Jumat, 09 Desember 2016

PERSELISIHAN ADALAH RAHMAT



PERSELISIHAN ADALAH RAHMAT ??

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sangat sering kita mendengar perkataan sebagian manusia bahwa perselisihan diantara umat adalah rahmat. Ada pula yang meyebut bukan perselisihan tapi perbedaan pendapat diantara umat adalah rahmat. Hakikat dari perselisihan dan perbedaan pendapat adalah sama. Paling tidak jika pendapat telah berbeda lama lama jadi perselisihan.

Apa iya perselisihan  adalah rahmat ?. Orang  orang yang menyebutkan ungkapan ini, katanya  bersandar kepada (hadits ?) : “Ikhtilaafu ummatii rahmah” Perselisihan di antara umatku rahmat.

Imam as Subki mengatakan : Hadits tersebut tidak dikenal di kalangan ahli hadits dan sayapun tidak menjumpai sanadnya yang shahih, dha’if (lemah) ataupun maudhu’ (palsu). 

Syaikh Zakaria al Anshari berkata : Dari segi maknanya terasa sangat aneh dan menyalahi apa yang diketahui oleh ulama peneliti hadits.

Syaikh Ibnu Hazm berkata : Ini bukan hadits. Barangkali ini termasuk sederetan ucapan yang paling merusak dan membawa bencana. Bila perselisihan dan pertentangan itu merupakan rahmat pastilah kesepakatan dan kerukunan itu merupakan laknat.
Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani berkata : Hadits ini tidak ada sumbernya. Para ahli hadits telah mencari asal usul dan meneliti  serta menelusuri sanadnya tapi tidak menemukannya.

Ungkapan : Perselisihan di antara umatku adalah rahmat, andaikata ada yang mengatakan itu adalah hadits maka itu bertentangan dengan al Qur-an al Karim. Sebab ada ayat tentang larangan berselisih dalam agama. Dan tentu tidaklah mungkin sebuah hadits akan bertentangan dengan al Qur-an.

Diantara ayat yang menjelaskan larangan berselisih adalah : 

Pertama : “Wa laa tanaaza’uu fa taftsaluu wa tadzhaba riihukum”. Dan janganlah kamu berselisih yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang. (Q.S al Anfal 46).

Kedua : “Dan janganlah kamu termasuk orang orang yang mempersekutukan Allah yaitu orang orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.  (Q.S ar Ruum 31-32).

Ketiga : “Wa laa yazaaluuna mukhtalifiin. Illa man rahima rabbuka”.  Tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat) kecuali orang yang diberi rahmat oleh Rabb-mu. (Q.S Huud 118-119).

Syaikh al Albani berkata : Jika orang yang diberi rahmat oleh Rabb-mu saja tidak berselisih tetapi yang berselisih itu adalah orang orang yang berbuat kebatilan. Lalu apakah masuk akal perselisihan itu menjadi rahmat. ?.

Dengan demikian terbuktilah, kata Syaikh al Albani, bahwa hadits tersebut tidak shahih baik dari sisi sanad maupun matannya.  Jika demikian maka sangat jelas sekali bahwa tidak boleh menjadikan hadits tersebut sebagai syubhat yang menghalangi seseorang sehingga tidak mengamalkan Kitabullah dan as Sunnah. (Lihat Kitab Sifat Shalat Nabi dan Silsilah hadits Dha’if dan Maudhu’ Syaikh al Albani).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (888)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar