Jumat, 16 Desember 2016

KERUGIAN BESAR JIKA BERAMAL DENGAN RIYA'



KERUGIAN BESAR JIKA  BERAMAL DENGAN RIYA’

Oleh :  Azwir B. Chaniago

Muqaddimah.
Tidak ada khilaf atau perbedaan pendapat dikalangan ulama dari dahulu sampai sekarang, bahwa ada dua syarat diterimanya amal ibadah yaitu  harus dilakukan dengan : (1)  Ikhlas karena Allah Ta’ala saja dan (2)  Mutaaba’ah yaitu mengikuti apa yang diajarkan dan dicontoh oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam.

Oleh sebab itu seorang hamba akan selalu beramal dengan memenuhi dua syarat ini. Namun demikian ketahuilah bahwa amal seseorang bisa rusak bahkan hancur tak berbekas jika disusupi oleh suatu penyakit yaitu sifat riya’. 

Apa yang dimaksud dengan riya ?
Secara bahasa riya bermakna memperlihatkan kepada orang lain sesuatu yang berbeda dengan yang ada padanya.  Menurut istilah maka para ulama memberikan definisi yang berbeda beda, namun intinya sama yaitu : Seorang hamba melakukan  ibadah yang seharusnya untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapi dia tidak meniatkannya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala bahkan untuk tujuan duniawi.

Imam al Qurthubi berkata : Hakikat riya’ adalah mencari apa yang ada di dunia dengan ibadah, asalnya mencari kedudukan di hati manusia. (Tafsir al Qurthubi).

Al Hafizh Ibnu Hajar Ashqalani berkata : Riya’ adalah menampakkan ibadah karena niat dilihat manusia lalu mereka akan memuji pelaku ibadah tersebut. (Fathul Bari).

Beramal dengan riya’ mendatangkan kerugian besar.
Riya’ adalah suatu penyakit yang sangat ditakuti oleh seorang hamba karena akan merusak bahkan mendatangkan kerugian besar bagi seseorang yang telah melakukan  amal shalih. Diantaranya adalah sebagaimana  disebutkan dalam al Qur an dan as Sunnah berikut ini :

Pertama : Menghilangkan nilai pahala.
Ketahuilah bahwa perbuatan riya’ akan menghilangkan nilai pahala dari amal shalih yang dilakukan seseorang. Allah Ta’ala berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman !. Janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (Q.S al Baqarah 264).

Rasulullah bersabda : “Qaalalallahu tabaaraka wa ta’ala anaa aghnasy syurakaa-i ‘anisy syirki man ‘amila ‘amalan asyraka fiihi ma’ii ghairii taraktuhu wa syirkahu”. Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman : Aku paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa beramal dengan suatu amalan, dia menyekutukan selain Aku bersama-Ku pada amalan itu Aku tinggalkan dia dan sekutunya. (H.R Imam Muslim).  

Kedua : Pertama kali diadili dan dilemparkan ke neraka adalah orang riya’
Sungguh Rasulullah telah mengingatkan tertang kerugian besar bagi orang orang yang riya’ dalam beramal.  Merekalah yang pertama kali akan diadili dan dilemparkan ke dalam neraka.

Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah, dia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama kali yang akan diputuskan (pengadilannya) pada hari Kiamat adalah seorang laki laki yang mati syahid. Dia didatangkan, Allah menyebutkan nikmat nikmat-Nya kepadanya dan dia mengakuinya.

Allah bertanya : Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat nikmat-Ku itu ?. Dia menjawab : Aku berperang untuk-Mu sehingga aku mati syahid. Allah berkata : Engkau dusta. Tetapi engkau berperang agar dikatakan seorang pemberani dan dahulu (di dunia) telah dikatakan. Lalu diperintahkan mengenai orang tersebut , kemudiaan dia diseret di atas wajahnya sehingga dilemparkan ke dalam neraka. 

Dan seorang laki laki yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya. Dia membaca al Qur an. Dia didatangkan, Allah menyebutkan nikmat nikmat-Nya kepadanya dan dia mengakuinya. 

Allah bertanya : Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat nikmat-Ku itu ?. Dia menjawab : Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya dan aku membaca al Qur an untuk-Mu. Allah berkata : Engkau dusta. Tetapi engkau mempelajari ilmu agar dikatakan seorang yang ‘alim, engkau membaca al Qur an agar dikatakan seorang qaari  dan dahulu (di dunia) telah dikatakan. Lalu diperintahkan mengenai orang tersebut kemudian dia diseret di atas wajahnya sehingga dilemparkan ke dalam neraka.

Dan seorang laki laki yang Allah luaskan rizkinya dan Allah juga memberikan berbagai macam harta benda. Dia didatangkan, Allah menyebutkan nikmat nikmat-Nya kepadanya dan dia mengakuinya.

Allah bertanya : Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat nikmat-Ku itu ?. Dia menjawab : Aku tidak meninggalkan satu jalanpun yang Engkau menyukai infaq padanya kecuali aku berinfaq padanya untuk-Mu. Allah berkata : Engkau dusta. Tetapi engkau melakukannya agar dikatakan dermawan dan dahulu (di dunia) telah dikatakan. Lalu diperintahkan mengenai orang tersebut kemudian dia diseret di atas wajahnya sehingga dilemparkan ke dalam neraka. 

Ketiga : Memiliki sifat munafik.
Seorang hamba yang melakukan ibadah karena riya’ bukan karena Allah Ta’ala adalah seperti orang munafik.  Mereka shalat bersama orang banyak dengan tujuan untuk diketahui orang banyak tapi jika mereka bersendirian dia meninggalkan shalat. 

Allah berfirman : “Sesungguhnya orang orang munafik itu menipu Allah dan Allah membalas tipu daya mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud  riya’ (dengan shalat) dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (Q.S an Nisa’ 142).

Selain itu Allah Ta’ala mengingatkan tentang  kecelakaan bagi orang yang lalai dari shalatnya dan berbuat riya’. Allah berfirman : “Maka kecelakaanlah bagi orang orang yang shalat (yaitu) orang orang yang lalai dari shalatnya, orang yang berbuat riya’ dan enggan (menolong dengan) barang berguna” (Q.S al Ma’un 4-7).

Oleh karena itu maka seorang hamba akan selalu berusaha membersihkan dirinya dari sifat riya’ disetiap keadaan terutama sekali dalam melakukan amal shalih. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (893).
  
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar