbuatan  haram yang dilarang-Nya.

Sangat sering kita saksikan atau kita mendapat kabar bahwa ada orang orang disekitar kita  yang diberi nikmat yang banyak yang diantaranya punya pangkat dan jabatan yang tinggi, punya harta yang berlimpah dan yang lainnya. Tetapi senantiasa berbuat dosa dan maksiat kepada Allah Ta'ala, bahkan pangkat, jabatan dan harta digunakan sebagai sarana untuk menzhalimi manusia.

Imam Ibnul Qayyim berkata : Diantara dampak (buruk) maksiat adalah MENGHILANGKAN NIKMAT dan memutuskan nikmat yang berkesinambungan. Sungguh mengherankan, seorang hamba yang telah mengetahui perkara ini (yaitu maksiat menghilangkan nikmat, peny.), baik dengan menyaksikan secara langsung apa yang terjadi pada dirinya atau pada orang lain maupun dengan mendengar kabar tentang orang jauh yang telah dicabut nikmat-Nya dari mereka karena maksiat. 

Namun demikian ia tetap saja melakukan maksiat kepada Allah Ta'ala. Seolah olah ia merasa bahwa dirinya terkecualikan dari keumuman ini. Sepertinya ia merasa perkara ini berlaku untuk seluruh manusia tetapi tidak untuknya.  

Lalu adakah kebodohan yang lebih dahsyat dari pada ini ?. Adakan kezhaliman terhadap diri sendiri yang melebihi perkara tersebut ?.

Beliau menambahkan : Apabila Allah Ta'ala menginginkan agar nikmat-Nya terjaga dalam diri seorang hamba maka Dia memberinya ilham untuk menjaga ketaatan kepada-Nya dengan nikmat itu sebagai sarana. Jika Allah ingin menghilangkan nikmat-Nya  maka Allah akan menghinakan hamba tadi hinga dia bermaksiat dengan nikmat tersebut. (Ad Daa' wad Dawa').

 Oleh karena hamba hamba Allah hendaklah senantiasa  menggunakan nikmat yang di anugerahkan Allah Ta'ala sebagai sarana dalam melakukan ketaatan dan sebagai  bukti bersyukur terhadap nikmat-Nya. Sungguh Allah Ta'ala berfirman :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu memaklumkan : Sesungguhnya jika kamu bersyukur niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka pasti adzab-Ku sangat berat. (Q.S Ibrahim 7).   

Wallahu A'lam. (2.805).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar