Jumat, 02 Desember 2016

SIAPAKAH PENCINTA HARTA YANG HAKIKI



SIAPAKAH PENCINTA HARTA YANG HAKIKI

Oleh : Azwir B. Chaniago 

Kita menyaksikan bahwa hampir semua orang bekerja keras dan sibuk mengumpulkan harta dunia, menyimpannya dan berusaha mengembangkannya. Sementara itu setelah hartanya banyak terkumpul  lalu ternyata diantara mereka ada yang  pelit untuk berinfak dan bersedekah.  Sebagian orang menyebut inilah orang yang sangat cinta pada harta dunia. Berusaha keras mencari harta lalu pelit mengeluarkannya apalagi untuk membelanjakannya di jalan Allah.

Lalu datang pertanyaan : Apakah  orang yang demikian yang disebut pencinta harta ?. Jawabnya : Bukan,  bukan itu saja  yang disebut pencinta harta. Itu  orang yang tamak dan pelit terhadap harta dunia.

Ketahuilah bahwa PENCINTA HARTA YANG HAKIKI adalah orang orang yang tidak mau dipisahkan dengan hartanya di akhirat kelak tetapi senang berpisah dengan hartanya ketika berada di dunia. Pencinta harta yang sesungguhnya adalah orang yang ketika diberi Allah Ta’ala harta dunia sebagai rizki baginya maka dia ingin hartanya bisa dinikmatinya kelak di akhirat kelak atau dengan kata lain dia tidak mau berpisah dengan hartanya di akhirat.

Harta yang sudah dia peroleh tidak dia habiskan di dunia atau dia biarkan menjadi hak orang lain pada saat dia wafat. Dia kirim sebagian besar hartanya ke akhirat sebelum dia wafat sehingga bisa dia nikmati sebagai amal shalih bahkan  akan melindunginya dari api neraka. Begitulah sikap seorang hamba yang yang cerdas, pencinta harta yang hakiki.

Lalu apa yang dilakukan oleh para pencinta harta yang hakiki ini agar hartanya tidak berpisah dengannya di akhirat kelak. Diantaranya adalah : 

 Pertama : Menginfakkan harta di jalan Allah.
Dia menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah. Harta yang diinfakkan di jalan Allah secara zhahir harta itu berpisah dengan pemiliknya di dunia. Tapi hakikatnya harta itu akan mengiringi dan membelanya sampai ke akhirat. 

Sungguh Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk mengeluarkan harta untuk berinfak di jalan Allah, yaitu sebagaimana firman-Nya :

“(Berinfaklah) kepada orang orang fakiryang terikat (oleh jihad) di jalan Allah. Mereka tidak dapat (berusaha) di bumi. Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari meminta minta. Kamu kenal mereka dengan dengan melihat sifat sifatnya, mereka tidak meminta kepada manusia secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (Q.S al Baqarah 273).

Semua ini dilakukan seorang hamba yang cinta kepada hartanya dengan tujuan untuk mendapatkan hasilnya setelah dia wafat.
Rasulullah bersabda :

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak  yang shaleh”. (H.R Imam Muslim no. 1631).

Kedua : Menggunakan harta untuk berjihad di jalan Allah.
Allah Ta’ala menjelaskan kepada orang orang yang beriman tentang suatu perniagaan yang tidak pernah merugi di akhirat dan juga di dunia. Allah Ta’ala mensifati perniagaan tersebut sebagai perniagaan yang paling baik, yaitu berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa.

Allah berfirman : “Wahai orang orang yang beriman !. Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih ?. (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. Niscaya Allah mengampuni dosa dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir dibawahnya  sungai sungai dank e tempat tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang orang beriman”.  (Q.S ash Shaff 10-13). 

Ketahuilah bahwa jika seseorang memberikan hartanya untuk keperluan perang bagi pasukan yang berjihad maka dia pun akan mendapat pahala seperti berperang di jalan Allah.

Rasulullah bersabda : “Man jahhaza ghaaziyan fii sabilillah faqad ghazaa wa man khalafahu fii ahlihi faqad ghazaa”. Barangsiapa yang mencukupi kebutuhan tentara yang berperang di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala maka (dia) telah berperang dan barangsiapa yang menanggung kebutuhan keluarga tentara tersebut maka dia telah (ikut) berperang juga. (H.R Imam al Bukhari).

Ketiga : Memberi sedekah berupa harta.
Sungguh sedekah memiliki keutamaan yang sangat banyak diantaranya akan dilipatgandakan pahalanya sampai 700 kali bahkan bisa lebih. Allah berfirman : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Q.S al Baqarah 261).

Selain  itu sedekah   akan menghapus dosa seorang hamba sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabda beliau : “Wash shadaqatu tuthfi-ul khathii-ata kama yuthfi-ul maa-un naar”. Dan sedekah menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api. (H.R at Tirmidzi, Imam Ahmad dan selainnya).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan umatnya agar bersedekah dengan harta. Orang yang cerdas dan tidak mau berpisah dengan hartanya di akhirat kelak maka dia memberi sedekah dengan harta ketika di dunia. Ini sangatlah bermanfaat  baginya agar terhindar dari api neraka.

Rasulullah bersabda :  “Takutlah kalian (selamatkan diri kalian) dari api neraka walaupun dengan (bersedekah) separuh buah kurma. Siapa yang tidak mendapatkan separuh buah kurma maka dengan kata kata yang baik”. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Sungguh harta yang disedekahkan meskipun sedikit maka Allah Ta’ala akan mengembangkannya hingga menjadi seperti gunung. Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang bersedekah dengan separuh buah kurma dari usaha yang baik dan Allah Ta’ala tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguh Allah menerimanya dengan tangan kanan-Nya kemudian melipatgandakannya untuk pemiliknya  sebagaimana seorang dari kalian mengembangbiakkan anak kudanya hingga menjadi seperti gunung”. (H.R Imam Bukhari). 

Oleh karena itu pencinta harta yang hakiki akan selalu membelanjakan sebagian hartanya di jalan Allah sehingga tidak berpisah dengan harta itu di akhirat dan mendatangkan kebaikan yang banyak baginya.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (884).  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar